Disini kami sedikit sedih dan kecewa karena usaha kami tidak membuahkan hasil, tetapi kami tidak menyerah kami terus mencari tempat ibadah yang kemungkinan pemimpin agama nya ada di tempat ibadah. Setelah pengorbanan yang banyak kami semua dapat bertemu dengan seorang pastor dari agama Kristen katolik di tempat ibadahnya yaitu gereja, disini saya dan teman-teman saya merasa Bahagia karena pengorbanan sudah membuahkan hasil, pada saat itu saya dan teman-teman diajak ke sebuah ruangan oleh pemimpin ibadah yaitu pastor, untuk duduk bersama untuk berdiskusi tentang tema wawancara kami,Â
saya sedikit ragu untuk bertanya dikarenakan takut kalau pertanyaan saya salah atau dapat menyinggung yang akan menimbulkan permasalahan, oleh karena itu saya berinisiatif untuk menanyakan hal-hal ringan, akan tetapi bapaknya sangat baik, dan terbuka terhadap kami dan memaklumi pertanyaan kami jika ada kesalahan, beliau sangat asyik dan terbuka sehingga kami tidak merasa tegang dan lebih relak didalam menanyakan persoalan, disini saya dan teman-teman saya mendapatkan banyak sekali ilmu tentang wawasan toleransi beragama dari bapaknya.Â
Setelah selesai wawancara kami semua izin untuk pulang dan izin untuk kepada bapaknya bahwa hasil dari wawancara akan kami masukin didalam penulisan artikel kami. Dari segala macam pengalaman wawancara tersebut menjadi diri saya mengerti suatu hal, yaitu carilah wawasan sebanyak mungkin shingga diri ini tidak mudah untuk menyalahkan orang lain. Cukup sekian artikel ini saya tulis yang berisikan pengalaman saya belajar selama 1 semester dalam matakuliah kewarganegaraan, lebih dan kurang saya mohon maaf, selanjutkan saya mengucapkan ribuan terima kasih terhadap pembaca yang budiman yang telah menyempatkan waktu untuk membaca artikel saya. Saya ucapkan terima kasih banyak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H