Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perilaku "Asal Bapak Senang" yang Harus Dihindari

6 Juni 2018   08:39 Diperbarui: 6 Juni 2018   17:25 1301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada kisah tentang seorang raja yang begitu berkuasa dan mempunyai wilayah kekuasaan yang sangat luas. Raja ini terlihat sangar dan galak namun sebenarnya berhati baik. Karena sangar dan galaknya maka semua pejabat dan rakyat cukup segan untuk memberikan kritik, masukan apalagi menyatakan ketidaksetuannya bila raja sedikit melenceng atau keliru dalam bertindak.

Posisi raja menjadi sangat dominan dalam menjalankan roda pemerintahan di dalam kerajaannya. Hanya sedikit pejabat dan rakyat yang masih berani bersikap kritis pada raja, dimana kenyataannya raja juga tidak lantas menjadi marah karena sikap kritis tersebut.

Dalam daerah kekuasaannya, raja juga mempunyai beberapa daerah otonomi yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur, dibantu oleh beberapa deputi dan ribuan pamong. Daerah otonomi ini mempunyai pemerintahan sendiri yang dijalankan oleh gubernur secara independen. Setahun sekali gubernur mengirimkan upeti kepada raja sebagai bagian dari keuntungan yang dihasilkan oleh daerah otonom tersebut sehingga raja bisa menyelenggarakan roda pemerintahannya menggunakan upeti-upeti tersebut.

Suatu hari raja mengumpulkan para gubernur dan pejabat tinggi kerajaan di istananya. Raja mempunyai niat baik untuk memberikan makan dan memberikan santunan kepada anak-anak yatim dan rakyat miskin. 

Acara santunan akan diadakan bersamaan dengan acara suci keagamaan di kerajaan tersebut. Raja menargetkan dapat memberikan santunan pada 100.000 ribu anak yatim dan fakir miskin. Raja mengajak dan menghimbau agar semua Gubernur, pejabat dan pamong berpartisipasi dalam kegiatan amal tersebut yang bisa membawa mereka pada surganya yang Maha Kuasa.

Raja berusaha mengajak semua bawahannya untuk berpartisipasi, dan menghimbau mereka untuk ikhlas dan sukarela membantu kaum papa nan kekurangan dalam kegiatan tersebut. Untuk itu Raja memberi target pada para gubernur dan pejabat tinggi kerajaan dalam jumlah tertentu sehingga bisa mencapai total 100.000 ribu paket santunan. Masing-masing gubernur dan pejabat tinggi kerajaan mendapatkan target paket berbeda-beda, sesuai dengan jumlah pejabat dan pamong yang menjadi anak buahnya.

Tersebutlah Gubernur X yang mendapat target menyediakan 15.000 paket mengingat daerah kekuasaannya yaitu daerah otonomi X tergolong makmur dan pamongnya banyak. Batas terakhir pengumpulan paket pada raja semakin dekat, sementara sumbangan dari pamong dan pejabat bawahan Gubernur X masih sangat sedikit.

Hal ini membuat gubernur dan para deputinya harus memikirkan solusi agar tidak mengecewakan raja. Akhirnya disepakatilah oleh Gubernur X dan para deputinya bahwa gaji gubernur beserta para deputi, pejabat dan pamong di bawah kekuasaan Gubernur X akan dipotong secara proporsional sesuai dengan jabatan yang ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya maklumat gubernur perihal pemotongan tersebut.

Pada bulan tersebut, para pejabat dan pamong di daerah otonomi X menerima gaji yang tidak utuh karena telah dipotong untuk santunan para rakyat kaum miskin. Namun rupanya pemotongan ini belum dibicarakan dan disetujui oleh para pamong, sehingga mereka menjadi resah dan berkasak-kusuk.

Akan tetapi karena sudah terlanjur dipotong, maka sebagian besar pamong dan pejabat terpaksa mengikhlaskan dan tidak berani memprotes keputusan sepihak tersebut. Hanya beberapa pamong yang berani menyatakan keberatan atas tindakan pemotongan gaji tersebut mengingat gaji adalah hak mereka dan tidak ada undang-undang kerajaan yang mewajibkan potongan tersebut.

Kasak-kusuk para pamong ini rupanya sampai ke telinga raja yang langsung meminta pejabat tinggi sekelas menteri yang mengurusi daerah otonomi untuk menindaklanjutinya. Raja tidak ingin sumbangan para pejabat dan pamong dilakukan dengan keterpaksaan dan menodai kesucian niat baik ajakan menyantuni para anak yatim dan fakir miskin. Raja pun memerintahkan lewat pejabat tinggi tersebut agar potongan gaji dikembalikan semua pada para pamong. Pesan raja ini pun akhirnya disampaikan pejabat tinggi yang diperintahkan kepada Gubernur X beserta jajarannya.

Waktu terus bergulir dan pejabat daerah otonomi X tidak mengembalikan potongan gaji para pamongnya. Gubernur X dan para deputinya menyebarkan pesan berantai pada para pamong bahwa yang berkeberatan dengan pemotongan untuk menghubungi mereka dan akan dikembalikan uang potongannya.

Mengetahui pesan berantai tersebut, penasihat senior raja kemudian memberikan masukan pada Deputi Gubernur X bahwasannya pesan tersebut tidak akan efektif karena secara psikologis para pamong akan takut untuk berbeda dan terlihat menentang keputusan bosnya meskipun keliru. Penasihat senior raja juga meminta agar para pejabat teras daerah otonomi X untuk meminta ampun pada yang Maha Kuasa atas kekeliruan itu dan meminta maaf pada para pamong saat acara suci keagaamaan tiba.

Singkat cerita target raja untuk memberi makan dan santunan terhadap 100.000 ribu anak yatim dan orang miskin berhasil terlampaui. Acara berjalan lancar dan sukses. Namun dibalik acara tersebut ternyata hanya 3 orang pamong daerah otonomi X yang menyatakan keberatan dengan pemotongan gaji yang diterimanya.

Oleh bagian bendahara, potongan gaji pun dikembalikan pada ketiga pamong tersebut. Saat ketiga orang ini menerima potongan gaji yang dikembalikan, banyak para pamong lainnya yang bertanya kok potongan gaji mereka tidak dikembalikan dan secara tersirat menginginkan dikembalikan juga. Ketiga pamong mengatakan hal ini karena mereka menyatakan keberatan sementara pamong yang lain tidak berani menyatakan. Kondisi ini tidak pernah diketahui oleh raja, demikian juga dengan Gubernur X dan para deputinya.

Berkaca dari kisah raja di atas ada beberapa hal yang bisa kita tarik pelajaran. Salah satunya adalah fenomena "Asal Bapak Senang" alias ABS. Saat banyak pejabat yang mengamalkan ABS maka bersiap-siaplah kehancuran suatu negeri. Para raja, presiden, pemimpin harus mewaspadai fenomena ini.

Ketika bawahan tidak ada yang berpendapat lain, tidak ada yang berani mengkritik maupun menentang, selalu setuju 100% terhadap pendapat pemimpin, maka fenomena ABS telah menjangkiti. Saat fenomena ini terjadi, suatu himbauan dan ajakan bisa ditafsirkan menjadi kewajiban, sehingga para pejabat di bawah sang Pemimpin akan menurunkan kepada pejabat dibawahnya hingga rakyat jelata sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan sehingga muncul kejadian seperti kisah raja di atas.

Sebagai seorang pemimpin, seseorang juga harus memastikan bahwa apa yang disampaikan bisa diterima dengan baik dan dijalankan dengan benar oleh para anak buahnya. Niat yang baik dan benar, namun dijalankan dengan cara yang keliru maka akan menjadi tidak baik. Maka rajin-rajinlah pemimpin turun ke bawah, bergabung dengan rakyatnya untuk mendengarkan masukan mereka secara langsung.

Pemimpin akan dicintai dan ditaati karena respek rakyat terhadapnya, bukan karena ketakutan yang disebarkan oleh pemimpin itu sendiri. Ketika hal ini dilaksanakan, maka fenomena ABS bisa sangat diminimalisir dan mendorong anak buah serta rakyat berani menyampaikan ide dan masukannya. "Dalam hidup kita, cuma satu yang kita punya, yaitu keberanian. Kalau tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini?" begitu nasehat seorang Pramudya Ananta Toer.

Fenomena ABS terbukti telah berdampak buruk pada orde baru di Indonesia. Ketika para pejabat, menteri dan orang-orang dekat pak Harto hanya menyampaikan hal-hal yang baik saja, sementara fakta di lapangan terjadi sebaliknya, maka saat itulah dimulainya kekeliruan orde baru. Kalau kita menyayangi dan mencintai pemimpin, maka kita harus berani mengatakan yang benar, yang jujur, kadang mengkritik namun tetap dengan cara-cara sopan dan baik. Sebaliknya ketika kita memilih perilaku ABS, sesungguhnya kita sedang menghancurkan pemimpin itu sendiri.

Dalam pidato pertamanya ketika baru dibai'at dan diangkat sebagai khalifah, Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata:

"Para hadirin sekalian, sesungguhnya aku telah dipilih sebagai pemimpin atas kalian dan bukanlah aku yang terbaik. Maka jika aku berbuat kebaikan, bantulah aku. Jika aku bertindak keliru, luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sementar dusta adalah suatu pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku, hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya insya Allah. Sebaliknya barang siapa yang kuat di antara kalian maka dialah yang lemah di sisiku hingga aku akan mengambil darinya hak milik orang lain yang diambilnya.

Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad di jalan Allah kecuali Allah akan timpakan kepada mereka kahinaan. Tidaklah suatu kekejian tersebar di suatu kaum kecuali azab Allah akan ditimpakan kepada seluruh kaum tersebut. Patuhilah aku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Akan tetapi, jika aku tidak mematuhi keduanya maka tidak ada kewajiban taat atas kalian terhadapku. Sekarang berdirilah kalian untuk melaksanakan shalat, semoga Allah merahmati kalian."

Kiranya dapat menjadi insirasi bagi kita untuk menjauhi perilaku "Asal Bapak Senang" yang begitu buruk dampaknya. Marilah senantiasa tolong-menolong dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Saling menasehati dan mengingatkan satu sama lain juga harus kita utamakan, jangan terhalang oleh rasa sungkan dan ewuh pakewuh.

MRR, Cbn-06/06/2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun