Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Ntar Gimana" atau "Gimana Ntar", Sebuah Pelajaran dari Warteg dan RM Padang

23 Maret 2018   14:19 Diperbarui: 23 Maret 2018   14:38 6890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ayoah.com

Pernah lihat warteg atau rumah makan Padang di daerah-daerah terpencil, desa, jauh dari kota? Saya sering melihat kedua jenis warung itu saat lagi jalan-jalan naik motor atau mobil, blusukan ke daerah-daerah yang jauh dari kota.

Coba anda bayangkan, kira-kira siapa yang akan membeli makanan di warung-warung itu, lha wong kendaraan lewat aja jarang dengan kata lain lalu lintasnya sepi. Kalau warung makan itu berada di dalam kota, daerah industri, atau kos-kosan maka tidak ada keraguan dan pertanyaan.

Kekaguman saya karena kedua jenis warung makan tersebut tetap eksis sampai hari ini, menandakan bisnis mereka berjalan. Saya berpikir kalau saya buat warung makan seperti itu di daerah yang sama dengan mereka, dengan metode perhitungan keekonomian yang biasa di pakai di perusahaan saya maka bisa dipastikan sangat tidak ekonomis dan warung tersebut tidak akan pernah berdiri.

Sejak jaman SD di daerah asal saya yaitu daerah Purbalingga, banyak pedagang pakaian yang berasal dari daerah Minang, namun kami lebih fasih menyebutnya sebagai orang Padang. Salah satu teman sekelas saya di SD kebetulan orang Padang yang merantau. Keluarganya punya toko atau kios pakaian yang berada di pinggir jalan besar. 

Sepintas kalau dilihat, kios pakaian milik keluarga teman saya tidak terlalu ramai kalau hari biasa, berbeda dengan saat hari raya atau lebaran. Namun demikian saya melihat kehidupan keluarga teman saya lebih dari cukup, menandakan bisnis mereka berhasil.

Hal sebaliknya terjadi di perusahaan-perusahan besar seperti swasta, BUMN, bahkan anak-anak BUMN. Seringkali potensi bisnis yang sudah ketahuan ekonomis tidak bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin. Meskipun perhitungan keekonomisannya sudah masuk, namun eksekusinya begitu lambat. 

Saat dieksekusi, karena terlalu lambat maka sudah banyak pesaing masuk ke dalam bisnis itu dan perusahaan menjadi kehilangan momen. Untuk bisnis yang jelas keekonomiannya saja seperti itu, bagaimana harus menjalankan bisnis yang nilai ekonominya kurang. Saat perhitungan IRR (Internal Rate of Return) menunjukkan suatu bisnis belum layak, dengan mudahnya balik kanan, bukan mencari cara agar bisnis bisa berjalan dan memberi keuntungan secara ekonomis bagi perusahaan.

Mengapa Warteg dan Warung Padang serta toko pakaian bisa dan berani menjalankan bisnisnya di daerah yang mungkin jauh dari bayangan kita? Hal itu ternyata karena mereka memakai prinsip "Gimana Ntar".  Saat para pebisinis tersebut memutuskan untuk membuka warung mereka di suatu tempat, tentu mereka telah melakukan perhitungan keekonomisan dengan cara dan asumsi mereka sendiri. 

Tidak mungkin mereka tidak melakukan kalkulasi bisnis meskipun dengan cara sederhana. Namun pembedanya dengan perusahaan adalah saat mengambil keputusan, variabel asumsi yang digunakan tidak serumit yang diterapkan di perusahaan atau di pimpinan perusahaan sehingga dengan mudah dieksekusi.

Saat keputusan oleh pebisnis warteg atau warung Padang diambil, banyak asumsi atau variabel yang akan ditangani nanti sambil jalan ketika bisnisnya sudah berjalan. Tidak semua harus diputuskan dan diselesaikan sebelum bisnis jalan. Karena ketika menunggu semua beres dan semua variabel tertangani dengan baik maka bisa jadi energi lebih banyak dihabiskan untuk mengurusi hal tersebut dan bisnis malah tidak jadi dieksekusi. Kata orang "simple is beautiful" begitulah kira-kira filosofinya dari "Gimana Ntar". 

"Gimana Ntar" tidak berarti kita meremehkan dan mengabaikan faktor resiko, resiko tetap masuk dalam kalkulasi yang harus atau akan ditangani nanti ketika bisnis sudah jalan. "Gimana Ntar" lebih memberikan kecepatan dalam memutuskan suatu langkah bisnis, bukan keruwetan yang harus semua dipecahkan di awal. Ketika bisnis sudah berjalan, satu persatu variabel resiko dan masalah bisa diatasi, itulah gunanya "Gimana Ntar". Memang "Gimana Ntar" menuntut sesorang agar punya insting bisnis yang baik sehingga  cukup lihai dan cerdas dalam mengelola bisnisnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun