Perbankan syariah mempunyai rekam jejak yang panjang dalam ikhtisar pembangunan ekonomi di Indonesia, baik dalam tinjauan historis dan filosofis. Gagasan didirikannya bank syariah pertama di Indonesia mulai terlihat pada pertengahan dasawarsa 1970-an merespons minat dan antusiasme Kawasan Timur Tengah untuk berinvestasi di Indonesia yang mempersyaratkan bank syariah sebagai lembaga intermediasi transfer dana modal. Kolaborasi MUI dan ICMI mempunyai andil yang sangat besar bagi cikal bakal lahirnya bank syariah pertama di Indonesia. Hasilnya adalah bank syariah pertama di Indonesia yang bernama Bank Muamalat didirikan pada tahun 1991.
Perjalanan selanjutnya membuktikan bahwa bank syariah mampu menahan gempuran krisis moneter 1998. Bank syariah tidak bisa terseret dalam arus krisis moneter karena negative spread law atas naiknya suku bunga simpanan tidak berlaku untuk bank syariah. Mekanisme akad bagi hasil pada bank syariah tidak akan terpengaruh oleh fluktuasi suku bunga. Ketangguhan ini yang kemudian menarik minat para pelaku usaha dari kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah untuk mengajukan pinjaman modal usaha ke bank syariah. Mereka dapat dengan leluasa memperkuat basis usaha yang digeluti yang menjadikan mereka muncul sebagai pilar penyelamat Perekonomian Indonesia dari badai krisis moneter 1998. Perjalanan sukses perbankan syariah inilah yang diharapkan terulang kembali dalam menapaki jalan terjal menghadapi ancaman resesi global 2023. Modernisasi bank syariah yang dilakukan secara intensif sejak tahun 2021 diyakini menjadikan perbankan syariah lebih kebal terhadap ancaman resesi global.
Prediksi dan Rekomendasi
Indonesia dikenal luas sebagai negara demokrasi dengan segmentasi filantropi Islam yang sangat kuat dalam skala internasional. Hal ini tidak diragukan lagi jika merunut statistik jumlah penduduk beragama Islam di Indonesia yang mencapai 237,53 juta jiwa per Desember 2021 atau sebanyak 86,9 persen populasi penduduk di Indonesia memeluk Islam. Perbankan syariah harus memanfaatkan peluang tersebut untuk memperkuat momentum ekspansi ekonomi mereka. Keseimbangan pendapatan dan konsumsi, minat menabung dan berinvestasi, serta antusiasme mengajukan pinjaman modal usaha demi memperkuat basis ekonomi kreatif menjadi faktor kunci penyelamat Perekonomian Indonesia dari ancaman resesi global 2023 mendatang. Perbankan konvensional hampir dipastikan tidak bisa berkutik memfasilitasi semua itu, oleh sebab itu perbankan syariah di Indonesia didorong untuk mengambil peran strategis tersebut. Pemerintah Indonesia diminta untuk terus mendukung penguatan kapasitas ekonomi perbankan syariah dengan cara menyediakan akses likuiditas dan penyertaan modal yang memadai untuk bank syariah layaknya bank konvensional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H