Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ajaran-Ajaran Altruistik dalam Buddhisme Awal

6 September 2015   17:34 Diperbarui: 7 November 2015   16:44 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Gagasan bahwa Buddhisme awal sepenuhnya berpusat pada pencapaian pribadi diri sendiri juga tidak sepenuhnya benar. Tak lama setelah pencapaian pencerahan Sang Buddha mengumpulkan para bhikkhu pertama yang merupakan para Arahant dan mengutus mereka untuk berkelana mengajarkan Dhamma demi kesejahteraan orang banyak:

"Mengembaralah, O Para bhikkhu, demi kesejahteraan banyak makhluk, demi kebahagiaan banyak makhluk, demi belas kasih terhadap dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para dewa dan manusia." (Samyutta Nikaya 4.5)

Jelas bahwa di sini awal mula tujuan pengajaran Sang Buddha adalah demi kepentingan, kesejahteraan, dan kebahagiaan orang banyak.

Dalam Anguttara Nikaya kita menemukan kotbah Sang Buddha tentang 4 jenis individu berdasarkan cara berlatihnya apakah demi ksejahteraan diri sendiri atau orang lain:

“Para bhikkhu, ada empat jenis orang ini terdapat di dunia. Apakah empat ini? (1) Seorang yang berlatih bukan demi kesejahteraannya sendiri juga bukan demi kesejahteraan orang lain; (2) seorang yang berlatih demi kesejahteraan orang lain tetapi bukan demi kesejahteraannya sendiri; (3) seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi bukan demi kesejahteraan orang lain; dan (4) seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri juga demi kesejahteraan orang lain.

(1) “Misalkan, para bhikkhu, sebatang kayu kremasi terbakar di kedua ujungnya dan berlumuran kotoran di bagian tengahnya: kayu itu tidak dapat dipergunakan sebagai kayu baik di desa atau pun di hutan. Persis seperti halnya kayu ini, Aku katakan, adalah seorang yang berlatih bukan demi kesejahteraannya sendiri juga bukan demi kesejahteraan orang lain.

(2) “Para bhikkhu, seorang di antara mereka yang berlatih demi kesejahteraan orang lain tetapi bukan demi kesejahteraannya sendiri adalah lebih unggul dan lebih luhur di antara kedua orang [pertama] ini. (3) Seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri tetapi bukan demi kesejahteraan orang lain adalah lebih unggul dan lebih luhur di antara ketiga orang [pertama] ini. (4) Seorang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri juga demi kesejahteraan orang lain adalah yang terunggul, terbaik, terkemuka, tertinggi, dan yang terutama di antara keempat orang ini. Seperti halnya dari seekor sapi dihasilkan susu, dari susu menjadi dadih, dari dadih menjadi mentega, dari mentega menjadi ghee, dan dari ghee menjadi krim-ghee, yang dikenal sebagai yang terbaik dari semua ini, demikian pula orang yang berlatih demi kesejahteraannya sendiri juga demi kesejahteraan orang lain adalah yang terunggul, terbaik, terkemuka, tertinggi, dan yang terutama di antara keempat orang ini.

“Ini, para bhikkhu, adalah keempat jenis orang itu yang terdapat di dunia.”

(Anguttara Nikaya 4.95) 

Dengan demikian, seorang praktisi Buddhis yang terbaik adalah seseorang yang berlatih demi kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.

Ciri-ciri keempat jenis individu yang berlatih demi kesejahteraan diri sendiri atau orang lain tersebut dijelaskan sebagai apakah ia berlatih demi melenyapkan nafsu, kebencian, dan delusinya sendiri dan mendorong orang lain melakukan hal yang sama sebagai berikut:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun