Mohon tunggu...
Moh.Rizky Abdillah
Moh.Rizky Abdillah Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Editor

02/feb

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menggantikan Peran Seorang Ayah

29 Mei 2022   20:09 Diperbarui: 29 Mei 2022   20:14 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Kalau sekolah ari tidak bawa bekal, ingin fokus belajar katanya dan ia juga tidak jajan, ia tidak malu, dan memeang tidak suka jajan, mending saya duduk saja didalam kelas,walau kadang ia juga ingin beli jajan. Kecuali kalu ada buku yang dibutuhkan, baru ia beli.

Perjalanan menuju kesekolah tidaklah mudah, kaki-kaki kecilnya harus berhati-hati dalam setiap langkah, tidak hanya menembus jalan setapak diantara belukar, mereka harus melewati sawah yang ada. 

Ari dan kedua adiknya harus rela melintasi tanah kering dan gersang. Seolah menjadi gerbang utama keluarga ari untuk bisa menikmati beradaban berbeda diluar sana. Tak hirau akan sakitnya jalanan kaki-kai bocah ini tetap pergi kesekolah. 

Setelah mereka melewati persawahan, jarak sekolah tidak jauh lagi hanya sekitar satu setengah kilo meter saja. Ingin punya rumah deket sekitaran sekolah, kalau sakit juga gampang untuk berobat. 

Saat anaknya sekolah, ibunya pun kembali menekuni pengolahan gula aren, bukanlah ibu menolak pekerjaan lain yang bisa menambah pendapatan keluarganya. 

Kondisi fisik ibu yang tak sempurna membuatnya sulit untuk melakukan pekerjaan lain yang membutuhkan keterampilan tangan, pergelangan tnagan kanan hingga ruas jarinya tak berkembang dengan sempurna, hingga untuk aktivitas sehari-hari, ibu hanya bisa menggunaka tangan kirinya saja. 

Sembari menunggu nera mengental, ibu menyiapkan peralatan untuk mencetak gula aren, alat-alat cetak yang ia gunakan cukup sederhana, hanya beberapa ruas bambu yang dipotong pendek, serta sebuah papan kayu yang digunakan sebagai alasnya. 

Kini nera telah membentuk caramel berwarna kecoklatan, disaat seperti ini ibu harus selalu terus mengaduk nira secara perlahan, agar tidka kering dan gosong dibagian bawahnya. 

Untuk mengetahui tingkat kematangan nera, cukup tangan dan siap untuk dicetak, ibu mengujianya dengan cara sederhana, yakni dengan memasukan sedikit karamel ini kedalam air bersih ini. jika cairan gula kental mudah menggumpal berati nira sudah siap untuk dicetak.

Nira yang kurang panas bisa menyebabkan gula aren mudah rusak atau cepat berjamur, caifran gula yang telah siap, tak bisa langsung dicetak, ditunggu sampai suhu sedikit berkurang, dan mencapai kekentalan yang cukup. 

Bila terlalu encer gula akan meleleh, dan tidak bisa terbentuk dalam tabun bambu. Bila tingkat kekentalan tercapai, gula aren cair dituang kedalam cetakan bambu berdiameter 5 cm. Diisi hingga penuh dan didiamkan sampai gula membeku. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun