Mohon tunggu...
M Roem Ma ruf
M Roem Ma ruf Mohon Tunggu... Lainnya - Here come the sun, and i say "It's all right"

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada Apa di Karawang-Bekasi?

9 Agustus 2021   07:16 Diperbarui: 9 Agustus 2021   07:23 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Rendezvous para jago,jawara laskar dan tentara (1945-1949)

Pasca pembacaan proklamasi 1945, kondisi Jakarta kemudian begitu ramai. Hiruk pikuk dan teriakan "Merdeka" menggema dimana-mana. Sebagai negara yang masih muda dan selama berpuluh tahun terinjak dalam penindasan kaum kolonial,maka kemerdekaan kemudian menjadi titik puncak sebuah revolusi yang sekian lama di perjuangkan. Namun dibalik itu semua tersimpan catatan tentang peran penting sebuah wilayah dalam proses kemerdekaan,masa bersiap hingga revolusi pasca kemerdekaan; Karawang-Bekasi.

Banyak peristiwa yang terjadi dibentang wilayah ini,hingga pujangga kenamaan Chairil Anwar memonumenkannya dalam sebuah karya besarnya.

".....Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang -- Bekasi"

Demikian penggalan bagian akhir sajak Karawang-Bekasi karya Pujangga kenamaan kita, Chairil Anwar. Puisi ini begitu masyur,ia seolah menjelaskan pentingnya hidup dari sudut pandang orang yang telah mati medan pertempuran.

Ada Apa dengan Karawang-Bekasi dimasa itu ? ,Tentunya sudah banyak tulisan yang membahas tentang masalah ini sebenarnya. Baik dalam bentuk jurnal maupun buku-buku yang menangkap peristiwa lalu membahasnya secara detail ataupun berupa biografi yang menceritakan kejadian-kejadian di wilayah tersebut. Namun,bagi saya, tetap penting rasanya membahas secara khusus mengapa wilayah Karawang-Bekasi ini seolah menjadi daerah "Texas" yang dipenuhi aksi koboi-koboian dimasa awal kemerdekaan tersebut. 

Membahas Karawang -- Bekasi selalu menjadi interesting topic dan significant topic (meminjam istilah Sobana Hardjasapura dalam Metode Penulisan Sejarah) sebab ketertarikan saya untuk "menikmati" sejarah ialah dimulai ketika saya mendengar hentakan dan dayuan suara Kakak saya dalam melafalkan puisi "Karawang-Bekasi"nya Chairil Anwar sewaktu mempersiapkan diri mengikuti lomba Agustusan di medio 90-an. 

Wilayah Karawang dan Bekasi sendiri dimasa 1945 hingga 1949 merupakan wilayah yang kemudian menjadi titik rendezvous laskar,jawara dan pasukan tentara hingga NICA-Belanda sendiri,yang kemudian saling terlibat adu provokasi hingga terjadinya peristiwa-peristiwa lokal tetapi turut mempengaruhi jalan cerita revolusi secara nasional. Sebut saja misalnya peristiwa Rawagede,yang kemudian menginspirasi lahirnya puisi "Karawang-Bekasi" karangan Chairil Anwar.

Diawal kemerdekaan,masih bagian dari euforia kemerdekaan, terjadi aksi huru-hara di Jakarta. Pembunuhan dan perampokan yang menyasar kalangan warga Eropa dan juga Tionghoa. Oleh kaum pemuda revolusioner, para pedagang dilarang menjual dagangan mereka di pasar kepada orang eropa dan etnis Cina. Kemudian terjadi aksi balasan oleh pihak Belanda dengan melakukan aksi kekerasan pula kepada kaum pribumi. Guna merespon itu,dengan beralasan bahwa ibukota seharusnya menjadi daerah netral,Inggris lalu meminta "kebijaksanaan" pihak Pemerintah Republik untuk mengosongkan wilayah ibukota dari semua kekuatan bersenjata. 

Perdana Menteri Syahrir menyepakati pengosongan Jakarta sebagai bagian dari rencana menjadikan Jakarta sebagai kota diplomatik pada akhir desember 1945. Kekuatan bersenjata kaum republik,baik itu yang tergabung dalam aliansi tentara-pemerintah hingga pemuda revolusioner yang terafiliasi dalam kelompok kiri, kesemuanya mundur kearah ommelanden yakni Bekasi dan Karawang yang tapal batasnya ditandai di Stasiun Kranji sebagai batas kaum republik sedangkan Stasiun Klender sebagai demarkasi NICA-Belanda. Sedangkan wilayah diantara keduanya boleh dikatakan sebagai wilayah abu-abu.

Diantara kelompok yang terpaksa berhijrah misalnya tersebutlah nama Komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jakarta, Letkol Moefreni Moekmin bersama pasukannya dan juga para pemuda yang tergabung dalam Laskar Rakyat Djakarta Raya (LRDR) yang sebenarnya enggan meninggalkan ibukota. Mereka terus melakukan "teror" hingga akhirnya pihak Inggris-Belanda melakukan aksi pembalasan dan pembersihan terhadap kelompok "ekstrimis" ini, hingga pihak pemuda nasionalis ini tidak memiliki pilihan selain menyingkir dari ibukota.

Selain itu, jauh sebelum kedatangan kaum republik dari arah ibukota,di wilayah Karawang dan Bekasi sendiri telah ada kekuatan jago dan jawara yang telah menjadi ikon lokal. Sebut saja semisal K.H Noer Alie,seorang tokoh asal Bekasi ,ada juga Ki Bubar yang menguasai wilayah karawang,Hingga Haji Darip,jagoan asal Klender yang begitu kondang. 

Dikemudian hari,para jawara dan jago ini kemudian memilih bergabung dengan kelompok pendatang dan saling bekerjasama sesuai dengan arah dan motif perjuangan masing-masing. Menurut Hendi Jo, sejarawan sekaligus penulis buku Orang-Orang di garis depan, berpendapat bahwa sebagian kekuatan lokal yang sudah ada sebelumnya cenderung menerima para "pendatang" dikarenakan karena beberapa hal. 

Pertama, Para jagoan dan jawara setempat tidak memiliki kekuatan untuk mengusir kekuatan bersenjata yang hadir kemudian, baik secara legal maupun perlengkapan dan persenjataan yang kurang memadai dibanding kelompok pendatang. 

Kedua, dibanding dengan kelompok-kelompok setempat, para pemimpin laskar dan kesatuan yang datang ke wilayah tersebut ,boleh dibilang adalah kaum terpelajar. Selain itu,tak jarang para pasukan bersenjata ini,terutama LRDR melakukan pendekatan sosiologis sehingga menghasilkan kesepahaman antar pihak demi terjalinnya kerjasama. Sehingga dengan kedatangan pasukan dan laskar dari Jakarta justru dianggap melengkapi kekuatan lokal yang ada.

Jadi dapat dibayangkan wilayah yang sebelumnya sudah ramai ditambah dengan kedatangan kekuatan baru yang datang dari Jakarta,maka situasi di kawasan Karawang-Bekasi menjadi lebih ramai dengan berkumpulnya beberapa organ bersenjata. kenyataan ini menempatkan wilayah Karawang dan Bekasi bukannya menjadi aman,malah cenderung menjadi anarkis. 

Perseteruan seringkali terjadi antar kelompok laskar yang terjadi akibat hal yang remeh,misalnya saling ledek hingga provokasi antara tentara dan laskar,tidak hanya mengakibatkan korban diantara kelompok bersenjata saja,namun juga rakyat sipil juga ikut terkena imbas dari perseteruan tersebut. Bahkan aksi jago-jagoan terkadang menjurus kearah kriminal. Robert Cribb dalam buku Para jago dan kaum revolusioner : Jakarta 1945-1949, mengungkap bahwa jago dan kaum revolusioner memiliki kecenderungan seolah sebagai penjaga kedaulatan Republik yang masih berumur muda,namun juga melakukan aksi kriminalitas disaat yang bersamaan.

Lalu mengapa Karawang-Bekasi dan sekitarnya menjadi pilihan bagi kaum revolusioner ?. Masih menurut Hendi Jo, selain karena alasan pembagian damarkasi antara pihak Republik dan NICA Belanda dan paling tidak ada dua alasan utama pilihan bermarkas di Kawasan tersebut ; Pertama,sejarah karawang yang sejak dulu menjadi lumbung padi yang tentunya memudahkan dalam hal logistik. Yang kedua,(ini salahsatu alasan utama pemuda berhaluan Kiri) di daerah ini muncul tokoh karismatik yang disegani dan patriotik yang dapat diharapkan dapat bekerjasama untuk kembali menaklukan Jakarta.

Pasca berpindahnya ibukota Republik dari Jakarta ke Yogyakarta pada awal 1946, alih-alih menurukan tensi pergolakan di wilayah Karawang-Bekasi, ketidaksukaan para pemuda revolusioner terhadap pilihan politik yang ditempuh oleh Bung Syahrir dalam menegakkan kemerdekaan RI,yakni melalui diplomasi,merupakan langkah yang ditentang para pemuda revolusioner terutama LRDR yang pro Tan Malaka. Laskar yang didukung oleh para jago dan jawara terus meningkatkan eksistensinya hingga akhirnya LRDR diburu oleh tentara pada pertengahan 1947. Selain itu, ketiadaan kepemimpinan di Jakarta turut berkontribusi terhadap dinamisnya situasi di Karawang dan Bekasi di masa itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun