KHASNYA Idul Fitri (Hari Raya) adalah silaturrahim. Saling berkunjung dari rumah ke rumah. Untuk melaksanakan silaturrahim lazimnya orang mesti saling bertemu. Dengan pertemuan itu terjalin silaturrahimnya.Â
Sayangnya tidak selalu mudah untuk bertemu. Jarak rumah dan tempat tinggal yang berjauhan akan menjadi salah satu kendala. Haruskah silaturrahim menjadi korban? Tentu tidak harus begitu.
Melalui komunikasi jarak jauh segala sesuatunya dapat ditempuh. Inilah hebatnya berhari raya di era kemajuan teknologi. Melalui tulisan, misalnya orang juga bisa serasa bersalaman. Itu pula  beda orang-orang yang menggunakan talenta berkarya (tulis) dengan orang-orang yang tidak menggunakannya.Â
Boleh jadi semua orang memiliki talenta yang sama, tapi mungkin tidak semua orang menggunakannya. Bagi yang menggunakannya, sekurang-kurangnya dia akan terhubung dengan pembaca tulisannya. Maka terjalinlah hubungan jiwa dan rasa. Hubungan pertemanan dan keakraban diantara keduanya.
Hubungan pertemanan dan keakraban, kini tidak selalu harus dikarenakan secara pisik orang berdekatan. Tidak juga karena harus bersemuka setiap kesempatan. Tapi dapat dihubungkan oleh tulisan atau gambar. Saling menyampaikan pesan, harapan dan keluhan. Apapun bisa tersampaikan lewat tulisan. Alat-alat penghubung (IT) telah membuka kesempatan untuk berhubungan diantara orang yang tidak berdekatan.
Dengan sebuah HP pintar (android) yang dimiliki, misalnya hubungan melalui dunia maya yang tersedia telah menyebabkan jarak yang sangat jauh tidak terasa jauhnya itu.
Semua orang yang terhubung oleh jaringan internet melalui alat canggih seperti HP atau laptop, itu serasa tetap berada di tempat yang sama pada saat terhubung.Â
Tulisan, gambar dan suara juga ada pada layar yang ada di hadapannya. Begitulah rasa dan jiwa seolah terhubung. Lebih dari pada sekadar berdekatan.
Ketika Idul Fitri seperti saat ini kita memang ingin tetap bersilaturrahim meskipun jarak diantara satu dengan lainnya berjauhan. Dan harapan itu terbukti tidak sulit dilakukan.Â
Dengan tulisan bahkan gambar yang terkirim kita sudah merasa sudah bersama, berbicara bersama, tersenyum bersama dan seterusnya bersama. Maka silaturrahim itu terus ada bersama kita.
Jadi, rumah dengan alamat yang nun jauhnya entah di mana di antara satu dengan lainnya, alhamdulillah tidak menjadi masalah dalam jalinan silaturrahim kita. Kita tetap bisa menyatu dalam rasa dan jiwa kita. Penentu utamanya adalah harapan dan kemauan untuk tetap menjaga komunikasi di antara kita.***