Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenal Ibnu Rafif Satyawan

24 Juli 2024   21:59 Diperbarui: 24 Juli 2024   22:03 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibnu Rafif Satyawan adalah seorang siswa kelas 8H di MTsN 1 Bandar Lampung. Di usia 13 tahun, dia sudah memiliki hobi yang sangat digemarinya, yaitu bermain futsal. Hampir setiap bulan, Ibnu dan lima belas temannya bermain futsal di La Centro hingga enam kali. Teman-teman yang sering bermain bersamanya adalah Arthur, Adri, Faiz, Akbar, Andre, Dierza, Gibran, Excell, Furqon, Tama, Fabio, Reo, Danish, Iqbal, dan Zammy. Mereka selalu bermain selama dua hingga tiga jam dengan biaya Rp 100.000 per jam, yang mereka tabung dari uang kas futsal mereka.

Seragam futsal mereka berwarna biru, dan Ibnu bangga dengan sepatu futsal hitam dan oren yang selalu ia pakai saat bermain. Nomor punggungnya adalah 23, sebuah nomor yang membuatnya merasa spesial setiap kali berada di lapangan. Semangat dan kebersamaan mereka selalu terasa saat bermain futsal, suara bola yang ditendang, teriakan semangat dari rekan-rekan, dan kemilau keringat yang mengalir di wajah mereka.

Ibnu berasal dari SD AR RAUDAH dan kini bersekolah di MTsN 1 Bandar Lampung. Dia tinggal di JL. Tamin, gang Padang Ratu, bersama keluarganya yang terdiri dari empat bersaudara. Ibnu adalah anak kedua, dengan kakaknya yang bersekolah di SMA 9 dan adik ketiganya di Permata Bunda. Adiknya yang keempat baru berusia satu tahun, masih sangat kecil dan lucu.

Liburan kenaikan kelas 8 ini, Ibnu menghabiskan waktu di rumah mengikuti ayahnya bekerja di Way Kanan. Awalnya, mereka sekeluarga berencana untuk berlibur ke Jawa, namun karena ayahnya tidak bisa mengambil cuti, mereka akhirnya hanya menghabiskan waktu di Way Kanan, tepatnya di Baradatu. Di sana, Ibnu menghabiskan tiga hari yang cukup tenang, meski jauh dari hingar bingar kota.

Perjalanan pulang ke asrama menjadi pengalaman yang cukup melelahkan. Mereka tiba di asrama sekitar pukul 11:30 malam. Ibnu merasakan kelelahan yang teramat sangat setelah perjalanan panjang dari Baradatu. Begitu sampai, ia segera meminta salah satu temannya untuk membukakan pintu asrama. Tepat pada pukul 11:48 malam, Ibnu akhirnya masuk ke dalam asrama. Suara pintu yang terbuka dan derap langkah temannya yang bergegas membantunya adalah tanda bahwa ia akhirnya bisa beristirahat setelah hari yang panjang.

Di dalam asrama, suasana cukup tenang, hanya terdengar suara kipas angin yang berputar pelan. Ibnu segera membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Bau sabun dan segarnya air yang menyentuh kulitnya memberikan rasa nyaman setelah seharian beraktivitas. Setelah itu, ia merebahkan diri di kasur, merasakan kelembutan bantal yang menyentuh pipinya dan selimut yang hangat membungkus tubuhnya. Dengan hati yang tenang dan pikiran yang damai, Ibnu pun terlelap, menyimpan kenangan hari itu sebagai bagian dari perjalanan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun