Mohon tunggu...
M. Ridwan Umar
M. Ridwan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Belajar Merenung

Warga Negara Biasa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Dematerialisasi: Kita Hidup untuk Apa? (Bagian2)

20 September 2019   04:08 Diperbarui: 20 September 2019   04:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh lain,
Seluruh pemimpin dunia pasti mengupayakan pemenuhan materi rakyatnya. Ada yang membangun irigasi supaya pertanian maju, rakyat bisa makan. Ada yang membangun sekolah, supaya rakyat cerdas dan paham hakikat ilmu. Ada yang membangun rumah sakit supaya orang sakit diobati. Gedung tinggi dan banyaknya industri menjadi ukuran negeri. Gara-gara itu pula, mereka bisa berdebat. Tragisnya, saling berujung rebutan kursi. Padahal kursi itu MATERI ya..:). Moga para pemimpin kita gak lupa dengan DEMATERILISASI ya..

So, what's the point?
 
Yah, seperti kata para sufi dan orang suci. Bahwa materi bukan tujuan hidup. Ia adalah alat untuk menggapai kebahagiaan. Meski tanpa materi kesusahan hidup bisa terjadi, namun jangan pula menunggu tercapainya materi baru tersenyum.

Masak sih, harus plesir ke Maldives untuk merasakan nikmatnya angin laut, padahal di pantai Indonesia juga banyak?. Gratis pula. Pakai acara ngutang untuk travel?. Gak lucu ah...

Atau, masih sih, harus memaksakan diri membeli tas branded yang mahal, padahal tas dalam negeri juga indah dan menarik?. Jangan jadi korban iklan ya...Kalau uang belum cukup,,,sedekahkan saja. Artinya, uang itu bukan milik kita. Selesai...

Atau, masak sih, dunia akan menjadi gelap dan suram, jika presiden yang terpilih tidak sesuai dengan pilihan sendiri. Gak lucu pula, jika orang yang tak sepaham dalam pilihan dengan kita, menjadi goncangan di hati. Padahal, dunia tidak SELEBAR KERTAS SUARA, bukan?.

Have a nice weekend ya, bro...kendati menikmatinya di rumah bersama keluarga, di pinggir kali belakang rumah atau mengitari kota macet yang itu-itu saja. :). Bosan..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun