Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 13)

17 April 2018   08:31 Diperbarui: 17 April 2018   21:47 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KISAH HAKIM BAO DAN PARA PENDEKAR PENEGAK KEADILAN

BAGIAN 13 - TIKUS KELIMA MELAKUKAN TINDAKAN KSATRIA, DUA PENDEKAR BERBAGI UANG RAMPASAN

Zhan Zhao meninggalkan taman milik Pang dan kembali ke penginapannya pada waktu jaga kelima malam itu. Dengan diam-diam ia memasuki kamarnya dan melepaskan pakaian hitamnya yang kemudian ia bungkus dengan baik. Lalu ia berbaring dan tertidur. Keesokannya ia berpamitan dengan pemilik penginapan lalu pergi ke kantor gubernur untuk melakukan penyelidikan secara diam-diam. Di dinding bagian luarnya terikat seekor kuda hitam dengan pelana dan tali kekang yang bersinar berkilauan; pada pelana kuda itu tergantung sebuah bungkusan kecil yang merupakan kantong berisi uang. Terdapat seseorang duduk di atas tanah di dekat sana sambil memegang cambuk. Ini menandakan bahwa Xiang Fu belum meninggalkan tempat itu. Zhan segera menuju rumah makan di seberangnya dan naik ke lantai atasnya untuk minum arak sambil mengawasi kondisi di sekitar kantor gubernur tersebut.

Tak lama kemudian Xiang keluar dari kantor gubernur. Orang tadi segera berdiri, menarik kuda tersebut, dan menyerahkan cambuk kepada Xiang yang kemudian naik ke atas kuda. Dengan satu cambukan ia pun pergi. Pendekar Selatan turun dari rumah makan itu lalu mengikuti Xiang secara diam-diam.

Mereka tiba di kota An Ping. Di sisi barat jalan terdapat sebuah rumah makan. Pada papan namanya bertuliskan "Toko Keluarga Pan". Xiang mengikat kudanya dan masuk ke dalam rumah makan itu. Zhan juga mengikutinya masuk ke dalam. Xiang duduk di sebuah kursi pada sisi selatan dan Zhan mengambil kursi pada sisi yang berlawanan. Setelah duduk, seorang pelayan membersihkan meja Zhan dan menanyakan makanan dan minuman yang akan dipesannya. Zhan memesan secara acak. Setelah menerima pesanannya, sang pelayan masuk ke dalam untuk menyiapkannya.

Zhan kembali mengamati sekelilingnya. Di sisi barat terdapat seorang kakek dengan wajah tanpa senyum sedang duduk. Kakek itu tampaknya seorang warga desa yang terpandang dengan penampilan yang sangat kasar. Tak lama kemudian pelayan datang membawa makanan dan minuman yang dipesan Zhan dan meletakkannya di atas meja. Zhan baru saja meminum araknya ketika terdengar suara langkah kaki di tangga. Tampak seseorang mendekat; ia berpakaian seperti orang dunia persilatan, tampak gagah dan menawan, walaupun usianya masih muda ia tampak menakjubkan. Zhan tanpa sadar meletakkan cangkir araknya kemudian dalam hati memuji dan mengagumi pemuda tersebut.

Pemuda itu baru saja akan memilih tempat duduknya ketika melihat di sisi selatan Xiang Fu segera berdiri memberikan penghormatan kepadanya sambil berkata, "Saudara Bai, lama tidak berjumpa!" Sang pendekar muda membalas salam Xiang tanpa ragu dan berkata, "Saudara Xiang, bertahun-tahun kita tidak berjumpa. Hari ini aku senang bisa bertemu kembali denganmu." Setelah beramah tamah, mereka duduk pada meja yang sama. Xiang menyuruh pemuda itu duduk di kursi kehormatan; setelah menolaknya satu kali, sang pemuda akhirnya duduk juga.

Melihat hal ini, Zhan merasa sangat tidak senang dan berpikir, "Sayang sekali seorang pemuda seperti dia ternyata mengenal orang jahat seperti Xiang Fu. Padahal pembawaan mereka berdua sangat berbeda sama sekali." Kemudian ia mendengarkan apa yang dibicarakan keduanya dengan seksama.

"Sejak kita berpisah, tiga tahun telah berlalu. Telah lama aku ingin mengunjungi kediaman kalian untuk memberikan penghormatan, tetapi aku sangat sibuk. Bagaimanakah kabar kakakmu saat ini? Apakah ia baik-baik saja?" tanya Xiang. Pemuda itu mengerutkan alisnya dan sambil menghela napas menjawab, "Kakakku sudah meninggal dunia." "Bagaimana mungkin penolong hidupku bisa meninggal? Sungguh malang, sungguh malang!" seru Xiang yang kemudian mengatakan beberapa ucapan dukacita secara basa-basi.

Siapakah pemuda itu? Ia tak lain adalah ksatria kelima dari Pulau Xian Kong yang bernama Bai Yutang dengan julukan Tikus Berbulu Sutra. Mulanya Xiang Fu mempertunjukkan keahlian ilmu silatnya sambil menjual obat salep. Ketika sedang mempertunjukkan keahliannya, ia terlibat pertarungan dengan seseorang di jalan dan membunuh orang tersebut. Untungnya kakak Bai Yutang yang bernama Bai Jintang melihatnya mendapatkan tuntutan hukum atas kasus tersebut di kantor kabupaten merasa kasihan kepadanya.

Bai Jintang dengan susah payah menolongnya dan memberikan biaya perjalanan untuknya agar ia dapat pergi ke ibukota untuk mengadu nasib. Awalnya ia datang ke ibukota untuk mencari seseorang yang bisa ia jadikan batu loncatan agar mendapatkan kedudukan. Sangat kebetulan sekali dalam perjalanan ia bertemu dengan Bangsawan An Le yang sedang menuju Chenzhou untuk membagikan bantuan. Mengetahui hal ini ia mengubah arah perjalanannya dan akhirnya berteman dengan Pang Fu yang kemudian merekomendasikannya kepada Pang Yu. Saat itu Bangsawan Pang telah lama mencari seorang pendekar yang dapat membantunya melakukan penindasan terhadap rakyat. Sang bangsawan menyuruhnya tinggal di kediamannya. Xiang pun mendapatkan banyak kehormatan yang sesungguhnya tidak pantas bagi orang rendahan seperti dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun