Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kisah Hakim Bao dan Para Pendekar Penegak Keadilan (Bagian 10)

28 Maret 2018   09:31 Diperbarui: 28 Maret 2018   10:16 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tak lama berjalan, Han merasa kelelahan dan meletakkan bungkusannya yang berat untuk beristirahat sebentar; setelah itu ia kembali melanjutkan perjalanan. Di jalan ia berpapasan dengan petugas yang berjaga malam. Petugas tersebut melihatnya membawa bungkusan berlumuran darah dengan napas yang terengah-engah sehingga menimbulkan kecurigaan. Petugas itu bertanya, "Barang apa yang kamu bawa?" "Kepala babi," jawab Han dengan terengah-engah sehingga suaranya tidak jelas. Petugas itu semakin curiga lalu membungkuk untuk membuka dan memeriksa isi bungkusan tersebut. Di bawah cahaya rembulan dan juga penerangan dari lentera yang dibawa sang petugas semuanya terlihat jelas. Ternyata bungkusan itu berisi sebuah kepala wanita dengan rambut kusut yang berlumuran darah. Ketika melihatnya, Han ketakutan setengah mati. Tanpa mengizinkan Han menjelaskan lebih lanjut, petugas itu langsung membawanya ke kantor kabupaten Ye untuk melaporkannya kepada atasannya saat fajar.

Pejabat kabupaten ketika mengetahui ini adalah kasus yang menyangkut nyawa manusia segera mengadakan persidangan. Han dibawa masuk ruang sidang. Pejabat itu melihat bahwa Han ternyata seorang pelajar yang lemah. Ia bertanya, "Siapakah namamu? Mengapa kamu melakukan pembunuhan?" "Hamba bernama Han Ruilong. Hamba pergi ke toko tukang daging Zheng untuk membeli kepala babi. Karena hamba lupa membawa wadah, Zheng menggunakan kain celemek untuk membungkus kepala babi itu lalu memberikannya kepadaku. Kemudian hamba bertemu dengan petugas yang berjaga malam dan ia menanyaiku. Ketika membuka bungkusan itu, tak disangka isinya adalah kepala manusia." Setelah berkata demikian, ia menangis dengan getir tiada hentinya.

Mendengar hal ini, pejabat kabupaten segera mengeluarkan surat perintah untuk menghadirkan tukang daging Zheng di pengadilan. Namun Zheng bukan saja tidak mengetahui tentang kepala tersebut, tetapi juga mengatakan tidak ada penjualan kepala babi pada hari itu. Pejabat kabupaten bertanya, "Apakah kain celemek itu bukan milikmu?" "Kain celemek itu dipinjam Han tiga hari yang lalu. Tidak disangka ia menggunakannya untuk membungkus kepala manusia untuk menimpakan kesalahan kepada hamba."

Betapa menyedihkannya sang pelajar yang masih muda itu! Ia tidak dapat melawan sang tukang daging yang jahat tersebut. Untungnya sang pejabat mengetahuinya. Ia melihat Han tidak mirip seorang pembunuh sehingga tidak memberikan hukuman kepadanya. Ia memenjarakan Han dan Zheng untuk sementara sembari berusaha menyelidiki kasus ini.

Siapa sangka Nyonya Han menyampaikan surat pengaduan kepada Bao di kota Sanxing dan Bao menerimanya. Ketika Bao tiba di kediaman pejabat daerah itu, sang pejabat kabupaten telah menunggu di luar untuk menyambutnya. Setelah beristirahat sejenak dan minum teh, Bao langsung memanggil pejabat itu dan menanyainya tentang kasus Han Ruilong. Sang pejabat menjawab, "Kasus ini masih dalam tahap penyelidikan dan belum bisa diputuskan." Bao pun memerintahkan agar semua terdakwa kasus tersebut dibawa ke kediaman pejabat daerah untuk disidangkan. Segera mereka dibawa ke sana dan Bao membuka sidang. Pertama-tama ia memanggil masuk Han Ruilong. Tampak seluruh wajahnya basah dengan air mata dan ia bergemetar ketakutan sambil berlutut di depan pengadilan. "Han Ruilong, mengapa kamu membunuh orang? Katakanlah," tanya Bao.

Sambil menangis Han berkata, "Hamba membeli kepala babi di toko tukang daging Zheng, tetapi lupa membawa wadah. Oleh sebab itu ia menggunakan kain celemeknya untuk membungkus kepala tersebut lalu memberikannya kepada hamba. Tak disangka hal ini menyebabkan hamba tertimpa kasus ini." "Cukup. Kapan kamu membeli kepala babi dan bertemu dengan petugas yang berjaga malam?" "Ketika hari belum terang."

"Mengapa kamu pergi membeli kepala babi padahal hari belum terang? Jelaskan!" tanya Bao lagi. Pada saat ini Han akhirnya tidak dapat menyembunyikannya lagi dan menceritakan secara rinci seluruh kejadian tentang penemuan harta karun di rumahnya. "Mohon Tuan berbaik hati menegakkan keadilan bagi hamba," katanya sambil meratap bercucuran air mata. Bao mengangguk dan berkata dalam hati, "Keluarga anak ini miskin dan hatinya diliputi keserakahan untuk mendapatkan harta. Melihat kondisi ini, ia pasti bukan seorang pembunuh." Lalu ia memerintahkan, "Bawa pergi dia."

"Mohon Tuan Pejabat membawa petugas ke rumah Han Ruilong untuk mencari kotak kayu tersebut," kata Bao. Pejabat itu pun pergi meninggalkan kediaman tersebut dan dengan menunggang kuda membawa petugas menuju rumah Han.

Kemudian Bao memerintahkan tukang daging Zheng dibawa masuk. Melihat alisnya yang menakutkan dan matanya yang jahat, Bao mengetahui ia bukan orang baik. Ketika ditanyai, ia menjawab sama seperti sebelumnya. Bao marah lalu memerintahkan ia ditampar dua puluh kali dan dipukul tiga puluh kali dengan papan kayu. Namun penjahat licik itu dapat menahannya dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Bao pun memerintahkan, "Bawa dia pergi."

Tampak pejabat kabupaten datang dan masuk ke ruang sidang. Ia berkata, "Saya menjalankan perintah Tuan pergi ke rumah Han Ruilong untuk mencari kotak kayu tersebut. Ketika dibuka, walaupun isinya emas dan perak, ternyata adalah uang kertas akhirat untuk orang mati. Ketika mencari lebih dalam lagi, ditemukan sesosok mayat laki-laki tanpa kepala." Bao bertanya, "Apakah sebab kematiannya?"

Pejabat tersebut kebingungan menjawabnya dan berkata, "Ketika menemukan mayat tersebut, saya belum memeriksa apakah yang menyebabkan kematiannya." "Pergilah memeriksanya, mengapa kamu tidak menyelidikinya dengan seksama?" "Hamba lalai, sangat lalai," kata sang pejabat meminta maaf. Bao pun memerintahkan, "Pergilah mengerjakannya." Sang pejabat segera mengundurkan diri dengan bercucuran keringat dingin. "Tuan ini benar-benar seorang utusan kaisar yang sangat teliti. Mulai saat ini aku harus lebih berhati-hati," pikirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun