Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 17)

6 Mei 2018   16:27 Diperbarui: 8 Juli 2018   16:34 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 17 – PENGURUS ISTANA MENGUNJUNGI BAO, IBU SURI PERGI KE ISTANA NANQING

Setelah mata ibu suri Li bisa melihat kembali, ia sangat berterima kasih kepada Nyonya Li yang setiap hari menghibur dan berusaha menyenangkan hatinya dalam segala hal, termasuk makanan dan minuman serta kehidupan sehari-hari – semuanya tanpa kecuali sesuai dengan kesukaan ibu suri. Karena hatinya lebih bahagia, wajah ibu suri menjadi lebih cerah dan menjadi lebih bersemangat, tidak seperti penampilannya dulu ketika masih tinggal di tempat pembakaran yang tidak digunakan.

Namun Nyonya Li merasa tidak tenang karena mendengar Bao Xing melaporkan bahwa Bao akan menghadap kaisar; ia khawatir ketika menghadap kaisar dan menyebutkan tentang kasus Pang Yu, Bao berkata terlalu jujur dan berterus terang sehingga menyebabkan kaisar marah. Dalam hati ia merasa sangat gelisah.

Keesokan harinya Bao masuk ke istana dan bertemu dengan kaisar untuk melaporkan semuanya. Kaisar sangat memujinya karena melakukan pekerjaan dengan baik dan jujur serta menganugerahkan Bao dengan berbagai hadiah yang mengagumkan. Kaisar memberikannya sehelai jubah ular dengan lima cakar*, sebuah ikat pinggang berhiaskan mutiara, sebuah cincin jempol giok putih Sixi (empat kebahagiaan), dan sepasang tas bersulamkan biji batu koral. Bao pun berterima kasih kepada kaisar. Setelah pertemuan pagi selesai, Bao segera kembali ke kantor Kaifeng.

Para petugas menyambutnya dengan memberi penghormatan kepada Bao. Masih dalam pakaian dinasnya, ia langsung masuk ke dalam. Nyonya Li segera keluar menyambutnya. Setelah bertukar salam, Bao berkata kepada istrinya, "Aku ingin bertemu dengan ibu suri. Mohon agar istriku memberitahukannya kepada beliau." Nyonya Li yang mengetahui bahwa Bao memiliki sesuatu yang penting untuk dibicarakan dengan ibu suri menyuruh pelayannya dan para pelayan wanita tidak perlu mengikuti mereka berdua. Ia pun menuju kamar suci di sebelah aula Buddha.

Nyonya Li berjalan di depan dan Bao mengikuti di belakangnya. Ketika tiba di depan kamar ibu suri, Bao menunggu di sana dan istrinya mengangkat tirai kamar masuk ke dalam. Sambil berlutut ia berkata, "Lapor, Yang Mulia Ibu Suri. Saat ini sarjana dari Paviliun Longtu dan pejabat prefektur Kaifeng, Bao Zheng, setelah menyelesaikan tugasnya dan kembali ke ibukota, datang memberikan penghormatan kepada Yang Mulia." "Di manakah anakku sekarang?" tanya ibu suri. "Sekarang ia sedang menunggu di luar." "Suruh dia masuk."

Nyonya Li mengangkat tirai kamar; Bao masuk dan bersujud sampai kepalanya menyentuh lantai sambil berkata, "Hamba, Bao Zheng, memberi hormat kepada Yang Mulia Ibu Suri dan berharap semoga Yang Mulia panjang umur. Kamar hamba ini begitu sempit dan tidak berkenan bagi Yang Mulia, semoga Yang Mulia memaafkan hamba." "Berdirilah, anakku," perintah ibu suri. Bao segera bangkit dari posisi bersujud.

Sebelumnya ibu suri hanya mendengar suara Bao, baru saat ini ia dapat melihatnya. Tampak wajah Bao yang persegi dengan telinga yang besar, mulut yang lebar, sedikit jenggot, muka yang hitam cemerlang, dan kedua mata yang bercahaya, yang memunculkan aura keberuntungan. Ketika bangkit dari posisi sujudnya, ia ternyata berbadan tinggi. Inilah yang sesungguhnya dikatakan sebagai "Hati yang setia dan lurus membersihkan kerajaan, wajah hitam menaklukkan para hantu." Ibu suri sangat gembira karena berpikir putranya, Kaisar Renzong, diberkahi sehingga dapat memiliki pejabat yang berkemampuan seperti Bao.

Ia juga terpikir lagi tentang penderitaan yang ia alami sehingga tanpa sadar menitikkan air mata. Ia berkata, "Aku sangat berterima kasih kepada kalian suami istri yang sepenuh hati memperhatikanku. Kasusku ini semuanya bergantung padamu, Pejabat Bao." "Yang Mulia Ibu Suri tidak perlu khawatir. Hamba tengah memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan orang-orang jahat dengan kebenaran sehingga hukum kerajaan dapat ditegakkan."

Ibu suri sambil mengusap air matanya berkata, "Pejabat Bao berdirilah dan silakan pergi untuk beristirahat." Bao pun berterima kasih dan membungkuk untuk keluar dari tempat itu. Nyonya Li melepaskan tirai kamar lalu menghibur ibu suri. Melihat Bao pergi, para pelayan wanita di luar kemudian masuk untuk melayani ibu suri. Ibu suri berkata kepada Nyonya Li, "Menantuku, suamimu baru saja pulang. Kamu pergilah melayani kebutuhannya, tidak perlu melayaniku lagi." Ini merupakan bentuk perhatian ibu suri terhadap pasangan suami istri tersebut. Nyonya Li tersipu malu dan wajahnya memerah; ibu suri pun tersenyum melihat hal ini. Para pelayan wanita mengangkat tirai kamar dan Nyonya Li pun keluar menuju kamarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun