Kebakaran hutan terjadi lagi. Lokasinya juga sama yaitu Riau dan Kalimantan. Penyebabnya itu-itu juga, yaitu pemilik lahan yang membakar hutan, untuk perluasan atau pembersihan areal kebun sawit mereka. Untuk memastikan pundi uang tetap terjaga dan bertambah, tentunya.
Korban kebakaran, itu-itu juga. Kalau tidak hewan, tentu manusia, dan pastinya harga diri bangsa. Entah apa pula di pikiran warga seberang yang juga menjadi korban limpahan asap. Ekspor asap dari Indonesia.
Eh, usut punya usut, pengusaha asal Malaysia dan Singapura juga biang keroknya.
Maka, lengkaplah karut-marut masalah kebakaran dan asap ini. Asap Riau dan Kalimantan menjadi isu internasional. Sindiran, teguran, bahkan hukuman telah dijatuhkan. Hasilnya? Kebakaran tetap terjadi. Cuaca tidak bersahabat setidaknya masih efektif dijadikan kambing hitam.
Maka saya melontarkan judul di atas.
Memang sih, terkesan main-main. Namun, saya serius. "Mampukah kompasianer -yang notabene para penulis dan perenung professional itu- memadamkan kebakaran yang terjadi di Riau dan Kalimantan?
Tentu saja, jika maksud pertanyaanya para kompasianer turun langsung ke lokasi dan bersama petugas memadamkan api, maka tentu itu mengada-ada. Itu perbuatan sia-sia. Kecuali para kompasiner memiliki kemampuan laksana X-Men atau Avengers yang bisa sekali halau, wes wes bablas api ne...:)
Kompasianer hanyalah manusia biasa yang ahli merangkai kata. Namun, mereka bukan manusia super seperti Superman. Mereka super inovatif dan kreatif dalam membungkus makna. Kompasiana adalah ide brilian dan keren. Kompasianer laksana Avengers, beraksi dalam kata dan makna.
Lantas, mampukah api dipadamkan hanya dengan kata dan makna?
Tentu saja.
Peradaban dunia dibentuk dari kata dan makna.