Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Melukis Malam

21 April 2012   15:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:18 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Me: Aku ingin melukis dikau, malam,
tetapi aku tidak memiliki kuas dan kanvasnya....

LY: tak perlu kuas dan kanvas
masih ada bintang yang bisa kau bentuk
cahayanya akan membimbingmu
melukiskan apa yang ada di hatimu

Me: bintang itu terlalu jauh
dan cahayanya terlalu redup
untuk dapat sampai di hatiku
oleh sebab itu kuas dan kanvaslah yang kuperlukan....

LY: Saat menemukan kuas dan kanvasmu
Malam sudah berlalu berganti pagi
Butuh berapa lama lagi menemukannya
Lelah dalam penantian tak pasti

Me: Habis gelap terbitlah terang
Habis malam akan tiba siang
Dan sesudahnya akan gelap kembali
Kenapa aku harus takut kehilangan waktu
Bahkan jika aku harus menanti dalam keabadian?

LY: Waktu merangkak tanpamu
Waktu melesat bersamamu
Keabadianmu sia-sia jika menanti
Lukisan tak berjejak hati

Me: Dengan keyakinan dan semangat
Disertai usaha yang terus-menerus
Akan kudapatkan apa yang kunantikan
Bahkan waktu pun akan kukalahkan
Tak kan sia-sia pencarianku....

LY: Bergegaslah sebelum mentari tiba selesaikan lukisan dengan semangatmu
Malam hanya sejengkal
Seperti mengayuh seketika sampai

Me: Bagai seribu satu malam tak akan berlalu
Demikian pula malamku tak akan habis-habisnya
Tak perlu tergesa-gesa, namun perlahan nan pasti
Mahakarya sang pelukis akan ditelurkan
Sebab untaian katamu, sang penyemangat
Telah menarik kereta ini maju menuju tujuan
Semoga segala anganmu terwujud jua....

LY: Tak ada yang tak pernah berakhir sobat
Keabadian adalah hal semu
Hakekat hidup hanya memberi yang terbaik
Sebelum semua berlalu
Tarikanlah kuas dengan seluruh emosi
Coretlah kanvas sepenuh jiwa
Bawalah kehadapanku secepatnya
Maha karya seorang maestro seni
Darimu.

Me: Keabadian adalah semu
Tetapi ketidakabadian pun semu
Abadi adalah fana
Fana adalah abadi
Siapa yang menyadari hal ini
Akan lepas dari keabadian dan kefanaan
Tak terikat oleh sang waktu lagi
Inilah lukisan tanpa kuas dan kanvas itu
Tidakkah engkau melihatnya....

LY: Aku hanya bisa memandangi malam tanpa bisa menyentuhnya
Aku hanya bisa menyaksikan segalanya tak berdaya mengatur sang waktu
Peristiwa hanya menyisakan kenangan
Bergulir tanpa bisa dilupakan
Tetap ku berada dalam jalan tengah
Menuju pembebasan sempurna
Malam untuk mengadu betapa banyak kecurangan di dunia ini
Pekatnya meneduhkanku saat keluhan tercekat di sini

Me: Malam bukan untuk dipandangi
Juga tidak untuk disentuh
Waktu juga tidak untuk diatur
Kenangan adalah untuk dilupakan
Malam pun tak kan menjawab keluhanmu
Dunia memang penuh kecurangan
Namun kan ada setitik keadilan di sana
Jika engkau tetap di jalan tengah itu
Tidak melekat juga tidak menolak dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun