Jejak-jejak dalam CMB bukanlah lubang hitam itu sendiri, melainkan sebaliknya objek-objek berusia milyaran tahun yang menghabiskan energinya ke dalam alam semesta kita melalui radiasi Hawking. "Ini bukan singularitas lubang hitam (atau benda fisiknya yang sebenarnya)," kata Penrose, "tetapi keseluruhan radiasi Hawking dari lubang (hitam) itu sepanjang sejarahnya."
Ini artinya, sepanjang waktu sebuah lubang hitam yang melenyapkan dirinya sendiri melalui radiasi Hawking meninggalkan suatu tanda. Tanda itu, yang dibuat dalam frekuensi radiasi latar belakang dari ruang, dapat bertahan dalam kematian sebuah alam semesta. Jika para peneliti dapat menemukan tanda itu, maka para ilmuwan akan memiliki alasan untuk meyakini bahwa teori CCC tentang alam semesta adalah benar, atau setidaknya tidak sepenuhnya salah.
Untuk menemukan tanda redup itu terhadap radiasi CMB yang redup dan bercampur aduk, An menjalankan semacam pertandingan statistik di antara petak-petak langit.
An mengambil daerah lingkaran pada wilayah langit ketiga di mana galaksi-galaksi dan cahaya bintang tidak membanjiri CMB. Berikutnya, ia menandai daerah-daerah di mana distribusi frekuensi gelombang mikro cocok dengan apa yang akan diharapkan jika titik-titik Hawking muncul. Ia membuat lingkaran-lingkaran itu "berkompetisi" satu sama lain untuk menentukan daerah mana yang paling mendekati cocok dengan spektrum titik Hawking yang diharapkan.
Kemudian, ia membandingkan data itu dengan data CMB palsu yang ia hasilkan secara acak. Trik ini dimaksudkan untuk menyingkirkan kemungkinan "titik-titik Hawking" sementara itu dapat dihasilkan jika CMB sepenuhnya acak. Jika data CMB yang dihasilkan secara acak tidak dapat meniru titik-titik Hawking itu, itu akan sangat menyatakan bahwa titik-titik Hawking yang baru diidentifikasi itu benar-benar berasal dari lubang-lubang hitam dari masa lampau yang sangat lama telah berlalu.
Ini bukan pertama kalinya Penrose mengemukakan makalah yang tampaknya mengidentifikasi titik-titik Hawking dari alam semesta masa lampau. Pada tahun 2010 yang lalu ia bersama fisikawan Vahe Gurzadyan juga membuat klaim yang sama, tetapi penelitian mereka mendapatkan kritik dari komunitas ilmiah secara luas karena titik-titik Hawking yang diidentifikasi Penrose dan Gurzadyan ini ternyata hasil dari kebisingan acak dalam data mereka. Namun Penrose dan timnya pantang menyerah dan kembali melanjutkan penelitian ini.
Ketika ditanya apakah lubang-lubang hitam dari alam semesta kita suatu saat nanti dapat meninggalkan jejak di alam semesta berikutnya, Penrose menjawab, "Ya, tentu saja!"
Teori ini membuka kemungkinan baru tentang alam semesta yang mengalami siklus pembentukan dalam big bang, mengembang, lalu kembali ke big bang lagi, demikian seterusnya tanpa awal dan akhir. Dan mungkin saja saat ini kita tidak tinggal di alam semesta yang pertama, melainkan yang kedua atau kesekian ribu, bahkan yang tak terhitung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H