Mohon tunggu...
R Aulia
R Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menjadi Lentera bukan Angin yang selalu meredupkan upaya penerangan anak-anak bangsa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suara Pengungsi Ketidakseimbangan

23 Januari 2014   09:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:33 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh:

M. R. Aulia

Ditulis Kamis Pagi, 23 Januari 2014, dan diselesaikan pukul 09:1 WIB.

Kami adalah korban ketidakseimbangan

Ketidakseimbangan kondisi alam dan kenyataan yang sedang terjadi

Kami sadar begitu banyak faktor yang memancing, faktor yang membuat ketidakseimbangan ini datang menyerbu. Membuat luapan dimana-mana tanpa mengindahkan tempat yang bukan seharusnya.

Curah hujan terus terjadi. Sudah berminggu-minggu hujan melanda. Dan akan terus terjadi dalam beberapa waktu yang mungkin agak lama di waktu yang mendatang.

Kami akan selalu menjadi korban bila ketidakseimbangan ini tak pernah selesai berada di titik yang seharusnya. Titik keseimbangan antara alam dan persiapan agar alam tidak murka.

Ketidakseimbangan yang membuat tenda-tenda berdiri disana-sini. Ketidakseimbangan yang menjadikan kehidupan kami menjadi tidak biasa. Disana pula berdiri dapur-dapur umum. Dimana bahan dan persediaan makan selalu disediakan.

Kami bisa menyambung kehidupan. Kami bisa berteduh dan kami bisa bernafas lega karena banyaknya bantuan yang datang. Meskipun ala kadarnya saja. Pada dasarnya, kami tidak manja. Kami tidak meminta lebih dari apa yang seharusnya kami bisa untuk tidak meminta.

Kami menyadari akan terjadi ketidakseimbangan dalam hal lain. Terutama ketidakseimbangan dalam menunggu sampai kondisi alam benar-benar bisa bersahabat. Sehingga kami bisa kembali menjalani hari-hari sebagaimana biasanya.

Tapi dengan itu semua, kami memohon kepada pelaku yang berwenang. Setidaknya yang berwenang dalam mengatasi ketidakseimbangan ini. Kami butuh dorongan dan bantuan lebih.

Tidak sekedar bantuan seperti biasanya. Kami butuh dorongan agar kami bersemangat menatap hari-hari cerah meski mendung sedang melanda. Dorongan yang membuat mata kami terbuka, tidak selamanya kami harus bersembunyi di balik terpal tenda terus-menerus tanpa melakukan proses menuju keseimbangan kembali sepert biasanya.

Kami tahu, tidak selamanya berpangku tangan. Menunggu bala bantuan para penunai kewajiban atas terjadinya ketidakseimbangan dan bantuan para dermawan melalui tangan-tangan mulia para insan.

Mereka semua tergabung dalam barisan para relawan. Relawan yang menjalankan hari-harinya demi melayani kami yang sedang trauma atas terjadinya fenomena ketidakseimbangan. Kami sangat berterima kasih atas apa yang telah banyak dilakukan.

Tapi mungkinkah ketidakseimbangan ini harus terjadi dan membuat terobosan dalam menyikapi hal demikian dengan hal yang sama setiap tahunnya. Mungkinkah disana terdapat solusi yang dinilai lebih efektif agar ketidakseimbangan dapat diminimalisasi, sehingga tidak banyak cerita ketidakseimbangan yang akan terjadi di masa-masa yang akan datang.

Kami adalah korban. Relawan pun korban. Pejabat berwenang pun korban. Kita semua adalah korban ketidakseimbangan atas apa yang terjadi. Semoga kita dapat bersatu dalam mengelola ketidakseimbangan ini agar terciptanya suatu keseimbangan. Mengelola dengan segenap kemampuan sebagaimana yang telah dicoba tempat lain dalam mencegah ketidakseimbang dapat terjadi.

Tidak saling menyalahkan satu sama lain. Tidak pula hanya melakukan hal-hal yang biasa-biasa saja. Melainkan dapat melakukan agar ketidakseimbangan dapat berlalu dengan cepat, terutama atas terjadinya luapan di tahun mendatang bisa teratasi dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun