Pada hakekatnya ada kebingungan yang tak menentu, mau seperti apa aku agar bisa dekat denganmu. Jadi angin? Percuma, tak bisa kamu lihat. Jadi air? Percuma, tak bisa kamu genggam. Menjadi sosok nyata cukup membatasiku untuk mencintaimu.Â
Dan kini aku hanya bisa diam ditemani secangkir kopi, sebatang rokok dan berusaha memendam rindu di malam ini. Meski ada yang murung di relung hati, namun aku tumpahkan semuai itu lewat syair untukmu.
Ada satu hal yang harus kau ketahu Nona, "Aku masih disini, merawat rindu di sudut kota yang sunyi ini, suka duka yang kita jalani hari-hari kemarin, masih menjadi topik terhangat dalam bincangku dengan sunyi.Â
"Duhai Takdir, Engkau telah mengetahu batasanku, Engkau juga tahu akan ketulusan hati ini, jangan biarkan kami terhukum atas cinta kami. Bawalah kami dalam bahtera yang Kau Kehendaki".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI