Mohon tunggu...
MR Makkulawue
MR Makkulawue Mohon Tunggu... Administrasi - belajar bisa untuk kemudian bisa

Lahir dari ketiadaan yang diduga membisu untuk kemudian berupaya mengananalisis pola jalan yang berliku dalam dekap harapan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pesona Toleransi Cap Go Meh Kota Singkawang

2 Maret 2018   13:13 Diperbarui: 3 Maret 2018   16:44 998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Singkawang -Tidak dipungkiri lagi perhelatan Cap Go Meh di Kota Singkawang menjadi annual even tahunan yang dinanti-nanti masyarakat khususnya warga tionghua, namun tidak jarang banyak tamu-tamu dari luar kota yang rela berpanas-panasan untuk menyaksikan konvoi aksi tatung yang menakjub dan di luar nalar sehat, sesekali pewarta juga sempat menemui foreigner dan mereka secaara khusus datang ke kota ini untuk menyaksikan cap go meh.

Pesta warga tionghua tahun 2018 ini persis bertepatan dilaksanakan di hari jum'at dan ada yang menarik perhatian saya maupun bule german yang tepat di belakang keberadaan "why they walk without a music? it will be done?" pertanyaan itu muncul dengan ekspresi setengah kecewa sembari penuh harapan, dengan modal english jalanan ku sambut saja pertanyaan itu penuh percaya diri sembari tetap melanjutkan kesibukanku dengan kamera andalan "this is Indonesia, this is our contry and today is friday; we have a greates tolerance when we wanna pray each other, here we are sir" untuk kemudian percakapan itu berlanjut dengan tema yang berbeda.

"tahan, tahan, tahan!!! toleransi hari jumat, mereka sudah baca-baca (baca: mengaji)" ucapan itu jelas dan lantang terdengar dari salah satu pemandu rombongan konvoi untuk kemudian diamini dengan isyarat diam, spontan saja ku tilik jam tangan digital yang melingkar di lengan kananku, tepat pukul 11:03 WIB memandakan marboth di masjid sudah menyiapkan segalanya.

dok. pribadi
dok. pribadi
Kelenteng pertama di Singkawang memang persis berdekatan dengan masjid induk dan ini mengisyaratkan keharmonisan leluhur pendahulu tanpa harus bersitegang hanya karena perbedaan.

Cap go meh tahun 2018 ini memang menjadi annual even tahunan pertama yang pewarta rasakan dan ini menjadi pengalaman pertama, kabarnya hampir setiap tahun panitia selalu berupaya menorehkan rekor-rekor baru, sebut saja tahun 2017 panitia berhasil menorehkan rekor naga terpanjang (178 meter) dan di tahun 2018 ini akan ada 1.038 tatung dan gerbang Cap Go Meh terbsesar dengan tinggi 6 meter dan lebar 16,20 meter dilengkapi dengan 12 zodiak (shio) serta Santo Yosep Singkawang Group sudah mendaftar capaian rekor Muri dengan 9 naga.

Sampai jumpa di perayaan imlek tahun- tahun berikutnya dan kita nantikan capaian rekor yang baru serta semoga pesona toleransi cap go meh selalu menghiasi warna keseharian kita. (MrM)

Berkat perbedaan, segalanya jadi terang benderang (KH. Abdurrahman Wahid)

Singkawang, 2 Maret 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun