Malam harinya terjadi rusuh di jalan Gejayan, Yogyakarta. Terdapat demonstrasi di depan hotel Radisson,dimana massa mulai beringas dan membakar ban-ban bekas. Kebetulan lokasi demonstrasi tidak jauh dari lokasi kos, sehingga selepas Isya saya ikut bergabung dalam kerumunan tersebut.
Saat itu ada seseorang yang bersemangat sekali memprovokasi massa agar membakar hotel Radisson sembari menghujat aparat kepolisian. Secara tak sengaja seseorang menarik saya, oh setelah saya lihat ternyata teman SMA.Â
Teman SMA saya kemudian berbisik bahwa orang yang memprovokasi tersebut sangat mirip dengan aparat yang telah menilangnya beberapa hari lalu. Oh ternyata begitu, pantas saja  sikapnya terlalu berlebihan ketika berdemo. Namun karena tidak ada pimpinan demonstrasi dan lembaga resmi penyelenggaranya maka informasi tersebut tidak bisa saya teruskan.
Tak lama orang tersebut kemudian berlari menuju pintu utama hotel yang ditutup dengan mengajak orang-orang lainnya. Sambil mengacungkan pistol, dia mengaku bapaknya seorang aparat polisi namun dia sendiri benci dengan perilaku polisi dan menghujatnya seperti binatang.Â
Mungkin orang-orang yang hadir tidak menyadari fakta tersebut bahwa dia mengacungkan pistol dan mirip dengan aparat yang telah menilang teman saya. Rupa-rupanya itu adalah bagian dari provokasi, yang mana tidak terlalu berhasil untuk membuat orang-orang membakar hotel Radisson.
Mengingat situasi yang tidak kondusif dan cenderung liar, maka saya memutuskan pulang kembali ke kos. Pagi harinya tersiar kabar seorang mahasiswa bernama Moses Gatutkaca meninggal akibat peristiwa semalam. Namanya kemudian diabadikan menjadi nama sebuah jalan dimana dulu lokasi kejadian rusuh tersebut terjadi.
Awal Reformasi
Mei 1998, banyak ditandai oleh banyaknya demonstrasi di berbagai daerah yang dipelopori oleh para Mahasiswa. Awal ketidakpuasan mahasiswa adalah melonjaknya harga-harga dan terseretnya Indonesia pada kondisi krisis moneter dimana nilai tukar rupiah melorot tajam dihajar dollar dan membuat harga-harga menjadi membumbung tinggi.
Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia yang diangkat kembali pada 11 Maret 1998 dianggap sebagai biang keladi krisis dan maraknya KKN. Kekuasaannya yang telah puluhan tahun dianggap para mahasiswa sebagi sesuatu yang harus dihentikan alias dilaksanakan suksesi.
Saat ramai-ramainya demonstrasi banyak tokoh yang kemudian gencar mengkampanyekan suksesi kepemimpinan nasional. Para tokoh seperti Amien Rais, Mudrik Sangidoe, dan para tokoh lainnya menjadi pengisi tetap panggung demonstrasi di UGM Yogyakarta. Gerakan reformasi berkembang dan terus membesar.
Puncaknya di Yogyakarta pada tanggal 20 Mei 1998 terjadi Pisowanan Agung, dimana hampir sejuta rakyat (termasuk mahasiswa) menuju keraton Yogyakarta berjalan kaki menemui Sri Sultan Hamengku Buwono X.Â