Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rem Mendadak

27 Januari 2025   10:37 Diperbarui: 27 Januari 2025   10:37 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja di jalan raya kota kecil itu selalu menghadirkan cerita. Hari itu, Dimas memutuskan untuk mengantar Tiara pulang setelah mereka selesai dari rapat komunitas lingkungan. Tiara, gadis yang selalu ceria dengan lesung pipitnya, baru saja mulai dekat dengan Dimas. Perjalanan mereka biasanya penuh canda, namun sore itu keheningan lebih mendominasi.

Di tengah perjalanan, di jalan yang agak sepi, seekor kucing tiba-tiba melintas. Refleks, Dimas menginjak rem mendadak.

"Astaga, Mas Dimas! Apa-apaan sih?" Tiara terperanjat, tubuhnya terdorong sedikit ke depan meskipun sabuk pengaman menahannya.

"Maaf banget, Tiara! Tadi ada kucing lewat tiba-tiba."

Dimas melirik Tiara, merasa bersalah. Tiara menghela napas, kemudian tersenyum kecil. "Iya, aku lihat kok. Untung nggak nabrak."

Dimas menepikan mobil untuk memastikan kucing itu baik-baik saja. Saat ia menoleh ke arah Tiara, ia melihat gadis itu menatapnya dengan mata yang penuh kehangatan.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Dimas, mencoba mencairkan suasana.

"Aku cuma mikir," Tiara menjawab sambil tertawa pelan, "nggak semua orang bakal rem mendadak buat kucing. Kamu peduli banget, ya."

Dimas menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya gimana, aku nggak tega kalau sampai ada yang terluka, entah itu manusia atau hewan."

Tiara terdiam sejenak, lalu berkata pelan, "Mas Dimas, kamu tahu nggak, kadang kita juga perlu berhenti mendadak di hidup ini. Mungkin karena hal-hal yang kita nggak duga. Tapi siapa tahu, justru dari situ kita belajar sesuatu atau menemukan sesuatu yang baru."

Dimas memandang Tiara, merasa kata-katanya seperti lebih dari sekadar pembicaraan tentang kucing tadi. Ada sesuatu yang ia rasakan, tapi ia memilih untuk tidak langsung mengungkapkannya.

"Hmm, mungkin juga, ya. Tapi kalau aku, aku lebih suka menjaga jarak. Supaya nggak perlu ngerem mendadak terlalu sering." Dimas tersenyum menggoda.

Tiara tertawa kecil. "Tapi kalau jaraknya terlalu jauh, gimana mau dekat?"

Mereka saling bertukar pandang sebentar. Seperti ada sesuatu yang tak terucap di antara mereka, tetapi sangat jelas terasa.

Dimas akhirnya berkata, "Kalau gitu, aku janji, aku bakal jaga jarak secukupnya. Nggak terlalu jauh, tapi juga nggak bikin kamu kaget kalau aku berhenti."

Tiara tersipu. "Janji itu harus ditepati, lho, Mas."

Dimas mengangguk mantap. "Tenang aja. Soal janji, aku nggak pernah main-main."

Perjalanan mereka dilanjutkan. Kali ini, bukan hanya dengan lebih hati-hati, tapi juga dengan suasana yang lebih hangat. Kadang, seperti rem mendadak tadi, hal-hal yang tak terduga justru menjadi awal dari sesuatu yang indah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun