Hari berganti, zaman terus berjalan, dan trend - trend yang semakin tidak dimengerti, terutama oleh saya. Bukanlah hal yang mudah untuk dikelilingi oleh beberapa teman yang besar dan tumbuh di era yang sama, tetapi masih bisa berkembang dengan segala macam trend di generasi yang bahkan saya tidak mengerti ini. Berada dan berusaha berpura - pura menikmati apa yang teman - teman saya lakukan adalah suatu keterpurukan yang cukup mengganggu bagi saya. Pada akhirnya, hal itu justru membuat saya menjadi banyak mempertanyakan, siapakah diri kita sebelum fenomena ini merebak dan menjamur?
"Halo guys, ketemu lagi dengan gue...", "Eh, bikin ini yuk, biar viral...", dan "Kita joget kaya itu seru kayaknya..." adalah beberapa hal yang banyak saya jumpai di era sekarang, yang sebenarnya tidak salah.
Saya tumbuh dan berkembang di era Radio masih menjadi media yang cukup hits. Pada masa itu, menjadi Penyiar Radio adalah profesi yang sangat didambakan oleh kawula muda. Semua orang ingin menjadi Penyiar Radio, hingga akhirnya industri Televisi membakar habis semua harapan itu. Titik ketenaran, kepopuleran, dan trend berpindah secara instan. Semua orang mulai tertarik untuk menjadi Selebriti, Artis, dan VJ. Lalu semua harapan itu pun kembali hilang, setelah nasib industri Televisi mengalami hal yang serupa seperti Radio. Dan akhirnya, semua mata tertuju pada Sosial Media (Youtube, Instagram, Tiktok, dll).
"Semua orang bisa menjadi Konten Kreator, dan semua orang bisa menjadi Seleb!", begitulah ungkapan motivasi nan inspiratif dari seorang Konten Kreator ternama yang pernah saya dengar di beberapa event. Pada awalnya, saya tidak ada masalah dengan pernyataan itu. Hingga akhirnya, saya merasa ada yang janggal dari pernyataan tersebut, karena mengingat fenomena Radio dan Televisi. Analoginya adalah, jika semua orang berbicara, lalu siapa yang akan mendengarkan?
Tidak apa - apa menjadi bukan siapa - siapa. Karena sesungguhnya, segala hal di dunia ini sangat butuh keseimbangan. Bahkan, di titik yang sangat menakutkan sekalipun, kita sangat butuh keseimbangan. Saya akan mengambil contoh dalam hal Kematian. Bayangkan saja jika kehidupan ini abadi, tidak ada kematian, dan planet kita ini semakin penuh, lalu akan ada banyak kekacauan yang tentu saja kita tidak bisa bayangkan dampaknya.
Tidak apa - apa menjadi bukan siapa - siapa.
Mengejar keinginan dan kepopuleran bukanlah hal yang buruk. Hanya saja, terkurung oleh ambisi dan ego dalam mengejar semua harapan juga bukan sesuatu yang menyenangkan.
