Mohon tunggu...
Muhammad Rizqi Prasetyo
Muhammad Rizqi Prasetyo Mohon Tunggu... Lainnya - RAHAYU

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Nasib Pemilik Lesehan yang Berjuang Melawan Pandemi

30 Juni 2021   23:34 Diperbarui: 5 Juli 2021   19:22 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Dokpri tampilan depan dari Lesehan Tymas

Terletak tak jauh dari pusat kota Yogyakarta tepatnya di Jl. Mentri Supeno di depan Mirota Kampus terdapat warung Lesehan Pecel Lele yang bernama Lesehan Tymas.

Lesehan ini tidak begitu besar namun yang beli cukup banyak. Hal tersebut membuat saya penasaran, alhasil saya langsung meluncur ke lesehan tersebut dan mencari tau rahasia dibalik ramainya warung leehan tersebut.

Saat di lokasi, saya bertemu dengan penjual sekaligus pemilik dari lesehan Tymas, yaitu ibu Lilah. Saya berbincang dan bertanya-tanya banyak tentang kapan lesehan ini dibuka sampai akhirnya bisa seramai ini.

"Warung lesehan ini sudah berdiri lumayan lama mas, kalo gasalah sudah dari tahun 2014," ujar Ibu lilah saat saya tanya tentang berdirinya lesehan ini.

"Sebenarnya sebelum lesehan ini berdiri, dulu sudah pernah buka warung sembako dan menjual aneka minuman seperti jus dan pop ice, akan tetapi tidak serame sekarang mas," sambungnya.

Yang menjadi daya tarik para pembeli ternyata harga yang diberikan sangat murah dan pastinya enak. Di sini kita juga dapat memilih jika ingin dikremes (dibalut dengan kriuk) ataupun dibakar.

Hanya dengan Rp 5.000, kita sudah dapat makan dengan kenyang. "Saya bingung mas kalau soal harga, jadi saya patok harga yang murah. Ya walaupun begitu pembeli saya tetap banyak mas," tutur bu Lilah.

Saya juga heran dengan harga yang ditawarkan bisa semurah itu. padahal jika dilihat dari tempatnya yang tak jauh dari pusah kota, harga yang ditawarkan sangat murah.

"Kadang ada pembeli yang kebingungan mas, dikira ada yang lupa dihitung. padahal emang segitu hargamya," ujar pemilik warung Tymas ini

sumber : Dokpri macam-macam lauk yang tersedia
sumber : Dokpri macam-macam lauk yang tersedia

Dan saya juga penasaran kenapa bisa dinamakan lesehan Tymas, lalu saya bertanya lagi kepada ibunya, "Nama Tymas sebenarnya terinspirasi dari nama anak saya sendiri mas, tyo dan dimas. jadi klo digabung jadinya tymas," tutur ibunya.

Menu yang tersedia disini sebenarnya sama dengan lesehan-lesehan pada umumnya seperti ayam ,lele, tempe, tahu, terong dan telor. Yang spesial dari lesehan ini adalah bakar dan kremesannya.

Sambal yang disediakan cuma ada satu jenis yaitu sambal matang. Eits jangan salah sambal matang di sini tenyata juga pedas dan cocok untuk kalian para penikmat sambal.

Sembari menunggu makanan matang, saya juga bertanya kepada bu Lilah tentang Covid-19,apakah mempengaruhi pendapatan warung tersebut.

Ibu Lilah pun bercerita sedikit tentang apa yang dialaminya. "Ya kalau pas sekarang gini kadang sepi kadang ramai yang beli, mas. Jadi ngga tentu. Kadang juga malah seharian tidak ada yang beli," ungkap ibu Lilah. "ya walaupun untungnya ga seberapa yang penting sudah cukup untuk memutar uang modal dan cukup untuk makan sendiri."

Mendengar pernyataan tersebut, ternyata memang benar jika pandemi ini sangat mempengaruhi pendapatan UMKM khususnya di kota Jogja ini.

Belum lama juga tersiar berita bertambahnya kasus Covid-19 di Indonesia yang membuat masyarakat resah. Sudah hampir genap 2 tahun pandemi ini membuat masyarakat menderita.

Akan tetapi, semangat bu Lilah dalam menjalankan usaha lesehan tersebut sangat menginspirasi saya dan mungkin dapat menginspirasi para pembaca sekalian.

Makanan yang saya pesan pun juga sudah matang tanpa saya sadari karena saya keasyikan bertanya kepada ibu Lilah. Saya memesan lele kremes, tempe kremes, dan es teh dengan harga Rp 15.000.

Ternyata memang benar, kremesnya kriuk dan enak, apalagi diduetkan bersamaan dengan sambal gorengnya, mantap!

Lele yang disajikan di sini ternyata sudah digoreng setengah matang dengan tujuan agar lebih mudah untuk di kremes maupun bakar sesuai keinginan pembeli.

sumber : Dokpri ayam bakar yang saya pesan untuk dibawa pulang
sumber : Dokpri ayam bakar yang saya pesan untuk dibawa pulang

Mungkin dengan harga yang murah ini, Ibu Lilah menargetkan penjualanya kepada mahasiswa yang sedang merantau di Jogja.

Akan tetapi pembeli yang sekaranng malah kebanyakan dari tetangga ibu Lilah sendiri.

"Kalau sudah cocok dilidah biasanya akan kembali lagi mas, ya contohnya seperti tetangga saya," ujarnya.

Setelah mendengar cerita dari Ibu Lilah saya pun bergegas untuk melahap makanan yang sudah saya pesan karena perut sudah tidak bisa dikondisikan lagi. 

Namun ketatnya peraturan daerah yang menharuskan para pelaku UMKM tutup di bawah jam jam 7 malam membuat pendapatan para pelaku UMKM semakin terpuruk, tak terkecuali dengan lesehan Tymas ini.

Lesehan Tymas buka dari jam 5 dan tutup jam 9. Jika ibu Lilah terlalu mematuhi pemerintah, lesehan Tymas tersebut bisa saja tutup. Ibaratnya saja sudah buka dari jam 5-9 malam, dan itu saja tidak mesti rame. Syukur-syukur jualanya ramai dan biasanya tutup gasik, begitu bu lilah berujar. 

Saya bertanya kenapa tidak mencoba untuk mempromosikan lesehan ini ke media sosial ataupun menambahkan ke Go-food?

"Saya sudah mencoba mempromosikan lewat berbagai cara mas, akan tetapi kontak yang saya punnya cuma tetangga-tetangga sendiri. Saya juga sempat meminta tolong kepada anak saya untuk mempromosikan ke teman-temannya. Kalau Go-Food saya belum berani, mas, soalnya kompor yang saya pakai masih kecil. Bukan takut ramai, takut kalau pesananya lama," tutur Ibu Lilah.

Nasib UMKM sangat dipertaruhkan saat pandemi begini. Terkadang persoalan seperti ini jarang diakabarkan media.

Peran pemerintah harus lebih dan lebih lagi untuk memperhatikan UMKM yang ada, dan melakukan observasi tentang kesenjangan yang dialami oleh pemilik UMKM seperti salah satunya lesehan Tymas ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun