Mohon tunggu...
M. Ridwan Umar
M. Ridwan Umar Mohon Tunggu... Dosen - Belajar Merenung

Warga Negara Biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

BJ Habibie: Antara Cinta, Teknologi, dan Kemandirian Negeri

16 September 2019   14:39 Diperbarui: 16 September 2019   14:45 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duka mendalam dirasakan seluruh warga negeri ini. Mantan Presiden Ke-3 RI, Prof. DR. IG. Burhanuddin Jusoef Habibie meninggal dunia. Innalillahi wainna ilaihi raji'un. Semua manusia pasti kembali kepada Pencipta-Nya.

Siapa yang tak kenal sosok legendaris BJ Habibie?

Beliau tidak hanya dikenal di dalam negeri. Warga dunia pun tidak asing dengan dirinya. Silahkan ketik kata Habibie Factor atau Habibie Theorem, maka dengan mudah kita akan menemukan fakta bahwa BJ Habibie telah memberikan kontribusi yang besar dalam bidang kedirgantaraan dunia.

Secara ringkas, Factor Habibie menjelaskan bagaimana sebuah komposisi bahan pembuatan pesawat yang efisien, hemat bahan bakar dan tentunya aman. Soalnya, sebelum, tahun 60-an, para ahli pesawat dunia dipusingkan dengan fenomena keretakan badan pesawat yang lebih cepat dari waktunya. Fenomena ini menjadi misteri karena keretakan ini telah merengut banyak korban, sangat membahayakan.

Nah, Habibie berhasil menemukan teori bagaimana keretakan ini dapat dihindari. Luar biasa bukan?

Dengan komposisi tertentu dan perhitungan yang luar biasa, Habibie memberikan jalan keluar bagaimana keretakan ini dapat dihindari  bahkan memberikan nilai tambah bagi pesawat berupa efisiensi dan penghematan bahan bakar. Singkatnya begitu.

Factor Habibie memuat dunia tertegun. Kendati ada yang menyatakan bahwa sebelum Habibie, ada juga ahli yang mewacanakan hal ini, namun saya kira, di tangan Habibie-lah masalah ini selesai.

Ia bahkan sampai memberikan kalkulasi detail sampai ke tingkat atom. Temuannya menjadi berita gembira bagi industri penerbangan dunia. Tak heran, jika perusahaan penerbangan seperti Boeing dan Airbus berupaya meminang Habibie. Beliau diberi gelar "Mr Crack" atau Ahli Retakan. Bagi mereka, Habibie adalah aset mahal dunia. Mereka paham ia begitu berharga. Airbus dan Boeing pun melamarnya untuk posisi prestisius.

Namun, Habibie muda menolak tawaran Boeing dan Airbus. Beliau memilih sebuah perusahaan di Jerman. Hingga, pada tahun 1974, karena kecintaannya pada negara ia memutuskan pulang ke Indonesia. Beliau menerima tawaran Presiden Soeharto untuk membangun industri dirgantara nasional. Mewujudkan mimpi negeri mandiri Indonesia di angkasa.

Silahkan googling kata PT Nurtanio, IPDN atau PD DI, maka cerita tentang Habibie ini akan terlihat jelas di sana.

Kecintaannya kepada bangsa ini tak diragukan. Ia rela melepaskan jabatan bergengsi dan mahal di luar negeri justru untuk membangun industri dirgantara nasional yang harus dimulai dari nol. Risiko gagal sangat besar. Lagipula, Indonesia dan Jerman tentu berbeda. Jangankan untuk mengembangkan pesawat, menata pertanian saja masih sulit.

Tapi, Habibie memilih tantangan itu. Bagi seorang Habibie, kemandirian teknologi bangsa ini jauh lebih menantang dan membangkitkan nasionalisme dibandingkan pundi Dollar di negeri orang.

Dan, N-250 berhasil diterbangkan pertama kali di tahun 1995.

Dunia berdecak kagum. Mereka juga takut-takut tentunya, karena keahlian membuat pesawat adalah salah satu modal untuk menjadi negara adikuasa. Lihat Amerika, Rusia atau Eropa. Bukan tidak mungkin Indonesia negara adikuasa berikutnya.

Sayangnya, N-250 dihentikan karena ada krisis moneter. Ada yang bilang karena tekanan IMF juga. Ekonom menyatakan bahwa pilihan Habibie yang competitive advantage itu kurang cocok di Indonesia. Seharusnya, Indonesia fokus kepada comparatice advantage. Indonesia harus fokus dulu di pertanian, bukan di pesawat. Saya punya buku berjudul Habibinomic yang menceritakan model ekonomi yang dipilih Habibie.

Apapun kata ekonom, namun keberadaan N-250 berhasil memantik gairah anak negeri terhadap teknologi dirgantara bahwa Indonesia itu mampu lho. Sosoknya menunjukkan bahwa otak orang Indonesia itu jago. Sehingga negara lain jangan anggap remeh dengan negeri ini. Habibie memunculkan kepercayaan diri bangsa.

Habibie juga dikenal sebagai tokoh yang memadukan cinta dan intelektual. Kisah romantisnya dengan Ainun menginspirasi banyak orang. Film Habibie dan Ainun yang diperankan Reza dan Bunga Cinta Lestari sangat menyentuh hati. Itulah kisah cinta sejati. Jutaan penonton meneteskan air mata.

Selamat jalan Bapak Habibie. Semoga kelak akan lahir ribuan bahkan jutaan tokoh seperti dirimu di negeri ini.

Semoga Allah menempatkan dirimu di tempat terbaik dengan amal jariyah berupa ilmu dan kebaikan yang dirasakan warga dunia ketika menikmati penerbangan yang aman dan menyenangkan. Tidak berlebihan saya mengatakan bahwa ada jiwa Habibie di semua pesawat dunia.  

Khusus warga negeri ini, pengabdian dan sosokmu kelak akan menginspirasi untuk melahirkan cinta dan kemandirian teknologi bagi generasi muda bangsa ini.

Amin ya Rabbal 'Alamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun