Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 10)

28 Maret 2018   09:31 Diperbarui: 28 Maret 2018   10:16 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Zhao berjalan ke arah sebuah desa. Kebetulan ia melihat sosok bayangan seseorang melompati tembok belakang sebuah rumah. Zhao curiga dan berpikir, "Baru saja hari gelap kenapa sudah ada pencuri? Ini tidak bisa dibiarkan, aku harus mengikutinya masuk ke dalam untuk menyelidiki." Kemudian ia meletakkan mangkuk tanah liat dan tongkat kayunya lalu melepaskan sandal usangnya. Dengan bertelanjang kaki ia membungkukkan badan lalu melompat dan menggapai bagian atas tembok tersebut. Di atas tembok ia melihat tumpukan kayu bakar di sisi tembok; ia pun turun dengan perlahan-lahan melalui tumpukan kayu bakar tersebut. Di sana ia melihat seseorang sedang bersembunyi. Ia maju ke depan lalu mencengkeram orang itu di lehernya. Orang itu terkejut dan Zhao berkata, "Kamu berteriak, aku akan mencekikmu sampai mati!"

"Aku tidak akan berteriak, tidak akan! Mohon ampuni aku," kata pencuri itu. "Siapakah namamu? Barang apa yang kamu curi? Di mana kamu menyembunyikannya? Katakan segera!" tanya Zhao. "Namaku Ye Qian-er. Aku memiliki seorang ibu berumur delapan puluh tahun yang tidak ada yang menyokongnya. Ini baru pertama kali aku melakukan pekerjaan ini, Tuan." "Kamu benar-benar tidak mencuri apa pun?" tanya Zhao sambil melihat dan memeriksa ke sekelilingnya.

Di atas tanah ia melihat sepotong kain sutra berwarna putih menyempil keluar; ketika ia menariknya, ternyata tanah tersebut terasa lembut. Semakin ditarik semakin panjang kain sutra tersebut. Ketika ia menariknya dengan sekuat tenaga, tampak sepasang telapak kaki kecil "teratai emas".** Ketika ia menariknya lebih kuat, ternyata itu adalah sesosok mayat wanita tanpa kepala.

Zhao berseru, "Baiklah, ternyata kamu telah membunuh orang! Masih berani membohongiku. Ketahuilah aku sesungguhnya tak lain adalah Zhao Hu, petugas prefek Bao dari Kaifeng. Karena kasus ini, aku datang diam-diam ke sini untuk melakukan penyelidikan." Ye Qien-er ketakutan setengah mati lalu memohon dengan iba, "Tuan Zhao, hamba benar seorang pencuri, tetapi tidak pernah membunuh orang." "Itu katamu. Aku akan membawamu ke kantor pemerintah dan kita lihat bagaimana nanti."

Kemudian Zhao menggunakan potongan kain sutra tadi untuk mengikat pencuri tersebut dan menyobek sisanya untuk menyumpal mulutnya agar ia tidak berteriak. "Kamu baik-baiklah menunggu di sini sampai aku kembali," kata Zhao lalu ia melompat keluar dari tembok rumah tersebut melalui tumpukan kayu bakar tadi. Tanpa mengambil kembali mangkuk, tongkat dan sandalnya, ia berlari secepat kilat menuju kediaman pejabat daerah dengan bertelanjang kaki.

Saat itu waktu jaga pertama. Pelayannya masih sedang menunggu di tempat yang telah disepakati sebelumnya. Sang pelayan melihat seseorang mirip tuan keempatnya datang dengan bertelanjang kaki. Ia segera menyambutnya dan bertanya, "Bagaimana hasilnya?" "Anak muda, bagus sekali perhatianmu!" kata Zhao langsung berlari menuju kediaman pejabat daerah. Melihat kondisi ini, pelayan tersebut mengetahui pasti akan terjadi keributan sehingga ia mengikuti tuannya menuju kediaman pejabat daerah.

Ternyata kediaman pejabat daerah dijaga ketat oleh para prajurit karena utusan kerajaan sedang berada di sana. Ketika melihat seorang pengemis berlari ingin masuk ke dalam, prajurit yang berjaga segera menghalanginya dan berkata, "Kamu ini kurang ajar! Ini bukan tempat sembarangan, kamu pikir mau ke mana?" Sebelum prajurit itu menyelesaikan ucapannya, Zhao mengayunkan tangannya hampir memukul jatuh prajurit itu lalu menyelinap masuk. Semua orang berteriak heboh sebelum akhirnya sang pelayan ikut masuk dan berkata, "Tidak perlu berteriak. Orang itu adalah Tuan Keempat kami." Semua orang tampak kebingungan tidak mengetahui apa yang telah terjadi.

Zhao berlari ke dalam tanpa mempedulikan sekitarnya. Kebetulan ia berpapasan dengan Bao Xing dan menariknya sembari berkata, "Kamu muncul pada saat yang tepat." Bao Xing tampak ketakutan dan berkata, "Siapakah kamu?" Dari belakang pelayan Zhao segera menjawab, "Ia adalah Tuan Keempat kami." Dalam kegelapan Bao Xing tidak dapat melihatnya tetapi ia mengenali suara Zhao yang berkata, "Mohon agar melapor kepada Tuan Bao bahwa Zhao Hu ingin bertemu." "Tuan Zhao, anda benar-benar menakutiku setengah mati!" seru Bao Xing.

Ketika mengangkat lenteranya, ia melihat penampilan Zhao yang aneh dan tidak dapat menahan tawanya. "Jangan tertawa. Segeralah melapor kepada Tuan Bao, katakan aku memiliki hal penting untuk diberitahukan. Cepat pergi!" kata Zhao. Bao Xing melihat gelagatnya seperti ini menyadari pasti ada sesuatu yang penting. Maka ia segera membawa Zhao ke depan pintu ruang baca dan masuk ke dalam melaporkannya kepada Bao yang kemudian menyuruh Zhao masuk. Melihat penampilan Zhao, Bao juga merasa ingin tertawa. Ia bertanya, "Ada apakah gerangan?"

Zhao pun menceritakan kepada Bao dari awal sampai akhir bagaimana ia melakukan penyelidikan rahasia, bagaimana ia bertemu dengan Ye Qian-er, dan bagaimana ia menemukan sosok mayat wanita tanpa kepala. Bao yang sebelumnya tidak menemukan pemecahan kasus ini sangat bergembira mendengar hal ini.

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun