SUDAH masuk hari yang ke-4, lenyapnya pesawat boing MH370 milik maskapai penerbangan Malaysia Airline tanpa bekas. Belum ada berita yang pasti menjelaskan mengapa dan di mana pesawat itu gerangan saat ini. Spekulasi yang berseliweran membuat para keluarga bertambah 'sakit' dan panik menyimaknya.
Tapi satu hal yang menarik --walau mungkin sepele-- dari tragedi alat angkut udara negeri Melayu itu adalah tidak terdengarnya pertelingkahan berbau politik di antara para politisi negeri jiran itu. Terakhir bahkan kita dengar mantan Perdana Menteri Mahathir Mohammad memberikan simpatinya kepada penguasa negeri semenanjung itu. Dia bersimpati dan ikut berduka dengan kejadian itu. Padahal Mahathir bukanlah terlalu akrab dengan Pemerintahan Tun Najib.
Agak berbeda berbanding kebiasaan politisi di negeri kita yang jika ada kejadian tragis semacam kasus pesawat jatuh itu, gunung meletus, gempa bumi atau apa saja, selalu saja ada politisi yang berbunyi 'sumbang' untuk mendeskriditkan pemerintah. Mungkin sudah tipikal politisi bangsa kita, entahlah.
Sedih sebenarnya jika dalam situasi berduka atau ada masalah dalam sebuah negara justeru ada yang memanfaatkan untuk menyerang lawan politik. Syukurnya tidak terjadi di Malaysia dengan kasus yang melibat penduduk belasan negara. Anwar Ibrahim yang merasa dizalimi penguasa juga tidak terdengar komentar negatifnya berhubungan dengan kasus pesawat MH370 Malaysia itu. Malah dia mengajak semua pihak untuk terus berdoa demi kesalamatan semuanya. "Saya gesa agar semua pihak berdoa," katanya dalam salah satu berita seperti dimuat Malaysia Chronicle (http://bm.malaysia-chronicle.com) beberapa hari ini. Tokoh politik oposisi lain juga tidak terdengar menghujat penguasa.
Tragedi yang terjadi yang terkadang memang tidak pernah terpikirkan sebelumnya, sejatinya tidak harus menjadi bahan amunisi untuk menyerang lawan politik. Seburuk apapun pemerintah menurut pandangan politisi oposisi, tetap tidak pada tempatnya menjadikan tragedi dan atau sebuah musibah menjadi bahan untuk menyerang lawan politik. Tidak harus menjadikan kita berkelahi. Tidak semua hal harus ditentang untuk sekedar melepaskan hati yang meradang.
Secara umum, Malaysia --dalam banyak beritanya-- terasa lebih mengutamakan persatuan dan kebersamaan dari pada sekadar melepaskan emosi pribadi atau kelompok karena berseberangan dalam pandangan politik. Sudah seharusnya juga para politisi Indonesia tidak lagi menonjolkan persaingan yang mengarah ke permusuhan. Mengapa harus berkelahi kalau hanya untuk menonjolkan diri dalam berpolitik. Pemilu yang sudah di depan hidung ini justeru akan menjadi lahan subur bagi politisi yang hobi menonjolkan permusuhan dari pada pertemanan. Rasanya tidak berlebihan rakyat berharap kepada ribuan politisi yang saat ini menanti namanya dicoblos pada 9 April nanti untuk lebih mengutamakan persatuan dan kebersamaan dari pada permusuhan. Menang-kalah hanya rakyat yang akan menentukan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H