Dengan kata lain, kampanye calon pemimpin terasa hampa, ambar, abstrak, ect.
Â
Saya melihat janji yang disampaikan sebagian calon tidak membumi. Nyaris semuanya mengawang-ngawang.
Tidak menempel di langit, juga tidak menyentuh tanah. Itulah kesan saya dalam masa kampanye kali ini dan sebelum-sebelumnya.
Saya beberapa kali ikut langsung kampanye pasangan calon tertentu.
Ikut dari tempat dia mengawali harinya, menuju sejumlah titik kampanye.
Kampanye adalah proses penyerapan aspirasi dan pemberian respons atas aspirasi tersebut.
Terkadang yang banyak dalam kampanye itu adalah pengenalan diri kepada warga. Pengenalan sosok dengan salaman dan selfie ria.
Tampak warga puas hanya dengan itu tanpa harus mendengar program dan solusi yang ditawarkan. Biasanya ini kalangan masyarakat menengah ke bawah.
Kalaupun ada dialog, mereka seakan tidak punya bahan untuk meminta dan berharap. Harapan mereka memang tidak muluk-muluk, tapi 'bulat-bulat.'
Bulat-bulat dalam arti, antara lain permintaan warga terkait kesejahteraan. "Pak, saya berharap kesejahteraan kami ditingkatkan," ujar warga itu.
Dan pasangan calon meresponsnya dengan berjanji akan memerhatikan dan meningkatkan kesejahteraan. Calon itu juga mengungkapkan kesadaran bahwa jurang antara si miskin dan si kaya sangat lebar. Titik sampai di situ tanpa merinci solusinya.