Sepuluh tahun lalu saya beli rumah yang ditinggali sekarang dari kakak. Bukannya tidak ada pilihan lain tentang rumah tinggal, namun saat itu saya sudah merasa nyaman tinggal di lingkungan tersebut, terlebih harganya masih bersahabat dan sepertinya ke depan prospek perumahan tersebut cerah. Meskipun kata orang rumah tersebut masuk dalam kategori tusuk sate di mana beberapa mitos yang tidak baik menyelimutinya, saya dan istri tidak terlalu menghiraukannya.
Menurut pengertiannya, rumah tusuk sate merupakan  rumah yang posisinya terletak di tengah jalur pertigaan sebuah jalanan. Keberadaan rumah ini dapat dilihat seperti memotong salah satu jalur pertigaan sehingga nampak seperti jalan buntu, persis seperti rumah saya.Â
Mitos yang kurang baik tentang rumah tusuk sate seperti membawa sial atau nasib buruk, menyebabkan penghuni rumah mudah sakit, dan menyebabkan keluarga menjadi tidak harmonis membuat rumah tusuk sate biasanya terjual paling akhir di suatu perumahan. Kadang-kadang rumah tusuk sate juga susah dijual, sulit laku, sehingga seringkali diobral dengan harga miring.
Seringkali saya berdiskusi sambil lalu dengan istri mengapa banyak orang tidak suka dengan rumah tusuk sate. Padahal bagi kami rumah tusuk sate itu enak, pandangan kedepannya luas dan terasa lebih plong. Menurut kami mungkin zaman dulu banyak kejadian di mana motor, mobil, bus, bahkan truk mengalami rem blong sehingga tak ayal ketika sedang melaju dan menghadap pertigaan maka rumah tusuk sate yang akan pertama kali dihajar. Bahkan kalau ada rumah tusuk sate, angker, dijual dengan harga yang sangat sangat miring dan terjangkau oleh kantong maka saya siap untuk melakukan akuisisi.
Mitos rumah tusuk sate yang ternyata memang bisa dijelaskan secara ilmiah terutama dalam hal mengenai pembawa nasib buruk atau sial rupanya menimpa kami pagi ini. Waktu menunjukkan sekitar pukul 05.45 WIB ketika saya, istri, dan kedua anak saya bersiap naik motor di bawah carport. Saat itu saya melihat mobil tetangga yang rumahnya sekitar 30 meter di depan rumah saya sedang mundur.Â
Namun sepertinya ada yang aneh, karena posisi mobil yang sedang mundur sudah sangat dekat dengan pohon mangga yang berada di halaman rumah saya, bersebelahan dengan carport. Ah paling tetangga saya sedang bercanda, pikir saya dalam hati. Lho tapi kok tidak ada tanda-tanda kalau mobil tersebut mengerem dan malah kemudian loncat masuk ke halaman rumah yang memang lebih tinggi dari jalan dan menabrak pohon mangga.
Wah pasti ini orangnya lagi mabok atau anaknya lagi belajar nyetir mobil, begitu pikiran yang langsung muncul. Setelah mobil berhenti segera saya samperin ke bagian depan mobil pas di kemudi. Alangkah terkejutnya saya ketika menemukan ternyata mobil tersebut tidak ada yang mengemudikan alias melaju mundur sendiri.
Segera saya buka pintu mobil dan pindahkan posisi  persneling gigi dari netral ke parkir, kebetulan mobilnya jenia matic. Sontak para tetangga yang mendengar bunyi braakkk dan jeritan istri saya keluar rumah. Rupanya tetangga saya sang pemilik mobil juga baru menyadari mobilnya tidak ada di depan rumahnya dan mundur sendiri sampai ke rumah saya.Â
Memang posisi  jalanan dari tetangga pemilik mobil tersebut ke rumah saya kondisinya menurun dan rumah saya pas di tusuk sate. Masih dengan raut muka bingung dan separuh tak percaya sang Pemilik mobil meminta maaf pada saya dan menjelaskan bahwa dia sedang memanasi mobil, posisi gigi netral namun rem tangan tidak dipasang. Lebih lanjut dia mengatakan biasanya tidak pernah kelupaan memasang rem tangan dan tidak menyangka hal ini akan terjadi.
Alhamdulillah anak-anak saya selamat dari kejadian mobil yang meluncur mundur sendiri tersebut. Kami katakan pada sang Pemilik mobil bahwa tidak apa-apa, namanya juga sedang apes, tidak ada yang bisa mencegah. Yang penting tidak ada korban, hanya tiang carport yang patah dan kaca mobil yang mundur pecah bagian belakangnya. Alhamdulillah lagi karena hari masih terlalu pagi, sehingga tidak ada anak kecil yang bermain, hal mana berkebalikan dengan sore hari. Tidak bisa dibayangkan kalau kejadian tersebut terjadi di sore hari saat banyak anak bermain di jalanan.
Begitulah salah satu mitos rumah tusuk sate yang kami alami pagi ini. Saya membayangkan jika kejadian ini terjadi zaman dahulu di mana orang masih percaya hal klenik dan magis, maka pasti orang akan menganggap bahwa jalan depan rumah saya angker, rumah saya juga angker dan pembawa sial, terbukti mobil bisa jalan sendiri tanpa ada yang menyetir.Â
Begitulah kondisi rumah tusuk sate sangat bisa dijelaskan secara ilmiah mengenai potensi resiko bahaya yang bisa mengenainya. Hal tersebut bukan merupakan fenomena alam yang berasal dari hal ghaib bahkan karena campur tangan makhluk ghaib.
Sesungguhnya Allah telah memberikan akal bagi kita untuk berpikir, bukan menuruti mitos dan katanya orang. Jangan terjebak dengan mitos, namun kalau masih ada orang yang terjebak dengan mitos maka nasehatilah. Menurut saran di beberapa referensi, agar menghindari kejadian yang saya alami maka tempatkanlah pot-pot bunga yang besar untuk mencegah atau menghalangi kendaraan yang mengalami rem blong.
Rumah tusuk sate tetap nyaman dihuni kok, apalagi kalau bisa beli dengan harga lebih murah daripada rumah sekitarnya. Jangan mempercayai mitos yang bisa membawa kita pada kesyirikan. Jadi kalau ada orang bertanya, mau beli dan tinggal di rumah tusuk sate? Jangan sungkan untuk menjawab...Siapa takut.
MRR, Bks27/03/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H