Mohon tunggu...
R Aulia
R Aulia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Menjadi Lentera bukan Angin yang selalu meredupkan upaya penerangan anak-anak bangsa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gara-gara Sampah, Bandung Dijuluki The City of Pigs

5 Februari 2014   15:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:08 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13915873071557952416

Oleh:

M. Rodhi Aulia

Ditulis Rabu Siang, 05 Februari 2014 dan diselesaikan pukul 14:25 WIB.

[caption id="attachment_320608" align="alignnone" width="397" caption="Sang mayor, Ridwan Kamil, Sumber: Ridwankamil.net"][/caption]

Adalah sebuah keniscayaan dimana adakehidupan berlangsung, disana ada sampah. Namun yang menjadi permasalahan ketika sampah tersebut menumpuk bukan pada tempatnya. Sehingga dapat merusak pemandangan serta menjadi sumber penyakitdan sebagainya.

Seorang warga Bulgaria, Inna Savova, mendadak ngetrend di dunia maya Indonesia. Ia menuliskan pandangannya terhadap sampah yang banyak menumpuk di Indonesia, terutama di Bandung dalam blog pribadinya venusgotgonorrhea.wordpress.com.

Tulisan yang dikemukakannya bukanlah sebuah complain saja, melainkan ia sedang mencoba membersihkan dan memungut sampah semampunya. Namun tulisan tersebut menuai banyak komentar sejak diposting pada pertengahan Januari silam. Terutama komentar yang bernada kontra.

Lagi-lagi sebagian besar masyarakat kita terjebak dengan sesuatu yang tidak subtantif. Hanya terjebak dan bersemangat menyalahkan secara manner, pemilihan kata (diksi), atau pelengkap lainnya.

Berawal dari sang penulis menganalogikan Bandung sebagai the city of pigs. Menurut pengakuannya, sebutan tersebut diambil olehnya dari istilah yang pernah digunakan Socrates. Dalam hal ini, ia kembali menggunakan karena melihat mayoritas warga Bandung tidak suka dan jijik dengan babi dan terlalu kotor untuk dimakan. Sementara itu, mereka hidup di lingkungan yang lebih kotor dari babi.

Mulai dari tempat sampah yang telah disediakan pemerintah kota tidak berguna secara maksimal hingga kesadaran membuang sampah pada tempatnya serta paradigma dan kebiasaan memungut sampah yang masih dianggap sebuah kebiasaan orang miskin, tak terdidik, hina dan sebagainya.

Kalimat tersebut memang sekilas terlihat tidak elok dan sebagainya. Ia sadar bahwa hal demikian sengaja ia gunakan agar kesadaran masyarakat kota lebih meningkat lagi. Tidak hanya sebatas ingin dan memimpikan kota yang bersih, bebas dari banjir dan sebagainya lalu cukup duduk manis sambil komat kamit sana-sini.

Ironisnya, mimpi masih sekedar mimpi. Sampah berserakan dimana-mana. Sepanjang mata memandang, sampah selalu ada dan sebagainya. Terutama saat hujan melanda kota Bandung. Hampir sepanjang jalanan selalu terlihat parade sampah berjalan mengikuti genangan air yang meluap di atas aspal. Hal tersebut sungguh lazim terjadi.

Dan sekarang, apakah masyarakat kota masih hanya bisa bermimpi saja atau berharap pada sosok yang bernama Ridwan Kamil dan perangkatnya untuk mewujudkan itu semua. Tentu hal ini sangat mustahil akan terwujudnya Bandung yang bermartabat.

Pada dasarnya, semua kebijakan apapun yang dikeluarkan pemerintah sangat bergantung pada kesiapan masyarakat atau respon mereka. Apakah berpartisipasi aktif dalam menyukseskannya atau hanya sekedar menyalahkan saja tanpa berperan apa-apa.

Maka tida heran bila akhir-akhir ini Walikota Ridwan Kamil selalu mengeluhkan hal ini. Ia mengajak semua lapisan masyarakat agar berperan aktif dalam mendukung segala bentuk kebijakan yang sebenarnya untuk kebaikan bersama. Kebijakan demi menata kota menjadi lebih baik dan asri. Sesuai dengan julukannya, Bandung kota bermartabat.

Jika tidak mampu berperan aktif dalam mendukung program pemerintah, Ridwan Kamil meminta masyarakat untuk tidak menjadi bagian dari permasalahan tersebut. Tidak hanya masalah sampah, masalah lainnya pun sebisanya tidak dilakukan oleh masyarakat. Karena Sebagaimana yang diungkapkan sang walikota dalam akun twitternya.

1.komplain ttg sampah, padahal dirinya hobi buang sampah sembarangan. Marah2 ttg macet padahal dirinya yg bikin macet. #Mari_Introspeksi

2.You often blame the society, but you are the society. You often blame the problem, but you are part of the problem. #Mari_Introspeksi

3.Nu matak tong sok miceun runtah dimana wae. RT @AndRieCoach: Kumaha tah pa "@kompascom: Penuh Sampah, Bandung Dibilang "The City of Pigs"

4.keduanya penting. peraturan adlh "kesepakatan" RT @rahim_abs: diobati oleh keteladanan pemimpinnya, tidak oleh *peraturan*. *zonamerah *PKL

Dari sejumlah pernyataannya, terlihat jelas sang walikota membutuhkan kontribusi nyata dari masyarakat kota itu sendiri. Setidaknya tidak menjadi bagian yang merusak cita-cita mulia yang sedang dibangun.

Tanpa menganggap sudah sempurna, walikota yang baru terpilih tersebut telah banyak membuat terobosan super kreatif. Rencana membuat taman-taman tematik yang lebih banyak, danau-danau kecil, melokalisir para pengamen di sekitar 300-an hotel di seluruh Bandung, angkutan sekolah gratis dan sebagainya.

Kalau diperjelas lagi, tentu hal demikian salah satu cara untuk terus berbenah dan mengembalikan image Bandung sebagai paris van java. Rencana pembuatan danau-danau kecil, sumur resapan, membuang sampah pada tempatnya adalah langkah nyata menuju Bandung bebas banjir.

Program satu hotel satu grup pengamen, penertiban PKL, bus gratis bagi pelajar, adalah langkah nyata menuju jalanan Bandung bebas dari macet dan sebagainya.

Pembangunan taman-taman tematik, disamping menjalankan UU Ruang Terbuka Hijau (RTH), juga termasuk upaya pemerintah kota dalam memelihara kreatifitas, dan juga memelihara rasa bahagia agar tetap menyelimuti perasaan-perasaan warga kota secara manusiawi. Hal-hal sederhana tersebutlah yang menentukan masa depan kota Bandung dan banyak lagi program kreatif lainnya.

Rasanya beruntung sekali Kota Bandung dipimpin oleh seorang Ridwan Kamil. Mungkin perlu dicermati, seorang pemimpin dipilih bukanlah untuk hanya menaikkan posisinya sebagai pemimpin saja lalu cukup. Akan tetapi masyarakat selaku pihak yang dipimpin harus terus menstimulus agar pemimpin bersemangat mengeluarkan ide-ide briliannya dan masyarakat siap mewujudkan nyata ide-ide brilian tersebut.

Bukan hanya sebatas jadi tim sukses saja, relawan saja, atau loyalis saja, melainkan lebih dari itu. Karena inti dari kepemimpinan adalah perwujudan ide-ide dan sebagainya.

Inilah yang menjadi kegelisahan saya setiap kali menerima materi-materi kepemimpinan, politik, manajemen dan sebagainya. Masyarakat ‘terkadang’ tidak terlalu mengerti dengan statemen besar atau narasi besar yang cenderung absurd, melainkan mereka hanya butuh ide-ide sederhana, kecil dan nyata. Terlebih lagi harus konsisten.

Dan pada akhirnya, tulisan yang dibuat oleh Inna Savova, sejatinya hanya bentuk ungkapan untuk menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat kota, tidak hanya yang bermukim lama saja, melainkan para pendatang pun harus ikut serta mewujudkan ide-ide tersebut. Inna pun membuktikan hal tersebut. Ia akan tetap mencintai dan memimpikan kota ini menjadi lebih baik.

Maka dari itu, dalam tulisan terbarunya, ia mengundang seluruh lapisan masyarakat kota agar ikut serta memungut sampah bersama di Taman Lansia pada hari Sabtu (08-02-2014) pukul 8 pagi. Semoga ini menjadi langkah sederhana yang konsisten dalam mewujudkan Bandung Juara, Bandung Bermartabat, dan Paris van Java yang baru. Bule saja peduli, masyarakat kota, why not?

Mari merevolusi negeri ini dengan hati (Ridwan Kamil)

Hanya tuhan yang lebih tahu kesempurnaannya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun