Misal, mereka berpikir buat apa lagi menggunakan produk atau layanan kita, jika ternyata di luar sana ada produk dan layanan yang jauh berkualitas, murah, cepat dan memberikan nilai tambah lebih?
Bayangkan jika ada komsumen berpikir pula semisal, "buat apa menggunakan jasa dokter, guru, dosen, akuntan, pemuka agama, sekolah, universitas, secara offline jika ternyata di dunia online semua tersedia? So, bersiap-siaplah dengan segala perubahan.
Namun, jangan takut. Sesungguhnya BUKAN sinerji dengan dunia internet yang menjadi kunci, apalagi hanya mengandalkan aplikasi. Toh, Thomas Cook juga punya aplikasi, namun gagal.
Kuncinya terletak pada keharusan perubahan mindset. Yaitu, cara pandang untuk memberikan pelayanan kepada konsumen. Bukan hanya pelayanan prima, namun pelayanan yang berkualitas, cepat dan memberikan sensasi baru bagi konsumen.
Diperlukan SDM yang tercerahkan, mau belajar cepat, kreatif dan inovatif. Kalau pelayanan secara offline sudah dilakukan dengan baik maka akan mudah melakukannya di dunia online.
Sayangnya itu tidak terjadi dengan perusahaan sekelas Thomas Cook. Sepertinya SDM mereka masih saja sulit pindah dari offline ke online. Â MIndsetnya belum belum berubah.
 Ok, akhir kata. Jangan sampai kejadian Thomas Cook menimpa perusahaan kita. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H