Semua Berawal dari Mesin Jahit
Tahun 1589, Ratu Elizabeth I menolak memberikan paten pada penemuan cerdas seseorang, dia adalah William Lee, yang mampu memodelkan gerakan tangan saat merajut pada sebuah mesin. Sang Ratu menolak dengan alasan mesin ini akan merusak industri tekstil konvensional. 200 tahun kemudian alat ini merevolusi cara industri tekstil berkerja, mesin yang telah ditolak sang ratu menjadi mesin yang paling digunakan di segala indusri tekstil saat itu. Dengan alat itu industri tekstil mampu memproduksi kain secara masal dalam waktu yang lebih cepat. Hal ini kemudian menjadi momentum yang paling penting dalam memprakarsai revolusi industri yang pertama.Â
Akhir abad 18 yang lalu tepatnya, revolusi industri pertama terjadi. Peristiwa ini telah mewarisi teknologi steam dan tenaga berbasis mesin yang mampu menggantikan kekuatan otot manusia. Revolusi industri pertama ini dilandasi oleh penemuan Newton ketika memformulasikan hukum dari gerak. Sejak saat itu, gerak lebih dapat dipahami dan diukur, yang kemudian memungkinkan manusia membuat steam engine yang dapat memekanisasi pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia (Xing dan Marwala, 2017). Revolusi industri yang pertama ini bisa dikatakan sebagai hari lahir mesin.
Britania Raya menjadi wilayah pertama yang merasakan perubahan revolusioner ini yang kemudian menyebar ke wilayah Eropa dan Amerika. Perubahan ini dirasakan dalam setiap aspek kehidupan, tidak terlepas pada dunia pekerjaan yang kemudian merubah seluruh tatanan sosial dan psikologi masyarakat.Â
Bagaimana tidak, pekerja kelas menengah ke bawah yang lebih mengandalkan kemampuan otot tergusur oleh mesin-mesin. Revolusi industri pertama setidaknya mengakibatkan 1/3 dari total pekerja mengalami pengangguran dan 1/3 nya lagi bekerja paruh waktu karena kemampuan kerjanya mampu diambil alih oleh mesin. Penggunaan mesin ini meningkatkan kebutuhan akan batu bara yang kemudian memunculkan permasalahan yang paling sering dibicarakan saat ini, pemanasan global. Â
Pola kehidupan masyarakat yang awalnya bertani dan mengandalkan makanan dan supply makanan dari hasil tani berubah menjadi masyarakat buruh industri yang berkerja di pabrik-pabrik dan kantor-kantor. Sampai saat ini, kita bisa merasakan dampak dari revolusi industri pada urbanisasi yang tinggi dan pola pekerjaan yang didominasi pada sektor industri.
Â
Revolusi Material dan Revolusi Mobilisasi
100 tahun kemudian, Sir Henry Bassemer menemukan cara baru pembuatan baja dari besi bekas cair. Cara ini merevolusi manufaktur baja menjadi lebih murah, meningkatkan skala dan kecepatan produksi, dan mengurangi kebutuhan pekerja dalam pembuatannya (Mokyr, 1998).
 Akibatnya, produksi massal baja terjadi. Baja menggantikan besi yang terbukti lebih lemah dan lebih mahal. Baja yang terbukti lebih murah dan lebih tahan lama memungkinkan pembangunan jalur kereta menjadi murah, akibatnya akselerasi pembangunannya tidak dapat dihindari lagi. Adanya jalur rel dan pembangunan yang semakin merata merubah pola serta intensitas transportasi dan supply chainyang mengakibatkan penurunan harga komoditas seperti batu bara dan baja.