Pendahuluan
Litosfer, sebagai lapisan terluar bumi, memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, terutama bagi masyarakat adat seperti Dayak di Kalimantan Selatan. Masyarakat Dayak memanfaatkan litosfer tidak hanya untuk kebutuhan ekonomi tetapi juga dalam praktik budaya dan pelestarian lingkungan.
Masyarakat Dayak, khususnya suku Dayak Meratus, mengandalkan hutan dan tanah sebagai sumber utama kehidupan. Mereka memanfaatkan sumber daya hutan untuk berbagai keperluan, seperti:
Pertanian: Sistem perladangan berpindah yang mereka terapkan mengandalkan kesuburan tanah untuk menanam padi, sayuran, dan tanaman obat. Tanah yang dikelola secara bijaksana memastikan keberlanjutan produksi pertanian.
Kehutanan: Hutan dianggap sebagai "apotek" dan "bank" yang menyediakan bahan baku untuk obat-obatan tradisional, kerajinan tangan, serta kayu bakar. Pengelolaan hutan dilakukan dengan kearifan lokal yang diwariskan dari generasi ke generasi, menjaga keseimbangan ekosistem.
Sumber Daya Non-Kayu: Masyarakat juga mengumpulkan hasil hutan bukan kayu seperti buah-buahan dan sayuran liar yang tumbuh di sekitar hutan. Ini menunjukkan hubungan simbiotik antara masyarakat Dayak dengan litosfer.
Kearifan lokal masyarakat Dayak tercermin dalam cara mereka mengelola sumber daya alam. Mereka memiliki aturan adat yang ketat mengenai penggunaan lahan dan pelestarian lingkungan.
 Misalnya, praktik "manugal" atau menanam padi di lahan hutan menunjukkan upaya mereka untuk menjaga kelestarian hutan sambil memenuhi kebutuhan pangan67.Manugal: Proses bertani dengan cara membuat lubang menggunakan kayu yang ditancapkan ke tanah kemudian diisi 5-7 benih padi. Praktik ini melibatkan ritual sakral yang menjaga hubungan masyarakat dengan alam
Masyarakat Dayak Kenyah menjaga hutan sebagai kawasan konservasi sambil memanfaatkan hasil hutan secara bijaksana, seperti mengambil hasil non-kayu tanpa merusak ekosistem
Kesimpulan
Pemanfaatan litosfer oleh masyarakat Dayak di Kalimantan Selatan mencerminkan hubungan yang harmonis antara manusia dan alam. Melalui praktik pertanian tradisional, pengelolaan hutan berkelanjutan, dan kearifan lokal, mereka tidak hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Kearifan ini perlu dilestarikan agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang dan menjadi model pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H