Diary, 1 Oktober 2024
Pagi ini usai mengikuti kegiatan lokakarya di Hotel Redtop, aku segera packing dan menitipkan barang-barang ke layanan lobby hotel. Dengan berbekal aplikasi ojek online, aku bergegas menuju Masjid Istiqlal. Sesampainya di sana, aku menunaikan shalat Dhuhur, dan setelahnya kembali memesan ojek online untuk menuju ke Perpustakaan Nasional.
Begitu tiba, aku langsung menuju gedung belakang untuk menikmati berbagai koleksi buku. Setelah puas di sana, aku lanjut ke gedung utama yang menjulang tinggi, tempat layanan umum berada di lantai 19. Untuk mengaksesnya, tersedia lift yang dapat membawa pengunjung ke seluruh lantai gedung. Di area pintu masuk, lukisan-lukisan presiden Indonesia sejak masa Soekarno hingga Joko Widodo berjajar rapi, di bawahnya tersusun beberapa buku yang membahas perjalanan hidup masing-masing presiden.
perpustakaan. Di sana, pengunjung mengisi formulir online menggunakan beberapa komputer yang disediakan. Setelah itu, aku mencetak nomor antrian dan menunggu dipanggil melalui pengeras suara. Proses pendaftaran berjalan lancar. Aku hanya diminta menunjukkan KTP, difoto, dan tak lama kemudian kartu anggota perpustakaanku sudah jadi, meski hanya versi digital karena hardcopy sedang habis.
Aku menitipkan barang-barang di area penitipan, lalu naik ke lantai 2 untuk mengurus keanggotaanHari Lansia Internasional. Sebuah perayaan yang meriah dengan banyak lansia berusia di atas 60 tahun mengenakan kaos berwarna oranye. Acara tersebut dimeriahkan dengan pembacaan puisi yang diiringi biola, serta pameran lukisan.
Selesai di lantai 2, aku naik ke lantai 3 dan 4, tertarik oleh suara ramai yang berasal dari lantai atas. Ternyata, ada acara peringatan
Acara ini bertajuk Lansia No Problem #2, dimana Anna Rayung, salah satu dari 70 orang perupa lansia lainnya memamerkan karyanya selama 7 hari kedepan, juga ada pembacaan puisi dengan "Yang Muda Yang Baca Puisi", bersama: Â (1). Dyah Kencono Puspito Dewi. (2). Boyke Sulaiman. (3). Fanny Jonathan Poyk. (4). Guntoro Sulung. (5). Nanang R Supriyatin. (6). Saut Poltak Tambunan. (7). Panusunan Simanjuntak, 82 th
Saat menikmati salah satu lukisan, seorang wanita kelahiran 1961 meminta bantuan untuk memotretnya. Sebelum menggunakan kameranya, aku sempat selfie dengan kamera di tanganku. Wanita itu bernama Anna Rayung. Sejenak kami berbincang sambil berdiri di area pameran. Ia bercerita bahwa dirinya pernah bekerja di sebuah bank swasta hingga memutuskan resign pada 2016. Lalu, ia bekerja di kantor notaris di Jakarta Pusat dan mulai melukis pada tahun 2022. Sejak itu, ia telah mengikuti beberapa pameran bersama di Bandung, Yogyakarta, dan Jakarta. Katanya, "Umur hanyalah angka." Melalui lukisan, ia tetap aktif berkarya.
Salah satu lukisannya yang bertema kebersamaan dijual seharga Rp 3 juta, bisa ditawar. Lukisan itu menggambarkan villa yang asri, lengkap dengan bunga-bunga beraneka warna, dan sepasang lansia yang duduk di ayunan, menikmati senja bersama. Sebuah potret sederhana namun penuh kebahagiaan.
boarding untuk penerbangan kembali ke Bandar Lampung.
Menjelang pukul 3 sore, aku meninggalkan gedung Perpustakaan Nasional dan kembali ke hotel menggunakan ojek online. Jalanan agak macet karena persiapan HUT TNI pada 5 Oktober nanti. Pukul 15:30 aku meninggalkan hotel menuju bandara, dan akhirnya tiba di sana pukul 17:00, menungguBaca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H