Waktu berlalu, Prabowo kalah dan Jokowi menjadi Presiden. Meskipun pilihan politik dari "elite NU" berbeda, namun dengan jumlah anggota yang besar maka mau tidak mau Jokowi selaku presiden harus memperhatikan dan membuat organisasi NU merapat ke pemerintah.Â
Tak kurang penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional pada 2015 lalu, kemudian Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melakukan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk membina usaha mikro ke bawah yang tak terjangkau dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR) atau yang kerap disebut golongan ultra mikro dengan nilai 1,5 triliun rupiah adalah bentuk-bentuk penghargaan terhadap NU agar selalu dekat pemerintah.
Jumlah anggota sebagai modal
NU sebagai organisasi islam kemasyarakatan terbesar di Indonesia sangatlah diperhatikan dan diperhitungkan dalam perpolitikan Indonesia. Dari berbagai sumber maka jumlah anggota NU terentang dari 60 -- 143 juta orang. Tidak pernah ada angka yang pasti mengenai jumlah anggota NU. Kalau anggota NU hanya diukur dari pemegang Kartu Anggota NU maka pasti jumlahnya menjadi turun drastis, pun demikian penulis belum pernah mendapat informasi resmi mengenai jumlah pemegang kartu NU.
Mungkin bagi beberapa elit NU, membiarkan jumlah anggota NU tidak dihitung dari jumlah pemegang kartu anggota NU lebih menguntungkan daripada menggunakan parameter kartu anggota.
Dengan cara ini, maka menjadi sah saja kalau banyak orang mengklaim anggota NU mencapai 60 juta orang atau lebih, dan hal ini menjadi alat bargaining yang efektif ketika berhadapan dengan penguasa atau kekuatan politik lainnya. Toh di masyarakat sudah terstigma bahwa anggota NU itu jumlahnya paling banyak diantara organisasi kemasyarakatan lainnya dan lebih dari 60 juta orang.
Sebenarnya untuk mengukur seberapa dalam anggota NU terlibat dalam urusan politik praktis cukup gampang caranya. Perolehan suara PKB, partai yang secara informal dibidani kelahirannya oleh NU, bisa "merepresentasikan" suara kaum Nahdliyyin.
Selama empat kali mengikuti pemilu (199, 2004, 2009, 2014), perolehan suara PKB terbesar adalah sebanyak 13.336.982 suara yang terjadi di pemilu tahun 1999. Jika kita anggap bahwa separuh dari warga NU memilih PKB, maka diasumsikan bahwa warga NU yang mempunyai hak pilih dalam pesta demokrasi adalah sebanyak 26.672.964 orang, angka yang cukup diperhitungkan jumlahnya.
NU lah pemenangnya
Drama kegagalan Mahfud MD menjadi cawapres Jokowi semakin menunjukkan canggihnya politik NU dijalankan. Kalau Jokowi -- K.H. Ma'ruf Amin menang, maka Elit NU bisa menepuk dada dan berkata pada Jokowi bahwa kemenangan ini karena NU dan seluruh anggotanya solid mendukung Rais Aam-nya sebagai cawapres Jokowi.
Sebaliknya ketika Jokowi -- K.H. Ma'ruf Amin kalah, maka Elit NU tinggal mengatakan pada kubu Prabowo -- Sandiaga Uno bahwa kemenangan ini karena mereka sengaja memajukan K.H. Ma'ruf Amin sebagai cawapres Jokowi, bukan Mahfud MD yang elektabilitasnya lebih tinggi dan lebih menjanjikan untuk menang.