Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Olimpiade TIK Informatika Nasional (OTN) VI 2024, Tantangan dan Pengalaman Mengajar Informatika

17 Oktober 2024   18:41 Diperbarui: 17 Oktober 2024   18:43 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta informatika. Para guru di berbagai daerah di Indonesia merasakan dinamika ini dalam proses pengajaran mereka. 

Dengan beragam latar belakang sosial, ekonomi, dan ketersediaan fasilitas, pengalaman mengajar TIK menghadirkan tantangan sekaligus peluang. Mulai dari daerah perkotaan yang lebih maju hingga pedesaan dengan keterbatasan akses, para pendidik terus beradaptasi untuk memastikan siswanya dapat memahami dan menguasai teknologi yang akan mereka hadapi di masa depan.

Di era digital ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu faktor utama dalam pendidikan. Aris Wijanarko, seorang guru di SMA AN NAJAH, Kabupaten Bogor, percaya bahwa ilmu yang ditempuh saat ini merupakan fondasi bagi kemajuan teknologi di masa depan. Ia menegaskan bahwa sumber daya dan ilmu adalah kunci bagi pembelajaran, baik bagi guru maupun siswa. 

Di saat yang sama, Muhimmatur Rofiah Y., S.T., seorang guru di SMAN 2 Pringsewu, Lampung, menyadari bahwa Guru Informatika harus selalu memperbarui ilmunya. "Guru harus belajar terlebih dahulu sebelum mengajar," ujarnya, karena perkembangan materi ajar dalam informatika jauh lebih dinamis dibandingkan mata pelajaran TIK sebelumnya. Bahkan, seringkali siswa lebih mahir daripada gurunya karena luasnya sumber belajar yang dapat diakses di mana saja melalui internet.

Di Jakarta Timur, Yugo Dharma Putra dari SMK Negeri 52 mengungkapkan bahwa mengajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) membuat dirinya lebih inovatif. "Teknologi yang semakin canggih menyediakan lebih banyak informasi, sehingga guru harus selalu up-to-date dalam memberikan pembelajaran." 

Amar Maruf, guru dari SMPN 1 Tirtayasa, Serang, Banten, menambahkan bahwa mengajar informatika penuh dengan tantangan, namun tetap menjadi bidang yang menyenangkan.

Dengan pengalaman lebih dari 10 tahun mengajar, Sudiyanti, S.T. dari SMKN 1 Tasikmalaya, Jawa Barat, merasa bahwa menjadi guru informatika memberikan ladang ilmu yang berharga bagi para murid. 

Meski begitu, ia juga menyadari bahwa profesi ini membutuhkan kesabaran ekstra. Di Kudus, Giyanto, S.Pd., guru di SMP 4 Bae, mengungkapkan kegembiraannya dalam mengajar informatika, terutama karena dapat langsung melakukan praktik dengan peralatan TIK yang tersedia di sekolah.

Namun, menjadi guru di era teknologi juga menghadirkan tantangan lain. Rusmanto, S. Kom., dari SMKN 8 Bandar Lampung, menekankan pentingnya perlindungan hukum dan kesejahteraan bagi guru. Sementara itu, Marzuki, guru yang telah mengajar di SMPN 17 Kepulauan Masaloka Raya, Bombana, Sulawesi Tenggara, sejak 2006, menyatakan bahwa ia selalu senang mempelajari informasi terbaru terkait teknologi.

Di tingkat sekolah dasar, Mohammad Nashir, S.Pd., guru di SDN Karangjati Anyar II, Pasuruan, Jawa Timur, menyatakan kebahagiaannya ketika murid-muridnya memahami pelajaran. 

Baginya, kepuasan seorang guru terletak pada pemahaman siswanya. Di Brebes, Lu'lu Il Maknun, guru di SD Negeri Mendala 02, menyoroti bahwa konektivitas internet sangat mempengaruhi prestasi siswa. Ketersediaan teknologi digital di sekolah dapat menjadi faktor penentu dalam mendukung keberhasilan pembelajaran.

Di tengah kemajuan teknologi yang semakin pesat, para guru di berbagai wilayah Indonesia merasakan berbagai tantangan dan pengalaman unik dalam mengajar mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) serta informatika. 

As'ari, seorang guru di SMA Negeri 10 Kabupaten Tangerang, Banten, menyadari bahwa meskipun anak-anak semakin maju dalam pelajaran TIK, masih banyak yang kesulitan dalam menggunakan komputer secara dasar, seperti mengoperasikan PC.

Sementara itu, Ahmad Haryadi, guru di SDIT Alfathonah, Jakarta Selatan, merasa puas setelah 10 tahun mengajar TIK. "Menyenangkan," katanya, mengekspresikan antusiasmenya terhadap kemajuan yang dicapai murid-muridnya selama masa pengajaran. 

Namun, tantangan tetap ada di setiap tingkat. Ira Handayani, S.Pd., dari SMP Negeri 3 Gumelar, Banyumas, Jawa Tengah, menjelaskan bahwa meskipun anak-anak menyukai pelajaran informatika, mereka sering kali merasa kesulitan saat harus mempelajari materi yang lebih abstrak, seperti berpikir komputasional dan algoritma pemrograman. 

Mengajar informatika di daerah pedesaan, Aliyar Puteh, guru dari SMP Negeri 4 Percontohan Karang Baru, Aceh Tamiang, Aceh, melihat bagaimana informatika membuka cakrawala bagi siswanya. 

"Bagi mereka, komputer adalah barang yang mahal, sesuatu yang hanya bisa mereka akses di sekolah," ujarnya. Bahkan, beberapa siswa belum pernah menggunakan mouse, membuat pengajaran informatika menjadi tantangan sekaligus pengalaman yang menyenangkan bagi Aliyar.

Di sekolah menengah atas, Muhammad Al Kaff, S.T., yang mengajar di SMA Insan Rabbany, Kota Tangerang Selatan, mengakui bahwa transisi kurikulum yang sering kali terjadi membuat siswa dan guru mengalami "gagap teknologi." Hal serupa juga dirasakan oleh Yani Mulyani, S.Pd., dari UPTD SMP Negeri 4 Banjar, yang menikmati pengajaran menggunakan PowerPoint (PP). 

Riana Nuraini, guru dari SDI Al Azhar 20 Cibubur, Jakarta Timur, menyatakan bahwa tantangan dalam belajar informatika adalah menemukan motivasi. "Saya suka belajar informatika karena tantangan tersebut mempersiapkan kita untuk masa depan, tetapi ketika menghadapi kesulitan, mudah sekali merasa moody," ungkapnya. 

Berbeda dengan Riana, Madiono, S.T., M.Kom, guru dari SMA Negeri 5 Prabumulih, Sumatera Selatan, justru merasa informatika adalah mata pelajaran yang "menarik dan asik." Ia menikmati berbagai pembaruan dalam teknologi yang terjadi di dunia pendidikan. 

Di SD Islam Al Azhar Jakapermai, Kota Bekasi, Yulia Winingsih, S.Pd., menekankan bahwa "TIK untuk semua," mencerminkan pentingnya aksesibilitas teknologi bagi seluruh lapisan masyarakat.

Namun, perubahan tidak selalu mudah diterima. Erike Wulandari, S.Pd., guru dari SMKN 1 Dua Koto, Pasaman, Sumatera Barat, mengingatkan bahwa setiap perubahan selalu membawa tantangan tersendiri dalam penyesuaian. "Pembaharuan pasti tidak dapat ditolak," ujarnya, mengakui adanya gejolak dalam proses adaptasi terhadap teknologi baru di sekolah.


Pada akhirnya, keberhasilan dalam mengajar TIK dan informatika di era digital tidak hanya bergantung pada teknologi itu sendiri, tetapi juga pada dedikasi dan kreativitas para guru dalam menghadapi berbagai tantangan.

 Mereka tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing yang membuka cakrawala baru bagi siswa-siswinya. Dengan terus belajar, berinovasi, dan beradaptasi, para pendidik ini berkontribusi dalam membangun generasi yang siap menghadapi dunia yang semakin terhubung dan canggih di masa mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun