Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 19)

20 Juli 2018   11:57 Diperbarui: 20 Juli 2018   12:03 696
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 19 - GUO HUAI MENGAKUI KEJAHATANNYA DAN IBU SURI LI KEMBALI KE ISTANA

Bao menangkap Guo Huai, membuka persidangan, dan mempersilakan Chen Lin duduk pada kursi samping. "Guo Huai, katakanlah yang sebenarnya bagaimana pada waktu itu kamu merencanakan memfitnah Ibu Suri Li dengan menukar putra mahkota!" seru Bao. "Dari manakah Tuan bisa mengatakan hal ini? Pada waktu itu Selir Li melahirkan anak siluman, kaisar terdahulu menjadi marah lalu mengasingkannya ke Istana Dingin. Bagaimana mungkin terjadi kasus penukaran ini?" jawab Guo Huai.

Kemudian Chen Lin bertanya, "Jika tidak ada penukaran, mengapa pelayan Kou diperintahkan membawa putra mahkota, mencekiknya dengan tali roknya, dan membuangnya di bawah Jembatan Air Emas?" "Pengurus Chen, mengapa kamu bersaksi melawanku? Kamu dan aku sama-sama pelayan istana. Tidakkah kamu mengetahui pembawaan Ibu Suri? Jika sekembalinya aku ke istana nanti, titah Ibu Suri tiba, maka takutnya kamu tidak bisa lolos dari hukuman," kata Guo Huai.

"Guo Huai, apakah kamu berani menggunakan Ibu Suri untuk melawan pengadilan ini? Jika kamu tidak menyebut nama Ibu Suri Liu, maka tidak akan masalah; tetapi karena kamu telah mengatakannya, maka kamu akan menerima hukumannya," seru Bao sambil sedikit senyum lalu memerintahkan, "Bawa dia keluar dan beri hukuman dua puluh kali pukulan!"

Para petugas di sisi kanan dan kiri mengiyakan lalu membaringkannya di atas tanah dan memukulnya dua puluh kali. Pukulan itu mengoyak kulit dan dagingnya; ia menggertakkan giginya dan berteriak kesakitan tak henti-hentinya.

"Guo Huai, apakah kamu masih tidak mengakuinya?" tanya Bao. Gua Huai yang tidak mungkin tidak mengetahui masalah besar ini mengeraskan hatinya dan sama sekali tidak mau mengakuinya. Ia berkata, "Pada hari itu Selir Li melahirkan anak siluman dan ia sendiri telah mengakui kejahatan tersebut, bagaimana mungkin ada hubungannya dengan diriku?"

"Jika tidak ada kasus penukaran itu, mengapa pelayan Kou Zhu dihukum sampai meninggal?" "Sesungguhnya karena Kou Zhu melawan perintah Ibu Suri, maka beliau memberinya hukuman," jawab Guo Huai.

Dari samping Chen Lin berkata, "Apa yang kamu katakan tidak benar. Pada saat menanyai pelayan Kou dengan siksaan, akulah yang memukulnya dengan tongkat hukuman. Ibu Suri Liu menanyainya dengan keras di manakah ia membuang putra mahkota yang ia bawa keluar istana. Bagaimana mungkin kamu mengatakan bahwa ia membantah perintah Ibu Suri?"

Mendengar hal ini, Guo Huai menatap Chen Lin dan berkata, "Jika kamu yang menjatuhkan hukuman itu, artinya kamu yang memberikan pukulan yang mematikan itu sehingga pelayan Kou tidak dapat menahannya kemudian bunuh diri dengan menjatuhkan diri pada pagar pembatas tangga. Mengapa kamu justru menuduhku?"

"Dasar penjahat! Berani-beraninya kamu membantah!" seru Bao, "Para petugas, bawakan alat penjepit jari!" Para petugas mengiyakan lalu menaruh jari-jari tangan Guo Huai di atas suatu alat hukuman berupa tongkat penjepit jari dan mereka menarik talinya ke arah kiri dan kanan. Guo Huai berteriak kesakitan bagaikan seekor babi yang akan dibunuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun