Mohon tunggu...
Mohammad Rasyid Ridha
Mohammad Rasyid Ridha Mohon Tunggu... Buruh - Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Pekerja di NKRI Pengamat Sosial, pecinta kebenaran...Masih berusaha menjadi orang baik....tak kenal menyerah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rakyat Baik Menghasilkan Pemimpin yang Baik

23 Februari 2018   09:21 Diperbarui: 23 Februari 2018   09:34 1220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: greatleadershipbydan.com

Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang kawan pada saat sama-sama di lift. Saat itu kawan saya menanyakan mengapa kita tidak ikut-ikutan seperti tetangga sebelah memprotes Menteri dan Pemimpin atas kebijakan yang diambilnya terhadap Perusahaan mereka yang dianggap tidak baik dan benar. Atas pernyataan tersebut saya katakan, sebagai rakyat tugas kita hanyalah menyampaikan nasehat kebaikan saja, karena para pemimpin adalah cerminan rakyatnya. 

Di kala rakyat baik maka bisa dipastikan para pemimpin adalah orang-orang baik, begitu pula di kala pemimpin kurang baik, tidak adil dan dzalim maka sesungguhnya keadaan rakyatnya pun demikian pula adanya.

Bagaimana mungkin kita mengharapkan pemimpin yang adil dan mendekati kesempurnaan sementara lingkungan dan sumber utama darimana pemimpin berasal yaitu dari rakyat yang terdiri dari birokrat, orang partai politik, profesional, pekerja biasa, buruh, dan lain-lain sangat jauh dari ideal, baik akhlak dan perilakunya. Wong kita baru merasa baik, baru merasa religius sekitar 5 tahunan kok sekarang tiba-tiba meminta pemimpin yang sangat baik. 

Pertahankan kebaikan yang sudah kita lakukan, tingkatkan akhlak, moral dan aspek religi kita, tularkan pada keluarga dan orang-orang terdekat. Dengan cara ini niscaya akan terbentuk kumpulan rakyat yang mendekati kebaikan, sehingga bisa kemudian menjadikan mayoritas rakyat sebagai orang-orang baik. Hal ini mungkin memerlukan waktu 10 -- 15 tahun sehingga setelah rentang ini kita bisa memanen, yaitu mendapatkan pemimpin baik yang mendekati ideal dan sempurna.

Mencetak pemimpin itu sering saya ibaratkan orang menanam padi. Saat orang menanam padi, pertama kali yang dilakukan adalah mempersiapkan lahan atau sawahnya. Sawah digaruk, tanahnya di balik dan dipupuk seperlunya. Saluran air irigasi diperbaiki dan dipastikan bisa mengaliri air tanpa halangan. Setelah itu dicari bibit padi terbaik yang ingin ditanam. Benih padi kemudian disemai sehingga cukup kuat untuk ditanam. Setelah itu tanaman padi yang telah disemai ditanam pada sawah yang telah dipersiapkan.

Saat sudah ditanam, air yang mengalir ke sawah dikontrol agar pas takarannya. Setelah tanaman padi cukup besar dan air berhenti mengalir, pemberian pupuk secara rutin dilakukan. Begitu pula menjaga agar tanaman pengganggu seperti gulma, rumput, tidak tumbuh, maka petani harus rajin mengontrol dan menyiangi. Selain itu petani juga harus menjaga tanaman padi dari gangguan hama, burung, yang sewaktu-waktu datang dari luar dan merusak tanaman padinya. 

Semua langkah-langkah ini harus dilakukan dalam rangka mendapatkan hasil panen padi terbaik. Hasil panen terbaik diperoleh dengan kekonsistenan petani menjalankan dengan baik setiap langkah dari persiapan lahan, pemilihan benih atau bibit, penyemaian bibit, pengairan, pemupukan dan perawatan, hingga pemanenan.

Rasa-rasanya belum pernah saya melihat ada petani yang hanya menebar benih padi (gabah) ke sawahnya kemudian ditinggal, dibiarkan saja benih padi itu tumbuh sendiri, tidak dirawat apalagi dipupuk dan kemudian menghasilkan panen yang sangat baik dan sangat banyak per hektar sawahnya. Begitu pula analogi yang sama sangat sesuai dengan bagaimana cara kita mendapatkan pemimpin yang baik, adil dan amanah. Tidak bisa kita berharap pemimpin yang baik muncul dari rakyat yang keadaanya jauh dari baik dan ideal.

Janganlah selalu menyalahkan dan menhujat para pemimpin karena kekurangannya, kejelekannya maupun ketidakadilannya. Beban seorang pemimpin dan tanggungjawabnya sudah sangat besar, tidak saja dengan rakyat atau umat yang dipimpinnya, namun tanggungjawabnya dengan Allah subhanahu wa ta'ala atas amanah yang dipikulnya. 

Mari kita berinstropeksi diri, dan mau berubah menjadi lebih baik, dari aspek moral, akhlak dan perilaku. Sudah menjadi tanggung jawab bersama yang harus kita pikul untuk membuat masyarakat, bangsa dan negara ini memiliki rakyat dengan akhlak, moral, dan perilaku yang baik, adil dan bijaksana. Mendapatkan orang baik menjadi pemimpin yang amanah adalah keniscayaan dan hanyalah soal waktu. 

Hal ini terjadi ketika sumber utama pemimpin yaitu rakyat telah menjadi baik dan menjalankan kebaikan. Jangan lelah dan berhenti berharap dan berusaha mewujudkan itu semua.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan:

"Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta'ala dalam keputusan-Nya memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. 

Namun, jika rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka dari mereka dengan paksaan."


Firman Allah dalam surat Asy-Syura Ayat 30

"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)."

MRR, Jkt-23/02/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun