Halo, setelah beberapa bulan purnama akhirnya saya coba nulis lagi.Â
Kali ini saya akan membagikan pendapat saya setelah membaca buku novel Birdbox. Sebelumnya saya minta maaf dulu ya. Kok minta maaf? Yaaa.. karena saya bukan ahli dalam mengulas buku. Jadi anggap saja ini lagi ngobrol ringan aja ya haha
Sebelumnya saya mau cerita, kenapa saya kok mau baca novel bahasa Inggris? sejujurnya saya bukan pembaca buku sejati. Ini juga bagian dari resolusi 2019 saya untuk membaca 1 bulan 1 buku. Kemudian saya juga sangat menyukai film ataupun cerita ber-genre fiksi ilmiah dan bertema post-apocalyptic.Â
Sayangnya, saya belum menemukan novel berbahasa Indonesia bertemakan sesuatu yang saya senangi tersebut. Atau saya yang kurang piknik ya ke toko buku? Hehe. Kalau ada referensi buku novel berbahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris juga boleh kok komen di kolom komentar yaa..
Oh ya, saya juga sejujurnya kurang bisa berbahasa Inggris. Gak keitung saya buka google translate untuk sekedar menerjemahkan kata dalam bahasa Inggris. Yaa itung - itung mencari hiburan, sambil belajar bahasa Inggris. Sambil menyelam minum air.
Saya akan kasih info bukunya dulu ya. Saya ambil dari wikipedia.
Author : Josh Malerman
Country : United States
Language : English
Genre : Horror, Thriller, Post-Apocalyptic
Published : March 27, 2014 (UK) 31 May, 2014 (US)
Publisher : Harper Voyager (UK), Ecco (US)
Pages : 273 pages
Sebagai catatan, saya baca buku ini sebelum nonton filmnya. Yah berkat 'hype' film Birdbox, saya jadi penasaran dan coba milih baca bukunya. Berikut cuplikan singkat bukunya:
Malorie dan kedua anaknya, Boy dan Girl mendayung menyusuri sungai untuk menuju ke suatu tempat. Di dunia yang sudah berubah ini, menyusuri sungai menjadi suatu hal yang sangat berbahaya. Apalagi dengan mata tertutup. Tapi demi mencapai tujuannya, Malorie berani mengambil resiko.
Malorie dan Shannon adalah adik kakak yang tinggal satu rumah. Ketika televisi memberitakan kejadian bunuh diri massal di berbagai belahan dunia, Malorie sedang hamil. Malorie lebih mengkhawatirkan kandungannya tersebut. Sampai kejadian itu menimpa kehidupannya.
Malorie mencari tempat yang bisa ditinggali sampai akhirnya mendapatkan rumah yang menjawab panggilannya. Disana dia bertemu Jules, Tom, Felix, Don dan Cheryl. Bersama - sama mereka mencoba bertahan hidup dengan kondisi yang terbatas. Kemudian masuk Olympia yang saat itu sedang hamil dan mencari perlindungan.Â
Keadaan berubah ketika kedatangan seseorang, yaitu Gary. Gary yang misterius membuat Malorie curiga. Apa yang akan dia lakukan di rumah ini?
Kini Malorie dan kedua anaknya harus dapat bertahan hidup di sungai. Bertahan hidup dari sesuatu yang tidak boleh mereka lihat.
Sebagai newbie dalam membaca buku novel bahasa Inggris, buku ini....
BAGUS BANGET!
Kalau saya boleh bilang, ini kaya a must read book for post-apocalyptic or thriller lover deh. Saya merasa seperti menonton film, walaupun saya belum pernah menonton filmnya. Saya dapat membayangkan bagaimana Malorie bertahan hidup dari semua ini.Â
Rangkaian kalimat di buku ini membuat saya membayangkan bagaimana rupa orang - orang tersebut, bagaimana kengerian yang mereka rasakan.Â
Sesuatu yang membuat semua orang bunuh diri masal pun menjadi menarik karena penulis tidak menggambarkan seperti apa rupanya. Intinya kalau melihat sesuatu itu, maka orang itu akan bunuh diri.Â
Sesuatu itu membuat penasaran banget. Apakah bentuknya seperti manusia? Apa abstrak? Atau gimana?Â
Alur yang maju mundur juga menurut saya menarik. Sebagai pembaca pemula, ini bikin ga ngebosenin. Bikin mikir, dan harus fokus baca ceritanya. Kalau nggak, nanti malah melewatkan kejadian penting yang jadi key event untuk bab selanjutnya.
Kemudian, setelah saya baca buku ini saya coba nonton filmnya. Biar sekalian yaa haha soalnya review bukunya dikit banget.
Dan, untuk Birdbox versi film, saya kecewa...Â
Karena udah baca bukunya kali ya, jadi pas nonton filmnya. kok begini?Â
Saya coba bandingkan Birdbox versi buku dan film yaa
1. Karakter
Ada beberapa karakter yang berubah namanya, bahkan ada yang ditambah. Ini ngebuat feel orang yang sudah membaca bukunya jadi.. yaa kaya ada yang aneh aja. Pengembangan karakternya gak kuat, ya wajar sih, buku 273 halaman di-shrink jadi film 124 menit.Â
Tapi saya acungi jempol untuk Sandra Bullock yang memerankan Malorie dengan baik, dan juga Boy and Girl, yang menggemaskan haha dan cukup menjiwai.
2. Adegan
Walaupun punya alur yang mirip dengan bukunya, adegannya banyak yang berubah. Kembali lagi, untuk memenuhi waktu 124 menit saya yang udah baca bukunya, kaya... loh, kok udah sampai sini aja.Â
Adegan yang berubah juga membuat jalan ceritanya jadi agak ... nyangkut sih menurutku. Mungkin itu juga kali ya yang skor IMDB nya biasa saja.
3. Ini saya bingung apa namanya, tapi yang pasti kengerian yang disajikan di bukunya dirasa kurang di filmnya. Filmnya kaya yang kurang ngeri gimana gitu. Apalagi ketika sampai akhir dari cerita. Ada perbedaan banget antara film dan buku.Â
Kengerian yang disajikan dalam beberapa kalimat, di bab terakhir buku, mengalahkan akhir dari film itu sendiri.
Saranku, harus baca bukunya dulu sih sebelum nonton. Soalnya pengembangan karakternya lebih kuat, lebih seru di bukunya. Setelah itu baru nonton. Bagus sih filmnya, cuma ya itu banyak yang berbeda dengan di bukunya.
Jadi campur - campur gini ya review nya haha.
Selamat membaca dan menonton Birdbox ya, sampai jumpa di tulisanku selanjutnya!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI