Meski semua setuju bahwa itu The Avengers hanya tontonan dan hiburan belaka. Namun tentu saja, ada nilai-nilai yang dikandung semua cerita. Misalnya, pesan keadilan, kejujuran, setia kawan, membela yang lemah atau hancurnya kezaliman.
Bagi saya sih, para Avengers di dunia nyata juga tak kalah hebatnya. The Real Indonesian Avengers, saya menyebutnya.
Bedanya, sebagian besar Indonesian Avengers ini tidak memiliki kekuatan fisik yang super. Kebanyakan mereka mengandalkan kekuatan invisible, supra energy, yang biasa kita sebut kekuatan hati nurani dan logika. Secara fisik, mereka gak bakalan bisa masuk ke dalam dunia Marvel.
Ada seorang ibu yang berjuang demi anaknya sukses dalam hidup. Ada seorang Bapak tua ringkih berjuang untuk keluarganya. Setiap pagi, saya menemukannya di persimpangan jalan menjual buah dan sayur. Â Berapa keuntungan sehari Pak?", tanya saja penasaran. Ia hanya menjawab dengan senyum. Kalau dalam dunia Marvel, mereka mungkin disebut sebagai The Poor ya...
Ada pula pejuang umat dan masyarakat. Berjuang tanpa pamrih. Orang tak mengenalnya. Gak punya akun FB atau Instgram, sih.  Ia mungkin bukan pejabat atau anggota legislatif. Jadi, gak ada gajinya. Namun, dengan keikhlasan, mereka tetap berjuang untuk masyarakat. Sepertinya, mereka tahu bahwa kata "BERJUANG" memang identik dengan pengorbanan. Kalau tidak ada PENGORBANAN, yah namanya pasti bukan berjuang. Mungkin PIKNIK, atau  HAVING FUN.
Maka, Indonesian Avengers, di dunia nyata itu saya tujukan buat mereka. Hidup mereka itu didedikasikan untuk masyarakat dan umat. Kesamaan mereka dengan tokoh Avengers tentu saja karena kesiapan 24 jam melayani manusia lain. Bedanya, mereka tidak memiliki kekuatan super. Itu saja.
Memang, dari film Avengers, kita bisa belajar banyak. Namun, dari film Avengers di dunia nyata, kita bisa belajar lebih banyak. Kalau tidak percaya, silahkan telusuri kisah hidup para pejuang masyarakat, baik yang sudah meninggal ataupun masih hidup.
Berita baiknya nih.
Peluang menjadi Avengers di dunia nyata sangat terbuka. The Real Indonesian Avengers. Â Siapa saja mampu memerankan fungsi sebagai The Avengers. Believe me...!
Syaratnya? Tentu saja, harus siap berkorban, makan hati, rela dicemooh, atau mungkin diintimidasi. Â Ia bisa menjadi menjadi SUPERMAN dengan bersabar, dermawan, atau toleran di tengah jaman yang serba materialistis dan hedonis.
Ia bisa memerankan tokoh AQUAMAN namun dengan cara yang memberikan kesejukan laksana air laut Artik yang dingin.