Bayangkan jika kita akan berangkat menuju tempat kerja, lalu anda memanggil mobil yang anda miliki melalui smartphone untuk mengantar anda dan berhenti tepat di depan anda berada. Di perjalanan, anda menikmati secangkir kopi yang telah disediakan mesin pembuat kopi setiap pagi di mobil anda dan mengakses informasi terbaru melalui layar yang terproyeksikan di kaca mobil anda. Sedangkan, mobil anda melaju dengan kecepatan stabil dengan kemampuan self-driving tanpa berhenti karena lampu lalu lintas.Â
Ya, masing-masing mobil mampu berkomunikasi satu sama lain sehingga memungkinkan mereka melaju tanpa bertabrakan. Seperti itulah gambaran industri 4.0, ketika semua benda telah dibuat otomatis, maka langkah selanjutnya adalah membuat mereka mampu berkomunikasi satu sama lain seperti layaknya manusia menegur temannya apabila bertemu atau menjauhi mereka yang bermasalah dengan kesehatannya.Â
Tahun 2011 pada sebuah ajang yang bertajuk "Hannover Mesese" Pemerintah Jerman meluncurkan konsep industri masa depan yang sama sekali baru. Digitalisasi manufaktur diangkat sebagai tema yang dijadikan dasar dari konsep industri masa depan ini, mereka menamakannya "Industrie 4.0". Para akademisi dan pemimpin perusahaan yang menuangkan konsep itu tidak mengetahui bahwa konsep itu akan menyebar dengan cepat dan menjadi konsep industri masa depan dunia. 5 tahun kemudian, konsep itu menjadi viral dan banyak dibicarakan pada konfrensi-konfrensi serta seminar berkaitan dengan konsep industri masa depan.Â
Industri 4.0 merupakan sebuah paradigma baru cara berindustri yang revolusioner. Paradigma ini menciptakan terwujudnya intergrasi dan interkoneksi antara mesin, produk, komponen, individu, dan teknologi informasi yang menjadi kesatuan dalam sistem industri. Integrasi, interkoneksi, dan fleksibel adalah prinsip yang akan dibawa revolusi industri seri empat ini. Revolusi industri ke empat ini bisa dikatakan sebagai mesin-mesin yang dapat berkomunikasi satu sama lain.
 Interaksi ini memungkinkan lampu lalu lintas yang berada di Surabaya Timur berkomunikasi dengan lampu lalu lintas di Surabaya Barat untuk menyelesaikan kemacetan saat jam-jam pulang kerja. Industri 4.0 dapat dikatakan sebagai digitalisasi seri selanjutnya dari sektor manufaktur, yang dikendalikan oleh 4 hal: pemberdayaan data, tenaga komputasi dan koneksi; analitis dan kemampuan kecerdasan bisnis; cara baru interaksi manusia dengan mesin seperti layer sentuh dan Augmented Reality; dan peningkatan transfer instruksi data ke dunia fisik seperti robotik dan 3D printer (Lee et al., 2013).Â
Dalam era industri 4.0, pengembangan teknologi akan mengacu pada bidang genetika, bioteknologi, Artificial Intelligence, robotika, nantokenologi, dan 3D printing (World Economic Forum, 2016). Teknologi-teknologi ini memungkinkan manusia untuk bekerja lebih efisien dan lebih murah dari yang pernah ada. Artificial intelligence contohnya, memungkinkan sebuah komputer untuk mengambil keputusan seperti seorang ahli atau expert system.Â
Jika manusia dapat mewujudkan ini, maka kehlian akan dengan cepat terdistribusi kepada seluruh komputer dan mesin-mesin. Kemampuan expert dalam memprediksi kelonjakan permintaaan barang atau nilai barang yang paling sesuai dengan mudah diaplikasikan dan disebarluaskan. Kita hanya membutuhkan sebuah perangkat keras yang memiliki sensor dan terhubung dengan internet (IoT). Lalu perangkat lunak AI yang telah terpasang pada perangkat keras yang diunduh melalui internet akan mengelola data tersebut menjadi sebuah keputusan expert yang paling efektif dan efisien yang pernah dilakukan.
Tahun-tahun ini mungkin operasi produksi perusahaan masih bersifat terpusat. Dalam hal ini, mereka membutuhkan sistem distribusi yang cepat untuk mengirimkan hasil produksinya. Namun, beberapa tahun ke depan 3D printingakan merubahnya. 3D printing memungkinkan sebuah pabrik otomotif untuk memproduksi barang di tempat-tempat yang terjangkau dengan pelanggan. Hal ini akan mampu meminimalkan anggaran distribusi dari era sebelumnya.Â
Prediksi menggunakan AI akan memungkinkan perusahaan menentukan titik-titik tempat produksi terbaik lengkap dengan jumlah barang yang dibutuhkan pelanggan saat itu juga. Di sini, printer 3D yang telah diletakkan di titik-titik tertentu akan bekerja sesuai permintaan yang dikirimkan dari data hasil olahan AI. Masing-masing printer bekerja sesuai desain yang telah dikirimkan perusahaan pada perangkat lunaknya melalui jaringan komunikasi serat optik yang menghubungkan titik-titik pabrik produksi.