Pernah lihat warteg atau rumah makan Padang di daerah-daerah terpencil, desa, jauh dari kota? Saya sering melihat kedua jenis warung itu saat lagi jalan-jalan naik motor atau mobil, blusukan ke daerah-daerah yang jauh dari kota.
Coba anda bayangkan, kira-kira siapa yang akan membeli makanan di warung-warung itu, lha wong kendaraan lewat aja jarang dengan kata lain lalu lintasnya sepi. Kalau warung makan itu berada di dalam kota, daerah industri, atau kos-kosan maka tidak ada keraguan dan pertanyaan.
Kekaguman saya karena kedua jenis warung makan tersebut tetap eksis sampai hari ini, menandakan bisnis mereka berjalan. Saya berpikir kalau saya buat warung makan seperti itu di daerah yang sama dengan mereka, dengan metode perhitungan keekonomian yang biasa di pakai di perusahaan saya maka bisa dipastikan sangat tidak ekonomis dan warung tersebut tidak akan pernah berdiri.
Sejak jaman SD di daerah asal saya yaitu daerah Purbalingga, banyak pedagang pakaian yang berasal dari daerah Minang, namun kami lebih fasih menyebutnya sebagai orang Padang. Salah satu teman sekelas saya di SD kebetulan orang Padang yang merantau. Keluarganya punya toko atau kios pakaian yang berada di pinggir jalan besar.Â
Sepintas kalau dilihat, kios pakaian milik keluarga teman saya tidak terlalu ramai kalau hari biasa, berbeda dengan saat hari raya atau lebaran. Namun demikian saya melihat kehidupan keluarga teman saya lebih dari cukup, menandakan bisnis mereka berhasil.
Hal sebaliknya terjadi di perusahaan-perusahan besar seperti swasta, BUMN, bahkan anak-anak BUMN. Seringkali potensi bisnis yang sudah ketahuan ekonomis tidak bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin. Meskipun perhitungan keekonomisannya sudah masuk, namun eksekusinya begitu lambat.Â
Saat dieksekusi, karena terlalu lambat maka sudah banyak pesaing masuk ke dalam bisnis itu dan perusahaan menjadi kehilangan momen. Untuk bisnis yang jelas keekonomiannya saja seperti itu, bagaimana harus menjalankan bisnis yang nilai ekonominya kurang. Saat perhitungan IRR (Internal Rate of Return) menunjukkan suatu bisnis belum layak, dengan mudahnya balik kanan, bukan mencari cara agar bisnis bisa berjalan dan memberi keuntungan secara ekonomis bagi perusahaan.
Mengapa Warteg dan Warung Padang serta toko pakaian bisa dan berani menjalankan bisnisnya di daerah yang mungkin jauh dari bayangan kita? Hal itu ternyata karena mereka memakai prinsip "Gimana Ntar". Â Saat para pebisinis tersebut memutuskan untuk membuka warung mereka di suatu tempat, tentu mereka telah melakukan perhitungan keekonomisan dengan cara dan asumsi mereka sendiri.Â
Tidak mungkin mereka tidak melakukan kalkulasi bisnis meskipun dengan cara sederhana. Namun pembedanya dengan perusahaan adalah saat mengambil keputusan, variabel asumsi yang digunakan tidak serumit yang diterapkan di perusahaan atau di pimpinan perusahaan sehingga dengan mudah dieksekusi.
Saat keputusan oleh pebisnis warteg atau warung Padang diambil, banyak asumsi atau variabel yang akan ditangani nanti sambil jalan ketika bisnisnya sudah berjalan. Tidak semua harus diputuskan dan diselesaikan sebelum bisnis jalan. Karena ketika menunggu semua beres dan semua variabel tertangani dengan baik maka bisa jadi energi lebih banyak dihabiskan untuk mengurusi hal tersebut dan bisnis malah tidak jadi dieksekusi. Kata orang "simple is beautiful" begitulah kira-kira filosofinya dari "Gimana Ntar".Â
"Gimana Ntar" tidak berarti kita meremehkan dan mengabaikan faktor resiko, resiko tetap masuk dalam kalkulasi yang harus atau akan ditangani nanti ketika bisnis sudah jalan. "Gimana Ntar" lebih memberikan kecepatan dalam memutuskan suatu langkah bisnis, bukan keruwetan yang harus semua dipecahkan di awal. Ketika bisnis sudah berjalan, satu persatu variabel resiko dan masalah bisa diatasi, itulah gunanya "Gimana Ntar". Memang "Gimana Ntar" menuntut sesorang agar punya insting bisnis yang baik sehingga  cukup lihai dan cerdas dalam mengelola bisnisnya.
Contoh yang bagus dari bisnis modern adalah di pengembangan software (perangkat lunak) komputer. Dalam setiap software biasanya terdapat bug. Bug merupakan suatu kesalahan desain pada suatu perangkat keras komputer atau perangkat lunak komputer yang menyebabkan peralatan atau program itu tidak berfungsi semestinya. Ketika software menunggu bebas dari bug, maka tidak mungkin software akan bisa digunakan dan dijual secara komersil.Â
Pembuat software hanya memastikan bug-bug yang sangat berpengaruh tinggi dan mematikan pada operasional software harus bisa ditemukan dan diperbaiki sebelum software tersebut di launching. Sementara bug-bug yang tidak terlalu signifikan dan bisa dikendalikan akan dibereskan sembari software telah berjalan. Tidak semua bug bisa teridentifikasi saat pengembangan software, banyak bug yang ketahuan ketika sofware telah digunakan oleh banyak orang. Perusahaan sekelas Microsoft saja dengan Software andalannya yaitu "Windows" masih terdapat bug ketika sudah dilaunching untuk umum.
Sementara warteg dan warung Padang menganut "Gimana Ntar", banyak perusahaan menganut asas "Ntar Gimana". Prinsip "Ntar Gimana" ini banyak menghinggapi para pengambil keputusan, pemimpin perusahaan era sekarang.
Prinsip ini memproyeksikan atau mengangankan kejadian, potensi resiko yang akan dihadapi di masa depan atas bisnis yang akan dijalankan, dan membawa proyeksi ini ke masa sekarang. Apakah hal tersebut salah? Oh tentu tidak, semakin banyak proyeksi yang dibayangkan berarti semakin kita mengenali bisnis yang akan dijalankan. Hanya menjadi soal ketika kita menuntut semua proyeksi masalah atau resiko yang terpetakan harus diselesaikan sekarang karena tidak mau ada masalah nantinya.
Semakin banyak proyeksi permasalahan atau resiko yang ditarik ke masa sekarang biasanya malah membuat gamang pengambil keputusan. Saking gamangnya, membuat pengambil keputusan tidak bisa berpikir sederhana dan menggeser sebagian resiko untuk ditangani sambil jalan.Â
Semua resiko dituntut diselessaikan sebelum jalan, hal mana yang membuat keputusan bisnis menjadi lama atau bahkan tidak tereksekusi sama sekali. Percayalah, masalah pasti ada dimanapun kita berada selama kita hidup. Diam saja ada masalah, bergerak pun ada masalah, sama-sama ada masalah maka semestinya lebih baik kita berbuat dan bergerak. Asal mau, yakin dan sabar, semua masalah pasti ada jalan keluarnya.
Begitulah sekelumit pelajaran dari warteg dan warung Padang tentang prinsip "Gimana Ntar". Mudah-mudahan akal yang telah diberikan oleh Allah bukan menjadi penghambat bagi kita untuk berusaha dan berikhtiar mencari rezeki, terutama dalam mengambil keputusan bisnis. Yakinlah bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, tinggal bagaimana kita berusaha menjemput rezeki tersebut. Jangan takut untuk berbuat dan memutuskan, berpikirlah sederhana dan hindari keruwetan. Semua masalah ada solusinya, dan ingat ada Allah subhanahu wa ta'ala yang selalu siap menolong kita.
 MRR, Jkt-23/03/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H