Oleh:
M. R. Aulia
[caption id="attachment_317541" align="alignnone" width="780" caption="Angel Lelga"][/caption]
Hahaahhahaa
Hahhaahaaaa
Hahahahhaaa
Wkwkwkwkwkwkw
Wkwkwkwkkww
Wkwkwkwkwkwkw
Gkgkgkgkgkgkgkkgkgkgkgk
Ggkgkkgkgkgkgkgkkgkggkkgk
Hehehehhehehhehehehehhee
Hehhehehhehehhehhee
Hhehehehehhehehehh
Huahaaaaaaa...huaahhhhaahahhaa
Huahhahaaaaa....huahaaaaaaaaaaaaa
Huahaahaaaaaaa....huaahhahaaaaaaa
Ckckckckckkckckkckckkcc
Ckckkckckckkckckckckckckc
Ckckkckckckckkckckckckckckkcckkcckck
Hihihihihihihi......hihihiiiiii
Hihihihi..hihihiiiiiiiiiiiiiiiii
Ekspresi melihat hal-hal yang dianggap lucu, tapi terkadang kita sendiri belum tentu berani atau mampu seperti apa yang mereka coba. Mereka menembus batas-batas anggapan undrestimate banyak orang. Dengan mental yang sekuat baja, mereka tetap menjalankan sesuatu yang pada waktu bersamaan tidak jarang jadi bahan gunjingan. Dimanapun dan kapanpun. Seolah-olah yang menggunjingkan telah membuktikan kemampuannya dalam bidang yang dikuasai.
Mereka tertawa lucu, bahkan sampai terpingkal-pingkal. Menahan sakit perut saking lucunya. Seperti lelucon yang mereka dengar untuk pertama kalinya dalam hidup mereka. Padahal kejadian tersebut selalu berulang. Ekspresi mereka sangat wajar. Sangat membantu dalam pencapaian dan kematangan seseorang yang sekarang diposisikan sebagai bahan guyonan. Bahan lelucon dalam setiap kesempatan. Tidak mengenal waktu dan tempat.
Tidak seharusnya dan selamanya menjadi penonton dan penikmat. Yang seolah-olah mengerti segala bentuk kombinasi dan komposisi yang pas dalam sebuah sajian. Hanya satu alasan yang harus kita pikirkan sebelum menertawakan, meremehkan dan membuat gunjingan dimana-mana.
Kita tidak benar-benar tahu bagaimana masa depan disiapkan bagi mereka yang terus berjuang. Meskipun banyak orang meremehkan kemampuannya. Hanya semata-mata berdasarkan track record-nya yang buruk, dan tidak saling berhubungan dengan apa yang sedang digelutinya di masa sekarang.
Biarlah hasrat manusia itu terjaga. Hasrat yang mudah dan gampang meremehkan orang sekitar. Namun setidaknya, setelah melakukan hal-hal yang cenderung meremehkan tersebut, berikanlah masukan yang aplikatif bagi mereka. Tidak ada hal yang tidak mungkin (nothing is impossible). Berikanlah arah dan petunjuk jalan yang jelas.
Lalu bagaimana kita menyikapinya dengan baik. Sehingga lelucuan, guyonan tidak hanya sekedar menghibur dan menjadikan kita bersemangat untuk menggunjingkan. Namun setelah itu, harus ada perbaikan bagaimana sesuatu tersebut dijalankan dengan baik, bagi mereka yang dianggap pemula dan belum terbiasa. Setidaknya model perbaikan yang ada dalam benak kita, sehingga rasa gatal dan geli untuk menertawakan bebas tidak tertahankan dengan baik dapat terobati.
Mungkin saja, mereka yang benar-benar dikenal sebagai ahli atau expertatau pelaku langsung yang tidak sekedar kepakarannya berasal dari literatur-literatur saja tidak berbuat demikian. Terutama dalam menyikapi kasus yang terjadi atas bidang yang lagi dicoba oleh pemula, dan mendapatkan respon yang terasa sebagai guyonan.
Sepertinya mereka tidak pernah ikut-ikutan meremehkan pemula tersebut. Mereka mungkin lebih bijak dalam menyikapi dan mengingatkannya. Setidaknya dengan ungkapan dan nada untuk terus berjuang. Tidak mematahkan semangat dan kreatifitas mereka yang sedang mencoba. Mencoba melakukan hal yang mereka dulunya tidak mampu. Who knows?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H