Mohon tunggu...
mriasnugrahani
mriasnugrahani Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Fakultas Psikologi UK. Maranatha Bandung

Peneliti. Fokus : adaptasi diri, pengembangan potensi individu, keluarga, dan perilaku organisasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mempersiapkan Diri dan Hati untuk Menjalani Panggilan Hidup Membiara

28 Januari 2024   21:06 Diperbarui: 29 Januari 2024   11:21 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup membiara adalah menyerahkan diri secara penuh kepada Tuhan demi kehormatan Tuhan, pembangunan Gereja dan keselamatan dunia. Hidup membiara adalah sebuah karunia, dan panggilan dari Tuhan. 

Namun saat ini tantangan untuk hidup membiara semakin berat, kehidupan modern dengan teknologi yang memudahkan segala sesuatu dan menawarkan kehidupan yang serba hedonis dapat mengikis ketaatan untuk tetap mengikuti panggilan hidup membiara (Suparno, 2016). 

Banyak hambatan dalam mengikuti Tuhan, antara lain 1) Relasi dengan Tuhan yang kurang mendalam dan dekat; 2) Nafsu mencari kesenangan dan kepuasan diri; 3) Tawaran dan fasilitas hidup modern yang semakin memanjakan hidup; 4) Godaan relasi lawan jenis; 5) Motivasi panggilan yang tidak benar; 6) Komunitas yang kurang kondusif dan kurang membantu (Suparno, 2018). 

Kesadaran akan semakin beratnya tantangan untuk hidup membiara, membuat proses pendidikan untuk calon imam menjadi sangat penting, dan memerlukan persiapan yang matang dan menyeluruh. Proses pendidikan ini dikenal dengan istilah postulan. 

Postulan menjadi masa awal pendidikan untuk mengenalkan sekaligus mempersiapkan calon imam untuk kehidupan membiara (Riasnugrahani dkk, 2023). Proses pendidikan ini membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, agar persiapan yang dilakukan dapat menyeluruh pada semua sisi kehidupan dan semakin memperkuat panggilan hidup membiara. 

Salah satu pembinaan yang penting adalah edukasi dalam hal psikologi, yaitu para calon imam diajarkan untuk mengenali diri sebagai pribadi dewasa, memahami orang lain, serta menghayati kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. 

Pembekalan ilmu psikologi akan membantu para postulan dalam menyiapkan diri menjadi para calon imam katolik yang nantinya akan menggembalakan dan melayani umat dimanapun ditempatkan. 

Peran psikolog sebagai fasilitator untuk pengenalan diri dan lingkungan sosial bagi calon imam diwujudkan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 

Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada para calon imam katolik (postulan) Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria (SSCC) Bandung, pada tahun ajaran 2023/2024. 

Para psikolog yang menjadi fasilitator adalah Dr. Missiliana R, M.Si, Psikolog, Kristin R, M.Si, Psikolog, Cindy M, M.Psi, Psikolog, Ka Yan, M.Psi, Psikolog, Ellen T, M.Psi, Psikolog dan Dr. Yuspendi, M.Psi, M.Pd, Psikolog. Kegiatan ini juga mengikutsertakan mahasiswa S1 Psikologi, sebagai ajang pengalaman bagi mereka dalam berkegiatan dengan masyarakat. 

Salah satu metode yang akan digunakan dalam proses pendidikan ini adalah psikoedukasi, yang bertujuan untuk memberikan wawasan terkait ilmu psikologi yang dapat dimanfaatkan bagi diri, komunitas dan lingkungan sosialnya. 

Teknik yang digunakan dalam psikoedukasi bersifat interaktif yaitu penyampaian materi yang dikombinasikan dengan permainan, refleksi, diskusi, presentasi, menganalisis film, serta analisis kasus. Materi yang akan disampaikan merupakan materi mengenai pengenalan diri mengenai potensi dan panggilan, pengenalan komunitas dan penyesuaian sosial. 

Kegiatan dilakukan secara intensif setiap minggunya, kurang lebih 20 kali pertemuan selama 2 jam, yaitu pada bulan Juli 2023-Februari 2024. Pendampingan ini diharapkan dapat membekali para postulan untuk semakin mantap menjalani panggilan mereka sebagai imam yang akan hidup membiara.

Dalam setiap kegiatan, para calon imam selalu mendapatkan materi yang baru, dan merefleksikannya dalam kehidupan mereka. Setiap hasil refleksi akan didiskusikan dan menjadi masukan untuk para calon imam. Beberapa dokumentasi kegiatan dalam pengabdian masyarakat di Kongregasi Hati Kudus Yesus dan Hati Tersuci Maria (SSCC) Bandung:

dokumen pribadi
dokumen pribadi

dokumen pribadi
dokumen pribadi

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Akhir kegiatan dari psikoedukasi ini adalah evaluasi mengenai materi dan aktivitas. Para calon imam merasakan mereka mendapatkan ilmu yang sangat berguna untuk diri dan sosialnya. Mereka merasa lebih mengenal dirinya, panggilannya, dan terus berusaha memurnikan panggilan yang dimilikinya. 

Para calon imam juga merasa memiliki bekal untuk pelayanannya nanti dalam umat, jika dirinya menjadi imam kelak. 

Referensi

Riasnugrahani, M., Rahmani, K., & Yuspendi, Y. (2023). Psikoedukasi tentang Pengenalan dan Pengembangan Diri pada Postulan. DIKMAS: Jurnal Pendidikan Masyarakat dan Pengabdian. https://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/dikmas/article/download/2002/1452

Suparno, Paul. (2016). Hidup Membiara di Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius

Suparno, Paul. (2018). Hidup membiara: Mengikuti Yesus secara Radikal. Rohani (05). pp. 24-27.

Image by Freepik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun