Pada peradaban kerajaan Hindu-Budha di Indonesia, informasi-informasi kerajaan seperti nama-nama raja atau cerita perjuangan kerajaan dituangkan berupa tulisan. Bayangkan jika cerita ini tersimpan di dalam memori-memori para patih, mungkin tidak akan lama umur cerita tersebut. Dan mungkin tidak akan bisa dinikmati oleh anak cucu hingga ratusan tahun ke depan. Namun, tulisan itu dimanifestasikan di batu yang kita sebut prasasti dan kertas yang ketika dikumpulkan menjadi buku membuat umur informasi dapat bertahan lebih lama, melebihi umur manusia.Â
Jika internet telah ditemukan, mungkin ahli IT kerajaan akan menciptakan website kerajaan dan menuliskan segala informasi di dalamnya. Para akademisi yang dimiliki kerajaan akan menuliskan biografi salah seorang raja dan menuliskan peristiwa-peristiwa bersejarah dan para petugas kerajaan akan selalu mendata pemasukan dan pengeluaran keuangan raja melalui word excel dari komputer yang dimilikinya. Semua informasi akan dapat direkam dan dibaca oleh generasi mendatang. Setelah itu, semua dokumen akan diunggah pada penyimpanan berbasis cloud untuk mengamankan data-datanya.Â
Namun, otak manusia belum berkembang sejauh itu. Teknologi yang terbaik sebagai tempat penyimpanan data yang tahan lama masih berupa batu, batang pohon, dan ketika lebih baik akan didapati buku. Pada abad ke 14, pada kerajaan Majapahit, kita bisa menemukan jejak yang ditinggalkan berupa buku seperti Kakawin Nagarakrtagama karangan Empu Prapanca.Â
Buku itu membuat generasi sekarang dengan mudah mempelajari kehidupan pada masa Majapahit dan menguak peristiwa-peristiwa pentingnya. Hal ini membuktikan ketersediaan rekaman informasi tersebut sangat membantu dalam dunia penelitian dalam penguakan bagaimana orang dahulu beaktivitas dan bekerja, sistem politik dan ekonominya, atau sistem pemerintahannya.
Saat ini, kita berada pada era transistor, silikon, dan angka biner. Informasi dan data tidak hanya bisa direkam dalam bentuk tulisan, akan tetapi juga gambar dan video. Seseorang yang hari ini merekam dirinya sedang makan di sebuah restoran Jawa rasa tradisional menggunakan smartphoneApple miliknya dan mengunggahnya pada akun instagram akan selamanya menjadi jejak rekam yang 100 atau 500 tahun kemudian masih bisa dibuka.Â
Seperti yang dilakukan salah seorang pakar Timur Tengah, yang dapat menentukan mana berita hoaxberdasarkan gambar pada artikel yang dikomparasikan dengan gambar yang sama pada artikel tertentu menggunakan Google Image serta melacak biodata seseorang anak teroris dan afiliasinya dari fotonya dan akun sosial medianya dengan menggunakan metode yang sama untuk kebutuhan .Â
Perkembangan peradaban manusia tidak lepas kemampuan manusia menyederhanakan segala bentuk informasi ke dalam dua bentuk angka saja, 1 dan 0. Dua angka yang cukup membuat informasi berumur abadi. Dengan dibantu oleh terbentuknya jaringan internet yang bisa dikatakan sebagai jaringan manusia sedunia informasi menjadi barang yang tidak lagi berharga karena jumlahnya yang sangat melimpah. Jaringan internet merevolusi cara informasi menyebar, penyajian informasi, dan umur informasi. Hanya dengan beberapa sentuhan jari pada layer smartphone, seseorang bisa membuat ancaman terhadap sebuah negara.Â
Internet yang pada dasarnya menggunakan angka biner dalam transmisi informasinya, dengan pulsa kecepatan cahaya yang ditransmisikan lewat serat optik seperti sekarang, membuat informasi lebih cepat tersampaikan terbangun jaringan kompleks. Hal ini membuat informasi bisa diarsip ke komputer lain.Â
Saat ini kita mengenal teknologi Cloud yang contohnya dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar seperti GoogleDrive, Amazon Web Service, atau Alibaba Cloud ini. Jika dulu terdapat perpustakaan yang harus dihancurkan untuk menguasai dan memenangi peperangan. Ke depan mungkin cloud serveryang menjadi sasaran utama dalam memenangi peperangan.
Masa sekarang kita tidak hanya bisa menyimpan informasi dalam bentuk tulisan. Bahkan gambar dan gambar bergerak (video) menjadi cara penyimpanan informasi yang paling baik. Dulu, manusia menggunakan bahasa dan tulisan untuk menggambarkan suasana peristiwa di sekitarnya. Bisa terjadi ada salah interpretasi di sana, namun sejak manusia mampu merekam. Pernyimpanan informasi suatu peristiwa bisa langsung dilihat tanpa bantuan penalaran manusia.Â
Sehingga yang terjadi adalah keabadian dan kemudahan mendapatkan data dan menyimpannya. Suatu saat, 1000 atau 10000 tahun yang akan datang generasi selanjutnya tidak akan susah untuk menggali dan mengenal perilaku manusia sekarang. Semua telah tersedia, semua mudah diakses. Namun, keterlimpahan informasi akan menjadi masalah bagi generasi selanjutnya. Limpahan informasi itu akan membuat manusia generasi selanjutnya membutuhkan lebih banyak energi untuk menilai dan mengklasifikasi, bukan pada kebutuhan energi untuk mencari.