Mohon tunggu...
Muhammad RizkyFadhilah
Muhammad RizkyFadhilah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang belajar untuk terus berbuat kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jatuh Bangun Ditengah Pandemi, Putar Otak Demi Menafkahi Keluarga

26 Desember 2020   15:27 Diperbarui: 28 Desember 2020   19:30 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siklum mempertahankan usahanya di tengah pandemi (Foto: Fadhil)

Semenjak COVID-19 masuk ke Indonesia, kemudian memporak-porandakan dan melumpukan sektor ekonomi, hal ini tentunya sangat memukul model bisnis UMKM karena banyak sekali yang harus gulung tikar, apalagi dengan diberlakukannya PSBB.

Sebut saja Siklum(nama disamarkan), Usaha warkop miliknya mungkin salah satu gambaran UMKM yang terdampak dan sempat lumpuh. Sejak bulan April lalu ia terpaksa harus menutup usahanya lantaran tidak ada pembeli.

"Semenjak PSBB pertama tuh empat bulan enggak buka, sepi banget." ucap Siklum dengan raut wajah sedih. Sejak usaha warkop miliknya tutup ia sangat kesulitan dalam memberi nafkah  untuk keluarga. Ia sangat kebingungan, terkadang sampai tidak ada uang untuk belanja kebutuhan warung sampai harus meminjam uang.

"Ya kalau belanja ada aja yang enggak bisa dibeli karena uangnya enggak cukup, harusnya beli cabai tapi ditunda dulu." Siklum kembali menjawab dengan raut wajah yang sedih.

Empat bulan sudah pandemic COVID-19 berlangsung di Indonesia, menjelang hari raya Idul Fitri suasana semakin memburuk, jumlah positif menyentuh angka 6000 kasus, pandemi belum berakhir. Idul Fitri yang biasa dirayakan dengan penuh suka cita bersama keluarga sambil menyantap hidangan khas hari raya nampaknya tidak bisa dinikmati oleh Siklum bersama istri dan anaknya, karena ia mengaku sampai tidak ada beras di rumahnya.

Sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab kepada istri dan anaknya ia sangat sedih dan terpukul. "Sedihnya ya waktu Ramadhan menjelang Idul Fitri enggak ada beras, anak harus jajan terus belanja juga harus." Kali ini Siklum berbicara sambil meneteskan air matanya.

Tetapi Siklum tidak menyerah, dapur harus tetap ngebul kalau kata orang-orang. Terkadang ia membantu tentangganya menanam padi dan kemudian diupah dengan beras 1 liter. "Ya kadang bantuin tetangga nanem padi terus dikasih beras 1 liter, lumayan lah buat makan anak istri, hemat pengeluaran juga kan."

Pandemi kali ini memaksa kita untuk beralih ke dunia digital, pendidikan dan bisnis merupakan sektor yang harus dipaksa beralih. Mau tidak mau, suka tidak suka.

Pandemi kali ini juga memaksa kita untuk keluar dari zona nyaman dan berinovasi menciptakan model bisnis baru dengan memanfaatkan teknologi digital, Hal ini membuat banyak bisnis yang beralih menjadi online.

Siklum sebagai kepala keluarga terus berfikir dengan memutar otak, agar istrinya tetap bisa membuat dapur mereka ngebul. Ia memutuskan untuk beralih bisnis mejadi berjualan via online. Ia memanfaatkan kendaraan pribadi miliknya dan keahlian istrinya dalam membuat tape ketan khas Jawa Barat, lalu dipasarkan secara online melalui sosial media. Ia juga mengatakan mendapatkan penghasilan yang lumayan dengan cara tersebut.

Ia tidak patah semangat. Semua hal dilakukan demi menafkahi anak dan istrinya dengan melakukan segala cara dan memanfaatkan kemampuan memasak yang dimiliki istrinya dan sepeda motor yang ia punya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun