"Tapi pak, sesuai buku panduan begini caranya," jawab Syahrul dengan tetap memerhatikan layar kapal.
"Iya! Itu kalau situasinya angin tidak seperti sekarang, kalau seperti sekarang, kau tarik seperti itu, bukannya tergulung, kau akan membuat kita kehilangan layar belakang!" jelas Khair sembari mendekati Syahrul.
Kini mereka berdua masing-masing siap menggulung satu layar kapal. Khair meminta Syahrul memerhatikannya dengan cermat.
"Nah, seperti itu, perlahan tapi cepat,"
"Baik pak, seperti ini ya pak,"
"Iya tetap begitu," Khair mengarahkan Syahrul dengan baik.
Ketujuh layar kapal akhirnya tergulung sempurna. Saat Khair ingin masuk ke dalam kapal untuk mengawasi dari menara kapal, suatu kejadian tak disangka-sangka terjadi.
Srakkk!!!
Jangkar yang mereka pasang putus, tali dengan diameter sebesar botol air mineral besar tersebut putus. Tali yang tersisa di kapal bergerak secara liar dan menghantam badan Syahrul. Bayangkan Tali yang menahan jangkar dan menstabilkan posisi kapal menghantam tubuhmu secara liar; sakit, perih, memarah. Syahrul sempat kehilangan keseimbangan, untungnya ia tak sampai jatuh ke lautan samudera itu.
"Sial! Kau tak apa Syahrul?" tanya Khair sembari memastikan badan Syahrul tak mengalami luka luar lainnya kecuali badannya yang tampak memerah karena hantaman tali jangkar tersebut.
"Masuklah ke dalam, biar aku bantu," mereka berjalan perlahan memasuki dalam kapal, Khair memapah Syahrul menuju ruang perawatan untuk di obati. Dari jauh, Khair melihat pintu perawatan terbuka sedikit.