Mohon tunggu...
irfan suriyadi
irfan suriyadi Mohon Tunggu... -

SEORANG PEMUDA KECIL YANG INGIN MEMBERIKAN PENUH RASA KEADILAN BAGI SETIAP MANUSIA

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Rentenir Dan Petani Kopi Kebun Tebu Lampung Barat

17 November 2017   22:37 Diperbarui: 18 November 2017   16:23 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Rentenir, Bicara soal rentenir, memang susah-susah mudah, rentenir ada karena ada yang membutuhkan dana cepat dan praktis, mudah untuk berbagai macam keperluan sehari -hari, apalagi kadang tak banyak pilihan, kepada siapa kita berharap, jika perut lapar, anak sakit, istri sakit, yah, kalau masih ada saudara yang kaya dan baik hati, mau ngasih pinjam atau ngasih aja hehehe. 

Nah, dikampung kami, hampir 99,9% adalah petani kopi yang hasilnya panennya tahunan. Tidak heran kadang petani kehabisan bekal untuk keperluan sehari-hari, yah mereka terpaksa mencari hutang kesana-sini. Biasanya, tahap pertama, seperti kebiasaan kita, pastinya kalau ada,kita pinjam ke saudara, jika gagal, atau karena masih ada hutang disaudara, baru ke Bos kopi (tengkulak).

Bila nasib baik, biasanya sang tengkulak, bisa memberi pinjaman tanpa bunga, asal sang petani layak dipercaya, juga biasanya harus menjual hasil panennya ketengkulak tersebut. 70 % petani didesa purajaya Kec Sumberjaya Lampung barat adalah petani penggarap hutan lindung. Mereka berasal dari berbagai suku Indonesia, ada suku Semendo (Palembang) oku, OKI, lampung,Jawa, padang, Madura , bali , batak suku sunda dan berbagai suku di Indonesia lainya.

Pembukaan hutan Lindung ini sama tuanya dengan umur republik, bahkan presiden terdahulu kita Ir.soekarno pun pernah datang, begitu juga dengan Ibu Megawati pada saat peresmian PLTA way besay sumberjaya. Tahun ini 2017 tahun sulit bagi para petani kopi karena hasil panen yang turun drastis setelah tahun 1995 (pristiwa pengusiran petani penggarap hutan ). Kemarau panjang tahun 2010, menyebabkan bunga kopi terbakar dan gagal menjadi putik begitu juga dengan tahun sekarng , panen kopi sebagai satu-satunya tumpuan hilang sudah, petani kembali harus menunggu satu tahun yang akan datang, itu juga jika iklim bersahabat. 

Gagal panen ini menjadi mala petaka bagi petani, Banyak Petani harus mencari penghasilan dengan menjadi buruh di Pelembang, Bangka, bengkulu maupun berusaha yang untuk hanya sekedar bertahan hidup dan dapur terus ngebul, karena makan tidak bisa ditunda , begitu juga dengan sekolah, walau programnya serba gratis tapi nyatanya selalu ada keperluan sekolah yang harus dibayar. Nah , walau pahit rentenir lah sandaran bagi petani , tidak heran para rentenir memahami betul kesulitan petani kopi ini. Dengan sarat yang mudah walau bunga selangit tidak menjadi masalah demi dapur yang harus tetap menyala. 

Biasanya minjam uang kerentenir ada system 1:2. Artinya minjam satu juta balik 2juta. Ada juga system barter, 1 kuintal beras dibayar 1 kuintal kopi. Kalau diuangkan maka harga beras 100kg Rp700 ribu, saat ini harga kopi Rp 19-20 ribu/kg, maka satu kuintal Rp 1,8-2,0 juta.Begitu juga dengan obat-obatan pertanian, semuanya serba dua kali per 10/bln. Inilah sekelumit kehidupan petani kopi Sumberjaya yang menjadi cerita bagi kami anak petani kopi itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun