Mohon tunggu...
Mr Lee
Mr Lee Mohon Tunggu... -

belajar menulis sejarah

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Berita ISIS (Islamic state of Iraq and Syria) di Media

29 Maret 2015   16:18 Diperbarui: 18 November 2015   05:52 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apa itu ISIS dan sejak kapan kelompok ini muncul? Dari nama Islamic state of Iraq and Syria (ISIS) diketahui secara geografis bahwa itu adalah gabungan 2 negara, Iraq dan Suriah. Apakah 2 negara itu memang telah menyatu atau hanya klaim sepihak? Kelompok ini muncul ketika kekuasaan di Suriah semakin represif terhadap warganya dan Iraq sebagai negara boneka, maka muncullah kelompok separatis. Namun, kelompok ini muncul tidaklah berdiri sendiri ada pihak-pihak yang memfasilitasi, negara-negara yang memiliki kepentingan terhadap kawasan itu.

 

Siapa mereka sesungguhnya? Sulit dipastikan akurasinya sebab peran mereka diketahui hanya dari media dan berita, seperti tayangan di video yang disebarkan atau lainnya.

 

Fakta bahwa di kawasan Iraq dan Suriah terjadi perang adalah betul. Namun yang menjadi pertanyaan adalah mengapa mereka berperang? Siapa yang memantik perang di kawasan Arab itu? Jika ISIS atau Suriah menang apa yang akan terjadi? Dalam perang ini siapa yang diuntungkan? Tentu yang diuntungkan mereka yang mampu menjual senjata dan yang memiliki kepentingan. Yang menjadi korban adalah rakyat sipil, yang faktanya tak ikut terlibat perang, tetapi bisa mungkin mereka (terpaksa) terlibat dalam perang.

 

Jika dirunut ke belakang Iran dan Iraq pernah terlibat perang. Ketika itu Amerika membela Iraq. Beberapa tahun kemudian Irak diserbu dan diperangi pasukan gabungan yang dikomandoi Amerika. Mengapa pasukan multinasional itu menginvasi Iraq? Dalih mereka adalah bahwa Iraq memiliki senjata pemusnah massal yang membahayakan rakyat (termasuk dunia). Tapi belakangan alasan itu hanya dibuat-buat dan penuh kebohongan. Walaupun begitu, kehancuran Iraq dan peninggalan peradaban masa lalu tak dapat dihindarkan. Belum kerugian yang lain yang tak terhitung jumlahnya.

 

Apa yang sesungguhnya Amerika cs cari di sana? Alasan-alasan bisa dibuat untuk menutupi tujuan yang sesungguhnya, bisa jadi cadangan minyak atau penjualan senjata dan bisa juga gabungan kepentingan lainnya.

 

Lalu bagaimana kita di Indonesia memahami bahwa kelompok itu sebagai ancaman? Dimana ancamannya dan seperti apa?

 

Hampir semua yang diberitakan di media Indonesia masih berupa dugaan dan analisis dari banyak tokoh belum terlihat nyata bahwa itu adalah bentuk ancaman terhadap sebuah eksistensi negara. Yang keras bersuara justru dari ‘lembaga penanggulangan terorisme dan radikalisme’.1 Dari banyak kasus dan tuduhan kepada mereka yang disebut ‘teroris’ atau ‘radikal’ bentuk ancaman itu bentuknya seperti apa, sejauh ini hanya berupa angan-angan dan praduga bukan dalam bentuk nyata! Fakta bahwa ada beberapa dari mereka melakukan pengeboman betul. Tapi jika mereka diklaim memiliki ideologi, seperti yang dituduhkan, untuk mendirikan negara Islam hanyalah tuduhan sepihak. Sebab, fakta di pengadilan tak pernah terbukti, korelasi antara fakta di lapangan dengan ideologi yang dituduhkan.2

 

Justru ancaman dalam bentuk nyata dialami rakyat tidak dipermasalahkan dan diurai untuk dicarikan solusinya, berupa pendidikan dan kesejahteraan yang rendah. Mengapa hal itu terjadi? Sebab keadilan untuk seluruh rakyat masih jauh dari kenyataan dalam segala bidang. Kekayaan alam negeri ini hanya dinikmati oleh segelintir orang, terutama korporasi asing dan beberapa pejabat yang terkait dengannya, namun rakyat yang memiliki negara ini masih hidup dalam kekurangan, baik pendidikan maupun kesejahteraan.

 

Itulah persoalan bangsa paling nyata dan dirasakan rakyat, yang telah berlangsung lama.

Lalu pertanyaannya, isu terorisme dan sejenisnya itu permainan (psy war) siapa? Untuk menakut-nakuti rakyat atau ada tujuan di balik isu itu? Inilah yang tak pernah diungkap di media!

Nusantara, 27 Maret 2015

 

 

1. Salim Said mengatakan apa yang terjadi kawasan Arab sangat kompleks, siapa mendukung siapa, silih berganti, bergantung kepentingan, dalam diskusi tanggal 24-3-2015 di tv one. Di media-media lain juga hampir sama; Noam Comsky, menyatakan bahwa kata 'teroris' hanya dikenakan kepada kelompok kecil tapi tidak kepada sebuah negara , walau melakukan hal yang sama, kekerasan bersenjata dan inilah yang tidak adil.

2. Di zaman sebelum reformasi mereka yang dituduh radikal, diinfiltrasi, diprovokasi, lalu jika sudah bergerak, mereka dihabisi. Jika kita menengok sejarah Indonesia, mereka yang memberontak karena kecewa terhadap pemerintahan pusat, baca Ricklef.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun