"Untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa para pahlawan, marilah sejenak kita mengheningkan cipta mendoakan arwah para pahlawan yang telah mendahului...mengheningkan cipta dimulai."
Kira-kira begitulah kata-kata yang selalu diucapkan oleh pembina/inspektur upacara saat memerintahkan semua peserta upacara berdoa dalam rangakaian acara mengheningkan cipta.Â
Biasanya setelah perintah mengheningkan cipta dimulai maka berkumandanglah lagu "Mengheningkan Cipta" ciptaan T. Prawit, kadang bisa berupa instrumen yang diputar melalui tape (jaman dulu), namun tak jarang juga dinyanyikan bersama dengan lirik lagunya melalui kaset rekaman atau paduan suara secara "live". Begini lirik lagu Mengheningkan Cipta:
 Dengan seluruh angkasa raya memuji
Pahlawan negara
Nan gugur remaja diribaan bendera
Bela nusa bangsa
Kau kukenang wahai bunga putra bangsa
Harga jasa
Kau Cahya pelita
Bagi Indonesia merdeka
Sudah puluhan kali saya mengikuti upacara dari jaman sekolah dasar (SD) sampai saat sudah bekerja sekarang ini, dari upacara tiap senin pagi, upacara tanggal 17 tiap bulan, upacara 17 Agustusan, upacara ulang tahun perusahaan, upacara sumpah pemuda, maupun upacara hari besar nasional lainnya.Â
Mata acara "Mengheningkan cipta" tidak pernah absen dari semua upacara yang saya ikuti, selalu ada dan selalu setia diikuti lagu Mengheningkan Cipta.
Karena perintahnya dari inspektur upacara adalah berdoa, maka biasanya kalau berdoa saya membaca surat Al-Fatihah saja, disesuaikan dengan durasi acara mengheningkan cipta. Kira-kira saat lagu Mengheningkan Cipta selesai, maka saya pun sudah merampungkan sekali bacaan Al Fatihah.Â
Yang cukup menarik disini adalah saat berdoa seharusnya kita khusuk, melafadzkan kalimat doa kepada Tuhan Yang maha Kuasa, namun ternyata sembari berdoa, kita diiringi musik atau sebuah lagu berjudul Mengheningkan Cipta.
Bagi saya tidak ada masalah ketika berdoa sambil diberikan backsound lagu Mengheningkan Cipta. Ya sama saja ketika kita melantunkan doa makan ketika harus makan di warung pinggir jalan yang sangat ramai dengan lalu lalang kendaraan, jauh lebih ramai dari suasana mengheningkan cipta ketika upacara dengan iringan lagunya.Â
Saat di pinggir jalan saja bisa berdoa dengan khusuk, seharusnya saat upacara dengan suasana yang mendukung pun lebih bisa lagi. Saat di pinggir jalan kita juga tidak meminta ekslusivitas, meminta semua kendaraan berhenti dulu selama kita melantunkan doa makan agar bisa khusuk.
Satu-satunya yang mengganggu adalah saat saya harus memutuskan apakah berdoa dengan membaca Al Fatihah atau menghayati kesyahduan lagu Mengheningkan Cipta saat upacara. Terkadang saya membaca Al Fatihah, saat upacara di lain kesempatan saya ikut terlarut menyanyikan lagu Mengheningkan Cipta.Â