Mohon tunggu...
Reshi Nayaka
Reshi Nayaka Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Homo homini socius

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersembunyi di Balik Label, Apakah Membuatmu Baik?

20 Maret 2023   21:12 Diperbarui: 20 Maret 2023   21:18 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terik matahari mulai terasa panasnya. Bel sekolah berbunyi menandakan berakhirnya segala kesuntukan selama pembelajaran berlangsung. Murid-murid menunggu teman-temannya di depan jendela kelas. 

Setelah itu, mereka Bersama-sama menuju kantin memuaskan hasrat lapar bersama-sama. Kuperhatikan kantin kecil itu penuh sesak dengan mereka yang bercanda ria bersama-sama atau mungkin hanya sekedar diskusi kelompok. Mereka tertawa bersama memadati tempat duduk dan bermain bersama. 

Sementara aku ? Aku menatap mereka dengan kesedihan di pojokan bangku sendirian sambil menikmati sekotak nasi campur non halal, jajanan favoritku. Kadang juga bekal yang kumasak dari rumah. Kesedihan yang kurasakan adalah karena aku merasa terbuang. Aku tidak bisa mengerti apa arti berteman yang sesungguhnya. 

Selalu saja gagal dalam bersosialisasi apalagi kalau bergabung dengan kelompok pertemanan, mereka selalu saja tak acuh. Ketika dekat dengan satu orang selalu saja ada orang ketiga yang mengacaukan hubungan kami dan akhirnya aku ditinggalkan. Aku berpikir, apakah aku sehina itu bahkan satu orangpun enggan mendekatiku ? Dan masalah itu masih berlanjut hingga sekarang.

Dalam kondisi itu, biasanya kita langsung berasumsi dalam pikiran bahwa "aku ini antisosial, aku tidak bisa menjalin hubungan dengan orang." Namun, apakah asumsi itu selamanya benar ? 

Dalam pembahasan ini aku akan membongkar apa itu antisosial yang sebenarnya. Istilah ini memang sering kita dengar dan merujuk pada orang yang sering menyendiri. Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan sesamanya. 

Mereka tidak dapat hidup sendiri. Dalam ilmu agama manusia adalah makhluk paling sempurna yang paling tinggi derajatnya diatas makhluk ciptaan lainnya. Ini karena manusia memiliki keunikan tersendiri dan tidak ada satupun manusia di dunia ini yang sama dan tidak ada yang dapat hidup sendiri. 

Oleh karena itu, manusia saling membutuhkan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan mereka. Manusia tidak seperti hewan yang memangsa satu sama lain untuk mendapat makanan. Manusia mendapatkan makanan melalui proses interaksi. Misalnya, melalui interaksi dengan pedagang di pasar, penjual makanan, dll. 

Begitu pula dengan memenuhi kebutuhan lainnya seperti pakaian, rumah, dsb. Pasti ada interaksi terlebih dahulu dengan penjual barulah terjadi transaksi. Selain itu, dari lahirpun manusia juga membutuhkan orang lain. Dari bayi kita diasuh oleh orangtua hingga beranjak dewasa. Tanpa orangtua, kita tidak dapat mengurus diri sendiri. Ketika meninggalpun kita membutuhkan orang lain untuk menggotong dan menguburkan jenazah kita. Tidak mungkin bisa menguburkan diri sendiri.

Lantas apakah ada orang yang antisosial ? Ada, tarzan yang tinggal di hutan. Tarzan hidup sendirian di hutan yang jauh dari peradaban manusia. Tidak ada satupun manusia yang menemani. Ia hanya berinteraksi dengan binatang di hutan. Ia membuat rumah sendiri. Dengan kayu yang ditebang, kemudian disusun menjadi rumah kecil. Ia tidak perlu tukang jagal dan penjual daging untuk mendapat makanan. Biasanya, tarzan berburu makanan dengan alat yang seadanya.  Ia tidak perlu orang lain untuk membantu kehidupannya.

Asumsi bahwa diri seseorang adalah antisosial hanyalah sebuah label yang diberikan pada diri sendiri. Label itu biasanya tidak berdasar. Orang-orang kerap kali melabeli dirinya sendiri dengan hal-hal yang negatif dan justru itu membuat orang semakin terpuruk. 

Misalnya ketika mendapat nilai jelek kemudian langsung memberi label bodoh dan tidak berguna pada diri sendiri, maka akan tetap seterusnya bodoh. Sama halnya dengan antisosial. Hanya karena merasa tidak dipedulikan oleh lingkungan sosial, langsung memberi label negatif. 

Padahal mungkin saja ada beberapa orang yang masih peduli dengan Anda, namun Anda belum berusaha mencarinya. Karena Anda sudah terpuruk dengan yang namanya label. Anda tidak berusaha mencari teman dan tetap berada dalam zona nyaman. Tidak ada bedanya dengan tarzan yang sudah nyaman tinggal di hutan.

Kita bukan seperti tarzan. Kita hidup di peradaban yang jauh lebih baik dan modern. Peradaban dimana semua saling membutuhkan satu sama lain. Antisosial hanyalah sebuah label yang kita berikan untuk diri sendiri. 

Dengan memberi label, kita menghakimi diri sendiri. Label itu akan tetap ada dan apabila dibiarkan, itu akan semakin merusak dan membuat kita terpuruk. Oleh karena itu, buanglah label itu jauh-jauh, mulai tinggalkan zona nyaman, carilah orang-orang yang sepaham denganmu. 

Antisosial bukanlah label yang baik, apabila label ini tetap dibiarkan menempel pada diri anda dan Anda tidak berusaha membuang label itu jauh-jauh, maka anda akan semakin sulit melakukan interaksi dengan orang lain, tidak percaya diri, dan ini semua akan mengarah pada sifat antipati. Empati harus dimiliki oleh setiap orang. 

Sangat berbahaya apabila manusia sudah tidak ada empati dan selalu memikirkan diri sendiri dan salah satu penyebab hilangnya empati adalah label antisosial. Yang perlu diingat adalah tidak ada manusia yang antisosial, apabila anda mulai merasa antisosial, berarti ada hal yang perlu dikoreksi dari diri anda, mengapa tidak ada yang mau bergaul, mengapa sulit bergaul, apakah pernah melakukan kebiasaan buruk yang tidak disukai orang, dll. 

Anda bisa mulai berdialog dengan orang terdekat seperti orangtua, teman, saudara, atau siapapun yang bisa menolong Anda ketimbang membiarkan label antisosial semakin menjatuhkan diri anda.

Percaya saja.. pikiran positif akan diri sendiri akan melahirkan pribadi yg positif. Asal kita tetap peduli akan lingkungan sekitar dan berbuat dengan niat baik, maka lingkungan pun akan memperlakukan kita dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun